#109

100 10 5
                                    

"Senyummu adalah keselamatanku"

>>>

Melody turun dari motor Nanda setelah sampai di depan pintu Rumahnya, di susul Nanda setelah mematikan mesin motornya.

Rasanya begitu canggung pikir Melody, kenapa lidahnya kaku seperti itu apa karena efek dinginnya hujan tadi? Tapi tidak juga, ini benar-benar perasaannya. Sejujurnya ia ingin cepat-cepat masuk ke dalam rumah, ia sangat takut ketika Nanda mengajaknya berbicara ia tidak dapat menahan air matanya, di tambah tidak ada hujan yang dapat menutupi air matanya.

"Melood?" sapa Nanda, sambil menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.

"I-iya?" jawabnya tanpa menatap kedua mata Nanda,

padahal sendari tadi Nanda terus memperhatikan nya,
sampai-sampai ia pun tahu kalau Melody saat ini terlihat kesulitan dalam mengendalikan situasi saat bersamanya.

"Aku pulang ya?" senyumnya, meski ia tahu bahwa Melody tidak berani melihat senyuman manisnya kali ini,

Mungkin kalimat itu yang akan membuat Melody lebih tenang dengan melihatnya pulang.

"Pulang?" memastikan,

Nanda mengangguk "Mumpung hujannya agak kecil"
"Kalo dulu sekecil apapun hujan, pasti kamu omelin aku buat nunggu hujannya sampe bener-bener enggak, karena kamu tahu, kondisi aku bisa tiba-tiba lemah kalo kena air hujan, tapi Melood sekarang ini, melihat mu tidak nyaman dengan keadaan ini lebih membuat ku lemah" batinnya sambil memakai helm dan memperhatikan Melody dari spion kacanya.

Melody terlihat masih diam dan masih memfokuskan kedua matanya ke bawah,

"Meloood bener-bener diam?" batinnya lagi sambil menaiki motor nya,

Dan secara bersamaan saat Nanda memutar kunci motor nya, hujan pun turun lebih deras lagi dan memecahkan lamunan Melody.

Nanda pun terkejut karena dua hal, suasana hujan yang tiba-tiba deras kembali dan Melody, iyah Melody tiba-tiba panik memayungi Nanda yang sudah duduk siap di atas motor.

"Melood? Aku rasa hujannya enggak bakal berhenti sampe malem, jadi enggak mungkin kan kamu mau mayungin aku terus?" ucap Nanda, wajahnya berseri-seri bahagia, karena Melody benar-benar melakukan hal itu "Melood, ternyata kamu masih perduli dengan Nanda yang bajingan ini?" batinnya,

"Aduhhh kenapa sih gua gak bisa gak peduli sama dia, rasanya masih sakit banget, tapi lebih sakit lagi kalau biarin dia hujan-hujanan" batinnya,

"Bunda sama Ayah lagi gak ada di rumah, jadi gua gak bisa..."

"Iyah Melood, lebih baik kamu masuk gih nanti kamu masuk angin, biarin Aku pulang, lagian aku sama hujan kebutan aku kecepatannya"

"Itu lebih bahaya! " nada nya sedikit keras, "tunggu di sini" Melody memberikan gagang payungnya,

Nanda mengambil alih payung itu dan Melody pergi ke samping rumah,

"Sejak kapan Melody kaku banget gini sama gua? Maksud gua, dia kan tau kalau rumahnya itu ya rumah gua juga ibaratnya, tapi itu lebih baik sih, jadi gak bakal ada laki-laki yang bakalan main ke sini kalau gua aja gak di bolehin masuk kalau lagi gak ada siapa-siapa"

"Ah sial, tangan gua udah kaku gini, dan badan gua udah bener-bener menggigil gini, muka ganteng gua juga pucat banget, padahal cuma kena hujan bentaran, duh lemah banget sih gua" Nanda bercakap diri sambil berkaca di kaca spionnya, dan ia merasa kekebalan tubuhnya mulai menurun akibat dingin nya air hujan.

"Tapi gua gak boleh kelihatan lemah di depan dia, udah mah saat ini gua udah jadi bajingan masa gua harus lemah juga di hadapan dia" tangan Nanda mengenggam erat gagang payungnya,

"Pake ini?" Melody tiba-tiba datang sambil menyodorkan sebuah jas hujan ke Nanda,

Senyuman Nanda mengembang, dan mengambilnya

"Maaf warna nya pink polkadot"

Nanda pun turun dari motor nya,

Melody mengambil payung itu dari tangan Nanda "Enggak apa-apa kan?"

Nanda mengangguk "Lucu kok".

Nanda pun memakai jas hujan tersebut, bibir Melody pun tersenyum, rasa kakunya sedikit menghilang saat Melihat Nanda tampil dengan menggemaskan karena jas hujan pink polkadot itu,

Nanda melihat senyuman Melody, senyuman yang sangat ia rindukan "Senyumannu adalah keselamatanku" ucap Nanda reflek,

"Apa?" Karena suara hujan Melody tak mendengar ucapan Nanda tadi,

"Eh engga, aku pulang ya biar kamu cepet masuk dan ganti baju"

Melody mengangguk, dan melipat bibir atasnya saat melihat Nanda sudah berada di atas motornya untuk pulang,

"Tolong jaga payung nya ya Melood, itu punya Mamah soalnya" ucap Nanda dan sebelum ia menutup kaca helmnya ia melengkung kan senyuman nya dahulu untuk Melody.

Kedua bola mata Melody membulat bibirnya gemetar dan alhasil air matanya pun turun dua detik setelah Nanda pergi.

"kenapa Melody? Kenapa loe nangis lagi?".

***

Beberapa kilometer Nanda meninggalkan rumah Melody, jalanan begitu sepi dan membuat Nanda pun menaikkan laju motornya.

"Kenapa hal itu harus menjadi peganggu pertemanan kita Melod?"

"Aku yang salah memang"

"Aku tahu, sendari tadi kamu benar-benar menahan air mata kamu biar gak keluar kan?"

"Kamu cukup kuat Melod, dan aku yang bajingan, terima kasih untuk tidak menangis di hadapan ku, kalau sampe air matamu keluar lagi karena Aku, mungkin harapan hidupku bakalan hancur"

Tidittttt.....
Suara kelakson mobil dari arah kanan perempatan

"Mas awas mas remnya blong!!" teriak seseorang dari dalam mobil truk,

Benar-benar mobil itu akan bertabrakan dengan motor Nanda,

"Astagaa, gua gak bisa nahan laju motor gua" Nanda panik, benar panik

"Gua bakalan tabrakan sama mobil itu"

"Awassss!!!" Nanda membanting stir, dan membuat tubuhnya terpental ke tanah, dan hanya motor nya tertabrak oleh mobil truk itu.

Tidak butuh waktu lama beberapa Orang pun menghampiri Nanda yang tersungkur di atas tanah,

"Astagfirullah"

"Ayo bawa ke rumah sakit"

"Benar-benar ajaib, antara dia dan motor nya itu jaraknya cukup jauh, kalau dia tidak terpisah dari motor nya mungkin saat ini..."

Beberapa orang mengomentari dan panik melihat peristiwa mengerikan itu.

"Melood.." rintih Nanda, dan pantulan wajah Melody saat tersenyum tadi terlihat oleh mata Nanda.

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang