Hadududu udah chapter 50 tapi belum nyampe konflik :')
_______
Seharian ini, mereka menghabiskan waktu dengan anak-anak panti asuhan. Mulai dari bermain bersama, membaca dongeng sampai mendengarkan impian mereka. Jaemin benar-benar terharu dengan impian yang mereka miliki, membuatnya bertekad untuk melakukan semua hal terbaik untuk anak-anak ini.
Dia benar-benar ingin mereka bahagia, apapun caranya. Bahkan jika dia harus bekerja keras untuk itu.
Setelah petang, mereka harus pergi. Terutama ketiga anak itu dan Haechan, karena malam ini Mark akan pulang dan mereka ingin menyambutnya di rumah.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada anak-anak panti, mereka berenam pergi. Di mobil Jaemin, Renjun masih tidak percaya kalau dia dan kekasihnya sudah mengadopsi bayi. Dia terus memegangi dokumen adopsi ditangannya dan memandangi map cokelat itu dengan serius. Sesekali ia akan mengelusnya seperti itu adalah benda yang paling berharga.
Sementara itu Jaemin menelepon ibunya, dia ingin memberi tahu wanita yang sudah melahirkannya itu bahwa ia sudah mengadopsi seorang putra. Ibunya tentu saja terkejut, namun kemudian ia ikut senang dengan keputusannya.
Dia tahu Jaemin sangat menyukai anak kecil, apalagi bayi. Meski putranya itu jarang pulang ke rumah, tapi ia tetap memperhatikannya. Setiap hari ia akan menelepon untuk menanyakan kabarnya, apakah dia sudah makan atau belum dan apa yang ia lakukan hari itu.
Jaemin akan mengatakan semuanya dengan jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi, dia juga jujur mengenai orientasi seksualnya. Awalnya ketika sang ayah yang mengetahui hal ini, ia murka dan meminta Jaemin untuk sebisa mungkin menyukai wanita. Namun putra semata wayangnya itu menjelaskan bahwa itu tidak mungkin, ia tidak bisa melakukannya.
Ditambah ia juga sangat mencintai Renjun, dan tidak mau dipisahkan dari pemuda asal Cina itu. Ayahnya marah selama tiga hari dan tidak mau bicara dengannya, hingga Renjun yang diberi tahu oleh Jaemin mengenai hal ini merasa cemas.
Namun, dirinya sendiri tidak cemas sama sekali. Dia sangat santai, dan bahkan dia melakukan semua aktivitasnya seperti biasa. Seolah-olah dia dan ayahnya tidak dalam perang dingin sama sekali.
Akhirnya setelah tiga hari itu, ayahnya bersedia menerima orientasi seksualnya. Namun dia ingin melihat orang yang disukai oleh putranya itu sebagai syarat, yang tentunya disetujui oleh Jaemin. Renjun kalang kabut, dia hampir memukul kekasihnya itu karena panik saat tahu bahwa ayah Jaemin ingin bertemu dengannya.
Bertemu dengan ayah kekasihnya tidak seburuk yang ia duga ternyata, yahh walaupun pria yang sudah memasuki kepala tiga itu sangat minim tapi dia sangat ramah padanya. Bahkan di pertemuan kedua mereka, ayah Jaemin memberikan 5% saham di perusahaannya pada Renjun. Yang otomatis membuat pemuda itu hampir pingsan karena terkejut.
Lalu bagaimana dengan ibu Jaemin? Dia adalah orang yang pertama kali menerima orientasi seksual putranya itu. Dia bahkan memberinya semangat dan beberapa nasihat agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik. Dia boleh menyukai siapapun itu tidak peduli apa gendernya, asalkan Jaemin harus benar-benar menyukai orang itu dan tidak bermain-main dengan perasaan.
Mendapat lampu hijau dari orang tuanya, Jaemin sangat senang. Ia bahkan sudah merencanakan pernikahannya dengan Renjun nanti dan mendiskusikan ini dengan orang tuanya. Keduanya bahkan berdebat mengenai pesta resepsi pernikahan yang akan diadakan nanti, dan berapa banyak orang yang akan diundang.
Sang ibu ingin pesta yang sederhana, namun ayahnya ingin pesta yang meriah dengan beralasan bahwa Jaemin adalah penerus perusahaannya. Bahkan hingga sekarang mereka masih berdebat mengenai hal itu.
Mengetahui putranya mengadopsi bayi, sang ibu ingin dia membawa bayinya itu ke rumah. Dia ingin melihat cucunya dan menggendongnya. Dia juga iri dengan teman-teman dalam lingkaran dunia bisnis, mereka sudah memiliki beberapa cucu kecil yang lucu sementara dia bahkan tidak memiliki satupun.
Tapi dia sekarang sudah memiliki satu. Dan dia benar-benar senang!!
=====
Sementara itu, di mobil Haechan mereka mengobrol banyak mengenai pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan hari ini.
Ketiga anak itu sangat antusias dan ingin menjawabnya, mereka sempat berebut siapa yang pertama akan mengatakannya. Namun Haechan segera memutuskan untuk membuat si sulung bicara terlebih dahulu. Ya, mereka akan bicara sesuai dengan urutan waktu mereka lahir.
Walaupun sedikit tidak rela, Jisung dan Chenle akhirnya menerimanya. Ketika Jeno selesai, Chenle langsung menjelaskan apa yang didapatkannya hari ini. Lalu akhirnya Jisung yang terakhir. Dia berbicara dengan sangat bersemangat, bermain sambil belajar dari anak-anak panti asuhan adalah hal yang paling disukainya sekarang.
Setelah itu mereka kembali diam, lelah setelah seharian banyak melakukan aktivitas.
"Haechan hyung, apa kita akan menjemput papa?" tanya Jisung.
Haechan melihatnya melalui kaca depan dan tersenyum, "tadi siang papa kalian menelepon, dia bilang tidak perlu menjemputnya di bandara. Kita tunggu saja dirumah."
"Bisakah kita membuat kejutan?" usul Chenle.
Haechan mengangguk tanpa menatapnya, "tentu."
"Bagaimana dengan makan malam kejutan?" usul Jeno. "Papa pasti lelah setelah penerbangan yang lama, dia akan lapar." sambungnya.
Haechan terkekeh kecil, "tentu, kita bisa memasak bersama untuk papa kalian."
"Yeayy!!" mereka berseru dengan semangat, setelah itu mobil dipenuhi nyayian lagu anak-anak disepanjang perjalanan.
Mereka sudah tidak sabar untuk memasak dan menyajikannya untuk sang ayah, berharap dengan demikian ayah mereka tidak akan terlalu keras saat mereka berbicara jujur nantinya.
Mobil berhenti di garasi, ketiga anak itu dengan penuh semangat membuka pintu mobil dan langsung berlari menuju mansion. Teriakan dan tawa mereka bergema di ruangan yang begitu besar.
Suara beberapa pelayan yang mengingatkan mereka agar berhati-hati juga terdengar, Haechan hanya bisa bisa menggeleng pelan dan memaklumi ketiganya.
Ia menyusul ke dalam dan langsung berjalan ke dapur. "Ganti pakaian kalian, lalu ke dapur." Haechan setengah berteriak.
"Yaa!!" mereka berseru bersamaan.
Haechan mengeluarkan beberapa bahan yang akan dia olah menjadi beberapa hidangan rumahan, lalu mencucinya dan meletakkannya di meja pantry.
Tak lama, ketiga anak itu menyusulnya dan berdiri di pintu dapur. Mereka terlihat bersemangat, padahal seharian ini sudah melakukan banyak aktivitas.
"Haechan hyung, kami siap!" ujar Jeno mewakili dua lainnya.
Haechan mengangguk pelan sambil tersenyum, "kemarilah."
Mereka mendekatinya, Haechan berjongkok dan memakaikan celemek pada mereka satu persatu. Tak lupa ia juga memberikan topi khas koki pada mereka yang terlihat sangat imut.
Jisung melompat-lompat kecil, ini adalah pertama kalinya dia memakai celemek dan menyentuh dapur. Benar-benar menyentuh dapur, bukan hanya datang untuk mengambil makanan lalu pergi seperti sebelumnya.
Ia sudah tak sabar untuk belajar hal baru lagi, begitu juga dua saudaranya yang lain.
"Baiklah, ayo mulai." ujar Haechan lembut.
_________
To be continued
Sebenernya aku mau bilang sesuatu tapi lupa, jadi gak jadi deh. Tidur ya semua udah malem, kita sambung besok. Good night
Bagi yang mau berdonasi ini nomornya 089618726827 atau bisa juga melalui aplikasi Dana
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Mom For Us
FanfictionKisah manis tentang seorang CEO duda tampan dan ketiga anaknya yang lucu. CEO tersebut bernama Mark Lee, dia adalah seorang single parents karena istrinya meninggal setelah melahirkan putra ketiga mereka. Mark yang terlalu mencintai istrinya tak ing...