Part 18

44.9K 5.9K 604
                                    

Ketika mereka akhirnya sampai di kebun binatang, ketiga anak itu memekik keras dan bersiap untuk turun saat ayah mereka memarkirkan mobil. Untungnya Haechan menahan mereka dan dengan patuhnya mereka diam sambil menunggu mobil berhenti dan turun.

"Haechan Hyung!! Ayo cepat!! Kami sudah tidak sabar!!" Ujar Chenle dengan penuh semangat, matanya berbinar dan rambutnya bergerak naik turun karena ia melompat-lompat kecil.

Jisung mengangguk setuju, ia mengikuti tingkah Chenle dan membuat ayahnya terkekeh geli.

Haechan tersenyum dan membelai lembut kepala mereka,"sebelum masuk kita harus membeli tiket, dan kita harus mengantri untuk itu. Kalian mengerti?" Ia menunjuk ke tempat pembelian tiket.

Jisung mengerucutkan bibirnya dengan pipi menggembung,"tapi disana ramai sekali.."

Mark yang tidak tahan dengan keimutan putra bungsunya akhirnya turun tangan. "Kalau begitu kalian tunggu disini bersama Haechan Hyung, papa akan mengantri untuk membeli tiket. Bagaimana?" Sarannya.

Ketiganya mengangguk setuju,"baik!!"

Mark tersenyum dan mengacak rambut Jisung pelan lalu pergi menuju tempat penjualan tiket seorang diri. Sementara Haechan mengajak ketiga anak itu untuk menunggu di tempat yang teduh agar tidak merasa pusing.

Ia juga secara sekilas menjelaskan tentang hewan apa saja yang ada di kebun binatang ini, yang didengarkan dengan seksama oleh ketiganya seolah-olah itu adalah pelajaran paling berharga yang ada di dunia ini.

Tak berselang lama, Mark kembali dengan lima buah tiket ditangannya. Jisung bersorak kegirangan dan memeluk kaki jenjang ayahnya.

"Papa!! Beri Jisung satu!!" Jisung mengulurkan tangannya untuk meminta tiket. Dua putranya yang lain juga mengikuti, dan ia gemas dengan tingkah imut mereka yang sudah menggaruk sisi lembutnya.

"Baiklah, masing-masing pegang satu. Ini.." jawab Mark sambil memberikan mereka tiket.

Itu adalah tiket berbentuk gelang, saat melihatnya mata mereka menunjukkan rasa penasaran pada benda yang diberikan oleh sang ayah.

"Bukankah tiket harusnya berbentuk seperti kertas? Kenapa ini berbentuk gelang?" Tanya si sulung Jeno dengan heran.

Haechan tertawa kecil lalu mencubit pelan pipinya dan menjelaskan,"ini adalah tiket masuk kebun binatang yang baru, dulu memang bentuknya sama seperti yang kau katakan. Namun, mereka mengubahnya agar banyak yang tertarik. Mengerti?"

Ketiganya mengangguk sambil ber-oh ria, dengan bantuan Haechan dan Mark mereka berhasil memakai gelang tiket itu.

"Sekarang kita masuk, ayo!" Jeno berlari menuju pintu masuk yang dijaga oleh staf diikuti kedua adiknya yang tertawa riang. Sementara sang ayah dan pengasuh mereka berjalan beriringan dengan santai.

"Kau tahu, ketiga putraku lebih menurut padamu daripada aku yang secara biologis ayah kandung mereka.." ujar Mark sambil tersenyum.

Haechan menundukkan kepalanya dan tersenyum tipis,"mereka hanya membutuhkan perhatian, itu sebabnya mengapa mereka sangat dekat dengan saya tuan.."

Mark berdeham pelan,"..yahh, itu juga salahku karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. Mereka jarang menghabiskan waktu bersamaku, dan lebih sering bersama Taeyong Hyung.."

Haechan menatapnya dengan hangat,"mereka menyayangi anda, hanya saja mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menunjukkannya"

Mark terkesima dengan senyuman Angelic Haechan, ditambah dengan sinar matahari yang berjatuhan di belakangnya menambah kesan yang membuat Haechan seperti seorang bidadari.

'Cantik..' pikir Mark.

"Papa! Haechan Hyung! Ayo cepat!!" Ujar Chenle dengan suara kekanakannya.

Lamunan Mark buyar seketika dan kembali ke kenyataan, ia tanpa sadar meraih pergelangan tangan kiri Haechan dan menariknya pelan menuju ke tempat pemeriksaan tiket.

Haechan menatapnya ragu namun tidak berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Mark dan diam-diam tersipu. Ia menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah diwajahnya.

Jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya, dan entah kenapa ia menyukai ini. Ia suka saat majikannya memanggilnya dengan suara beratnya, ia juga suka saat kulit keduanya bersentuhan. Ia suka apapun yang Mark lakukan padanya!

Mereka pada awalnya berkeliling di sekitar pintu masuk, yang terdapat beberapa jenis burung dari berbagai ras dan warna. Jisung sangat antusias hingga ia berteriak kegirangan, dalam 4 tahun hidupnya ia tak pernah melihat adanya makhluk yang indah seperti burung didepannya.

Ia mencengkram kandang yang memisahkannya dengan burung itu dan memandangnya dengan tatapan berbinar, Haechan yang melihatnya hanya tersenyum dan menjelaskan tentang burung itu. Dengan serius Jisung mendengarkan, ia tak melewatkan sedikit pun penjelasan yang diberikan Haechan dan sesekali mengangguk paham.

Puas memandangi burung-burung itu, mereka beralih ke hewan yang lain. Kali ini adalah sekelompok antelop, Chenle dengan penuh semangat bertanya pada Haechan apa namanya.

"Itu antelop, sejenis rusa. Mereka hidup berkelompok di Padang Sabana tropis." Jawab Haechan, ia lalu menjelaskan apa makanannya tempat seperti apa itu sabana dan masih banyak lagi.

Sekitar dua jam lamanya mereka berkeliling dan melihat banyak hewan yang ada di kebun binatang. Karena lelah Jisung digendong oleh Haechan sementara Chenle oleh Mark dan si sulung berjalan santai sambil digenggam oleh sang ayah. Jika dilihat baik-baik, mereka seperti sebuah keluarga utuh yang sedang melakukan wisata sambil belajar di kebun binatang. Tampak sangat serasi dan menggemaskan.

"Kita makan siang di restoran Taeyong Hyung, setelah itu kita pulang dan istirahat." Ujar Mark.

Haechan mengangguk setuju lalu mereka meninggalkan kebun binatang dan melaju ke restoran. Setibanya disana, Jisung sudah tertidur sementara dua lainnya sudah keluar lebih dahulu. Saat Haechan hendak menggendong Jisung, Mark menghentikannya.

"Tidak perlu, biar aku saja. Kau pasti lelah karena menggendongnya saat di kebun binatang." Ujar Mark sambil tersenyum.

Haechan mengangguk kaku, ia lalu membawakan tas Jisung dan berjalan masuk ke restoran bersama Mark. Didalam, sang kakak bersama suaminya tengah berkumpul bersama teman-teman mereka. Dengan antusias Chenle dan Jeno menghampiri mereka dan menceritakan pengalaman yang mereka dapat setelah pergi ke kebun binatang.

Tak lama, Mark yang menggendong Jisung bersama dengan Haechan memasuki restoran. Dengan serempak mereka memandang keduanya, dan apa yang ada di dalam benak masing-masing adalah kedua orang itu merupakan 'pasangan' serasi.

"Oh? Ternyata kalian sedang berkumpul?" Ujar Mark dengan santainya, ia lalu memberikan Jisung pada Haechan dan menarik kursi untuk mereka.

Semua orang memperhatikan setiap gerakannya, namun Mark tidak peduli. Ia menarik kursi dan membiarkan Haechan duduk lebih dahulu lalu menarik kursi lain untuk dirinya.

"Apa kalian pasangan?" Celetuk seorang pria yang berada di seberang meja.

Taeyong tersedak minumnya, membuat yang lain menatapnya heran.

"Itu..."

"Ya, kami pasangan. Dan sebentar lagi kami akan menikah, benarkan sayang?" Mark memegang tangan Haechan mesra dan tersenyum padanya.

Haechan menunduk malu, apa-apaan majikannya ini?! Jangan menyeretnya kedalam neraka bersama ah!!

To be continued

________

Apa yang akan dikatakan mama Chan ya? Ada yang tahu?'-'

Lalu bagaimana respon semua orang?? Saksikan kelanjutan ceritanya hanya di mom for us!!

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang