Part 67

22K 2.8K 459
                                    

Pagi~

Ayo kita makan bon cabe level 100!!!

_______

Mark berdiri dari kursinya sambil memegang sudut bibirnya yang terluka, lalu menghampiri Lucas sahabatnya. "Kenapa kau memukulku?"

Lucas berdecih dan menatap Mark dengan jijik, "kenapa katamu?! Heh! Orang yang bahkan tidak tahu apa kesalahannya, tidak pantas memimpin sebuah perusahaan!"

"Luke! Apa maksudmu?!" Mark jadi ikut kesal, beberapa hari ini beban pikirannya meningkat karena banyak hal. Sekarang sahabatnya datang dan megatakan hal yang tidak-tidak, Mark akhirnya tidak tahan lagi.

"Maksudku?! Kau masih bertanya Mark Lee?! Setelah semua yang kau lakukan pada sepupuku kau masih berpura-pura tak berdosa! Kau benar-benar biadab!!" desis Lucas dengan geram. Tangannya menunjuk-nujuk wajah pria dihadapannya.

"Awalnya akan kupercayakan sepupuku padamu, tapi nyatanya? Heh!" Lucas memalingkan wajahnya dengan memandang remeh Mark. "Aku benar-benar salah menilaimu! Kau tahu? Aku hanya penggoda wanita, ya kuakui itu. Tapi aku hanya menggoda mereka dengan kata-kata dan tak pernah serius, apalagi memainkan perasaan orang lain. Dan orang-orang yang pernah berinteraksi denganku sebelumnya tidak pernah menganggap perkataanku serius karena mereka tahu aku hanya bercanda."

Wajah Lucas berubah datar, "tapi kau? Kau memainkan hati orang lain, mencampakkan mereka setelah kau tidak membutuhkannya, lalu membuangnya seolah itu sampah!" Lucas tertawa sarkas. "Do you know man? You're lower than bastard!"

Setelah itu, Lucas menendang meja kecil didekatnya dengan kuat dan membuat foto diatasnya terjatuh hingga pecah. Kemudian ia meninggalkan Mark sendirian di ruangannya.

Mark menatap bingkai foto yang terjatuh itu, dan mengambil selembar foto didalamnya. Tangannya sempat tergores oleh pecahan kaca, namun ia hiraukan. Semua perhatiannya jatuh pada selembar foto itu.

Itu adalah foto dirinya, bersama ketiga putranya dan Haechan saat di kebun binatang. Mereka tersenyum bahagia dan saling berdekatan, Mark yang menggendong Chenle di punggungnya dan Haechan yang menggendong Jisung. Sementara si sulung berdiri ditengah-tengah mereka.

Sebuah potret keluarga bahagia yang sangat harmonis dan hangat. Saat melihatnya, Mark merasakan sakit kepala yang hebat dan matanya berkunang-kunang. Ia memegangi kepalanya dan menggelengkannya pelan.

Saat dirasa sudah tidak sakit lagi, ia bangkit dan mengambil sebotol champagne tahun 1953 dari tempat persediannya, mengambil gelas dan menuangkan isi champagne hingga gelasnya setengah penuh.

Mark kembali duduk di kursinya, merenung sambil memegang segelas champagne. Sesekali ia akan meminumnya perlahan, dan menggoyangkan gelas yang dipegangnya.

Apakah kesalahannya sangat fatal? Hingga bahkan semua orang yang dikenalnya menjauhinya? Apakah salah jika dia ternyata mencintai orang lain? Kenapa tampaknya dia adalah orang paling jahat disini?

Tidakkah mereka tahu keadaannya sekarang seperti apa? Mengurusi para investor dan pemegang saham yang secara tiba-tiba menarik diri mereka dengan terburu-buru, bahkan mereka tidak peduli dengan uang mereka.

Menatap Mark pun tidak, mereka lebih memilih mengirim asisten atau sekretaris mereka sebagai wakil untuk mengatakan hal ini.

Belum lagi semua cabang perusahaannya memisahkan diri, yang membuat pendapatan perusahaan menurun secara drastis. Banyak karyawan menjadi khawatir dengan keadaan perusahaan, bahkan beberapa direktur dari departemen lain datang untuk menanyakan solusi terbaik untuk hal ini.

Itu membuat beban pikirannya semakin besar, tanggung jawabnya sebagai pemimpin perusahaan juga semakin besar. Mark sangat tertekan, ia ingin bercerita tapi siapa yang akan mendegarkannya?

Ah! Mina!

Dia mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor wanita itu, namun setelah beberapa menit menunggu tidak ada tanda-tanda dia mengangkat telepon. Hanya ada suara mekanis wanita yang mengatakan bahwa nomor yang dia tuju sedang sibuk.

Mark berdecak kesal, lalu dia melihat aplikasi pesan menunjukkan notifikasi baru. Itu adalah pesan dari Mina beberapa menit yang lalu.

Mina

Mark, maafkan aku... Sepertinya kita harus berpisah, keluargamu tidak menyukaiku. Dan karena aku juga kau harus mengalami banyak hal sulit, aku benar-benar minta maaf...

Terimakasih karena telah mau mencintaiku, aku juga mencintaimu...

Mark membanting ponselnya ke lantai, untungnya lantai ruangan itu tertutup oleh karpet tebal jadi itu tidak membuat ponselnya rusak.

Dia mengusak rambutnya frustrasi, lalu menenggak sisa champagne yang tersisa didalam gelas. Bahkan orang yang dia cintai pergi meninggalkannya, Mark semakin sedih dan tertekan.

Ia tidak tahu harus bicara pada siapa sekarang...

Ia kesepian, sendiri tanpa ada seorang pun disisinya. Hatinya menggigil kedinginan, dia ingin merasakan kehangatan seperti dulu. Ketika dirinya memiliki banyak orang yang berdiri disisinya.

Sekarang dia seperti selembar kertas kuning yang ditinggalkan dan penuh debu, tidak ada orang yang ingin mengambilnya. Bahkan melirik pun enggan.

Hatinya terasa sakit, sesak, dan kosong. Tanpa dia sadari, air matanya menetes. Mark jatuh terduduk di lantai, dia memeluk kedua lututnya dan menangis dalam diam.

Ia menyerah, ia ingin menyerah dalam hidup ini. Ia tidak mau sendirian dan menderita dalam diam. Di kantor yang luas itu, Mark menangis dibalik meja kerjanya seperti anak kecil.

Dia tidak ingin sendirian, karena itu mengingatkannya pada trauma berat yang ia rasakan dulu. Dia tidak ingin sendirian lagi, lalu menderita lagi.

Rasanya tuhan tidak adil padanya, kenapa dia selalu ditinggalkan begitu saja? Kenapa?? Apakah dia benar-benar dilahirkan sebagai bajingan seperti yang mereka katakan?

Mark lelah terus berpura-pura kuat dihadapan bawahannya, lelah menjadi orang yang selalu ditinggalkan, lelah dengan hidupnya.

Sinar matahari meredup, seolah ia tahu bahwa Mark sedang bersedih. Membiarkan pria itu berada dalam sisi terendahnya hingga ia merasa lebih baik.

Setelah satu setengah jam menangis, akhirnya Mark berhenti. Tatapannya menjadi kosong, tanpa emosi dan semangat untuk hidup.

Dia bangkit dan mengambil tasnya lalu mematikan komputer, Mark meninggalkan ruang kerjanya. Sepanjang jalan, hanya ada sedikit karyawan yang lalu lalang. Karena saat perusahaan mereka mulai mengalami penurunan, ada banyak karyawan yang mengundurkan diri dan berhenti.

Mark hanya bisa pasrah, ia telah mencoba meyakinkan mereka untuk tetap tinggal namun mereka tidak mau. Akhirnya, karyawan perusahaannya berkurang banyak dan hanya menyisakan empat puluh tiga persen dari jumlah keseluruhan.

Di basement, ia langsung berjalan menuju mobilnya dan melesat meninggalkan gedung perusahaan.

Entah kenapa rasanya hari ini dia ingin beristirahat lebih cepat dan menikmati waktunya sendiri.

_______

To be continued

Chapter depan ada samting #spoiler

Ayo gulir lagi


[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang