Part 71

23.4K 2.9K 212
                                    

Tadinya aku mau part ini buat njelasin flashback Mark, tapi aku lupa dia kan masih koma:')

Dahlah yang lain dulu

________

Dua hari setelahnya, Haechan benar-benar dijauhkan dari Mark. Duda tampan itu siuman saat pagi harinya, dia juga sempat menanyakan perihal Haechan namun Jaehyun hanya mengatakan alibi bahwa pemuda manis itu sudah dijemput Renjun sebelumnya.

Padahal Yoona membawa Haechan ke ruang rawat disebelahnya karena Haechan membutuhkan perawatan juga. Dia terlalu kelelahan secara mental dan perlu istirahat, dan karena dia tidak mau dibawa pulang alhasil Yoona membuatnya beristirahat di ruangan sebelah Mark.

Dan dia lah yang menjaganya.

Mark tampak suram saat tahu Haechan tak ada disana, namun ia tahu itu juga karena dirinya Haechan tidak ingin ada disana. Selain itu, Mark masih lelah dengan dirinya. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya, namun kepalanya selalu terasa sakit saat mencoba untuk mengingat perihal Haechan dan masa lalunya.

Ia lalu melirik Taeyong yang sedang mengupas apel disampingnya, sementara Jaehyun pergi entah kemana.

"Hyung..." ujar Mark pelan, matanya masih sayu dan wajahnya juga pucat.

Taeyong hanya berdeham tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sorry..." gumamnya lirih.

Sontak Taeyong menghentikan aktivitas mengupasnya, ia tidak menatap Mark yang berbaring lemah di tempat tidur. Hanya terdiam sambil memandangi apel yang belum terkupas.

"Aku tahu aku salah... Aku... Tidak tahu apa yang terjadi denganku..." Mark melanjutkan. "Rasanya seperti kepalaku ingin aku menuruti semua perkataan Mina, aku selalu merasa... Dia sangat benar dan terlihat menyedihkan... Padahal, aku tidak terlalu ingin berada didekatnya..." ia menjelaskan.

Pikiran Taeyong langsung berputar, sebuah tebakan muncul di kepalanya. Namun ia masih tidak mau mengatakannya sebelum Mark selesai dengan ceritanya.

"Semenjak aku keluar dari toilet bandara hari itu... dan bertemu Mina di pintu keluar, kepalaku rasanya kosong. Aku... Aku selalu merasa aku harus berada didekatnya. Pikiranku juga mengatakan bahwa aku mencintainya, padahal... Hatiku tidak demikian..." sambung Mark, suaranya sangat lemah dan hampir menghilang. "Lalu... Aku selalu melakukan apa yang dikatakan pikiranku... dan membuat kalian terluka. I'm so sorry..." di akhir kalimat, setetes air mata keluar dan meluncur ke bantalnya. Mark menutup matanya, dan menahan diri agar tidak menangis.

Namun tenggorokannya tercekat dan ia tidak bisa melanjutkan perkataannya. Ia hanya berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya agar tetap tenang.

Taeyong melirik adiknya yang terbaring dengan sudut matanya, dia bisa merasakan depresi yang Mark rasakan juga penyesalan dibalik kata-katanya. Bahkan tangannya yang terbalut perban dan kain kasa sedikit terkepal. Jelas bahwa dia menahan perasaannya.

Ia tak tega, meskipun dia merasa sakit hati dengan ucapannya tempo hari, Mark tetaplah adiknya. Orang yang telah tumbuh bersamanya sejak kecil, yang dia ajari banyak hal dan berbagi apapun yang dia miliki.

Taeyong mengulurkan tangannya dan menggenggam telapak tangan kanan Mark dengan lembut, "jangan terlalu banyak berpikir, fokuslah untuk sembuh..."

Mark balas menggenggamnya, ia mengangguk dan tidak menjawab apa-apa. Matanya masih terpejam. Taeyong mengelus kepala adiknya, seperti ketika mereka masih kecil. Dia selalu mengusap kepalanya ketika Mark sedang merasa sedih atau down, dan Mark akan menangis diam-diam sampai dia merasa tenang.

Jaehyun yang tadinya ingin masuk, mengurungkan niatnya. Dia membiarkan kakak beradik itu menyelesaikan masalah mereka, dan hanya berdiri didepan pintu sambil tersenyum.

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang