Part 47

22K 2.7K 28
                                    

WARNING!!!

Gaada percakapan, cuma berisi masa lalu maap kalo gumoh

_________

Melihat anak-anak, Jaemin jadi ingat mendiang adiknya. Ya, dia bukan anak satu-satunya. Setidaknya sebelum sang adik meninggal.

Dulu, ia memiliki seorang adik laki-laki. Namanya Na Yohan, sayangnya dia tidak berumur panjang. Saat usianya baru saja empat tahun ia meninggal karena gagal jantung.

Saat itu, Jaemin kecil sangat senang karena salju sudah mulai turun dan tak lama lagi adalah ulang tahunnya. Ia berharap bisa bermain salju saat ulang tahunnya tiba.

Keinginannya terwujud, ia bisa bermain di salju dan sangat bersemangat. Ketika itu, adiknya Yohan juga ingin ikut bermain karena ia melihat sang kakak yang terus tertawa.

Jaemin tahu adiknya tidak bisa bermain di salju, jadi ia melarangnya untuk ikut bermain. Namun Yohan kecil menangis dan dia berjanji hanya akan bermain sebentar saja, ia terus memohon pada Jaemin agar membiarkannya bermain di salju.

Karena merasa tak tega, Jaemin melupakan fakta bahwa adiknya memiliki tubuh yang lemah. Ia lalu setuju dengan permintaan adiknya dan membawanya ke halaman belakang untuk bermain.

Yohan sangat bersemangat, ia sangat senang bisa merasakan dinginnya salju dan dia mengajak kakaknya untuk membuat boneka salju mereka. Jaemin mengangguk setuju, jadilah keduanya terus bermain hingga lupa waktu.

Ia tidak tahu bahwa pada saat itu tangan adiknya mulai membiru karena dingin, dan terus bermain. Setelah sang adik mengatakan bahwa ia kedinginan dan ingin berhenti, Jaemin juga berhenti. Mereka kembali ke dalam rumah untuk menghangatkan diri.

Malamnya, Yohan mengalami demam tinggi. Kedua orang tuanya sangat khawatir, mereka bergegas membawa Yohan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Jaemin yang mengetahui hal itu sangat terkejut, pasalnya tadi sang adik masih baik-baik saja.

Ia mengikuti kedua orang tuanya ke rumah sakit untuk melihat adiknya. Namun yang ia lihat adalah ibunya yang menangis dan sang ayah yang tengah berbicara dengan dokter, ia bergegas menghampiri keduanya dan bertanya apa yang terjadi.

Ayahnya hanya tersenyum, dan mengatakan bahwa sang adik tengah tertidur. Jaemin pada awalnya percaya, dan ia menghela nafas lega. Namun setelah ayahnya pergi untuk mengurus biaya pengobatan adiknya, ibunya bertanya kepada suster yang telah memeriksa keadaan sang adik mengenai keadaannya.

Dari situlah ia tahu bahwa 'tidur' yang dimaksud oleh ayahnya adalah koma. Ia mengalami shock berat, namun terus berusaha terlihat normal. Tangannya gemetar, dan jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

Ia merasa bersalah, benar-benar merasa bersalah. Karena suster mengatakan bahwa adiknya berada di suhu dingin terlalu lama, dan detak jantungnya melemah. Itu salahnya. Dialah yang setuju untuk membiarkan Yohan bermain di salju saat orang tuanya tengah bekerja.

Jaemin takut, ia takut ayah dan ibunya akan membencinya karena hal ini. Jadi ia tidak mengatakan apapun pada mereka dan tetap diam.

Beberapa hari berlalu namun keadaan Yohan malah semakin memburuk. Jaemin ketakutan, bagaimana jika adiknya pergi? Apa yang harus ia lakukan?

Ia sangat khawatir sampai-sampai ia tidak makan dan tidak mau masuk sekolah. Ia mengurung dirinya di kamar dan tidak ingin bertemu siapapun, namun orang tuanya tidak terlalu memperhatikan karena mereka sibuk dengan perawatan si kecil Yohan.

Keesokan harinya, adiknya benar-benar pergi. Ibunya sangat terpukul atas kepergiannya. Sementara sang ayah terus menenangkan ibunya meski ia juga kehilangan putra bungsunya.

Jaemin menangis, ia menyesal dan sedih karena kematian sang adik. Ia menangis hingga cegukan, dan akhirnya ditenangkan oleh kakeknya.

Setelah proses pemakaman selesai, ia selalu datang ke makam sang adik sendirian. Ia akan ada disana selama satu jam dan menangis hingga matanya memerah. Ia juga selalu datang kesana untuk mengobrol dengan mendiang sang adik meski tidak akan ada jawaban yang diberikan.

Sejak saat itu lah ia tidak pernah berani menatap ayah dan ibunya, ia memilih untuk masuk ke sekolah asrama dan hanya pulang sesekali. Dan saat masuk ke universitas, dia membeli sebuah apartemen sederhana dengan tabungannya.

Ia sering memberikan sedekah dan berdonasi pada banyak rumah panti asuhan, ia ingin anak-anak itu bisa hidup dengan berkecukupan. Ia melakukan ini untuk menebus rasa bersalahnya pada sang adik serta orang tuanya.

Semua uang yang diberikan sang ayah ia gunakan untuk berinvestasi dan menyumbangkan setengah hasilnya. Ia belajar berinvestasi dari kakak sepupunya, untungnya dia memiliki otak yang encer dan cepat belajar. Jadi ia dengan cepat memahaminya setelah hanya beberapa kali mencoba.

Dan sekarang, sudah banyak saham yang dimilikinya. Dari mulai saham kecil, hingga besar. Ia juga memiliki beberapa cafe dibawah namanya, namun dia menyembunyikan hal ini dari orang tua dan semua orang yang dikenalnya.

Di saat dirinya terjebak dalam kesepian dan rasa bersalah, ia bertemu Renjun yang tengah memarahi Haechan di salah satu cafe miliknya.

Dia pikir, Renjun yang saat itu tengah marah dan kesal sangat lucu dengan wajahnya yang memerah. Ia selalu tertawa saat mengingat wajahnya pada saat itu.

Dia kemudian tahu bahwa Renjun sekolah di universitas yang sama dengannya, namun berbeda jurusan. Ia jadi semakin sering bertemu Renjun karena dia sering berkunjung ke perpustakaan jurusannya.

Pertemuan pertama mereka sedikit konyol, bagaimana tidak? Saat itu Renjun tengah memegang pakaian wanita dan berteriak dengan kesal didepan toilet. Jaemin yang melihatnya sangat terkejut dan menatap Renjun dengan aneh.

Setelah melihat orang lain berada tak jauh darinya, Renjun menjelaskan kenapa ia memegang pakaian wanita. Ia takut orang salah paham padanya. Padahal itu belum tentu terjadi, Renjun saja yang sedikit berlebihan.

Dari sana lah keduanya mulai berkenalan dan kemudian menjadi teman, lalu Jaemin menyatakan perasaannya dan membuat mereka menjadi pasangan seperti sekarang.

Klise memang, tapi bagi Jaemin itu adalah saat-saat terbaik yang pernah dialaminya dalam hidup.

Renjun adalah cahaya yang menuntunnya keluar dari bayang-bayang masa lalu yang selalu membuatnya tiba-tiba depresi, dan ia tidak ingin berada jauh dari cahaya itu takut bahwa suatu hari dia akan kembali terjebak dalam ketakutan yang tidak ada habisnya.

__________

To be continued

Bagi yang mau berdonasi ini nomornya 089618726827 atau bisa juga melalui aplikasi dana

Sekian

[END]Mom For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang