#111

102 12 4
                                    

Ketika kita menanam kebaikan maka kita akan memanen hasilnya suatu hari nanti.

>>>

"Yah, untuk apa memberi tahu Melody? Aku takut dia kecewa dan sedih, keberadaan mu saat ini yang sangat ia butuhkan, dan aku sangat berterima kasih untuk seluruh cinta mu selama ini" ucap Andien, meneteskan air mata menatap Evan, Ayah Melody.

Evan mengusap kedua pipi Andien yang basah karena air matanya, "Bun, tapi cepat atau lambat ia harus tau siapa aku, karena kadang setiap kali Aku melihat senyum dan kedua matanya, bayangan sesosok pria yang sejak kecil aku kagumi itu muncul".

"Yah, kamu ingat kesepakatan kamu dan Mas Evan dulu kan?"

Ayah Melody mengangguk, " Sejak kecil aku sangat ingin seperti Mas Evan, Bun. Seluruh kepribadiannya itu baik dan mengagumkan, dan saat dewasa ia memilih menjadi aktivis anak, itu karena sifat baik dan hangatnya terus mengalir sampai sekarang" memegang kedua pundak Ami,

"Tapi berpura-pura menjadi Mas Evan kadang menjadi hal yang sulit buat ku, Mas Evan dan Aku itu seperti dua sisi koin, kita itu berbeda meski Aku dan Mas Evan itu mempunyai satu wajah yang sama" mengambil sebuah poto yang sudah usang, dan di peralihatkannya kepada Andien.

Di foto itu, terdapat dua anak lelaki kembar dengan ekspresi polos dan senyumnya, dan terdapat tulisan  Evan & Ethan, 85.

"Tapi Mas, kamu sedikit pun tidak pernah menyakiti Aku maupun Melody selama ini " memegang kedua tangannya.

"Itu karena rasa Cintaku kekalian sama seperti Mas Evan" jawabnya sambil tersenyum.

"Tapi sifat baik Mas Evan yang bahkan ia rela mentransplantasi
jantungnya sendiri untuk anak orang lain, karena sejak dulu ia selalu percaya dengan segala kebaikan yang ia tanam seumur hidupnya, dan kamu lihat sekarang, jantung Mas Evan yang ia tanam ke anak itu sampai ke anaknya sendiri, yaitu Melody"


"Andien, Maaf telah membuatmu menangis seperti ini, padahal Aku sudah berjanji pada Mas Evan, untuk membuatmu dan Melody selalu merasa bahagia dan Aman" mengusap kedua bola mata Andien.

Andien memeluknya "Kamu enggak perlu minta maaf, Aku seharusnya lebih paham dan peka, selama ini jadi kamu menanggung perasaan itu sendiri, Mas Ethan?"

Ethan tersenyum "Aku hanya takut, semakin lama aku menjadi Mas Evan, dan suatu hari Aku membuat kesalahan atas nama Mas Evan, aku akan mengotori sifat baik dan namanya, terutama Melody. Aku ingin dia tau kalau aku itu Ethan, meskipun Aku hanya Ayah sambungnya, tapi cintaku untuknya setara dengan Mas Evan, Ayah kandungnya"

Andien melepaskan pelukannya dan menatap bola mata Ethan yang berkaca-kaca menatapnya "dan rasa cintaku untukmu juga setara dengan Mas Evan, tapi Aku tidak mau lagi jadi Mas Evan, karena Aku ingin berusaha mencintai kalian melebihi Mas Evan, sebagai Ethan".

*Prakkk* suara Vas Bunga jatuh.

Andien dan Ethan pun menatap arah itu bersamaan.

"Melody.." ucap mereka kompak.

(Flashback Off).

Nanda menatap wajah Melody lamat-lamat, ia tak kuasa menahan tangisnya saat melihat wajah Melody tertutupi oleh beberapa alat di hidung nya dan beralih ke tangannya.

Nanda memegang tangan Melody, yang juga terdapat satu alat yang menancap di jarinya, "Katanya kamu takut jarum, tapi sekarang kok berani sih? Lebih baik takut ah, biar alat ini enggak lama-lama di sini" ucapnya.

Nanda menggretakan gigi grahamnya, "Melood, Aku mohon jangan lama-lama ya" ia menangis menunduk sambil memegang tangan Melody dengan kedua tangannya
" Maaf telah membuat kamu terluka karena kenyataan untuk kedua kalinya, dan maaf saat hati kamu terluka aku selalu terlambat datang, padahal kamu selalu baik dan jadi perantara Tuhan buat nyelamatin aku dari kecelakaan aku kemarin".

Ada beberapa teman Melody dan Nanda di luar, begitupun Andien dan Ethan kedua orang tua Melody.

"Kenapa mereka berdua kompak banget sih, di hari yang sama mereka masuk rumah sakit bersama" ucap Parjo duduk di samping Bima dan Aldo.

"Tapi Melody belum bangun juga, padahal Nanda udah bangun" Jawab Bima, mengepal jari-jarinya.

"Dan si Nanda, pas bangun dari kecelakaan jadi Bego, pas bangun langsung nanyain Melody, dan maksa kesini padahal kondisi nya masih lemah" tambahnya.

Aldo menghembuskan nafasnya dengan gusar " Ngeliat motor nya yang ancur itu gua udah ngeri banget, tapi gua sangat bersyukur si Nanda cuma memar dan lecet biasa"

"Eh Bim, ternyata Nanda itu bukan bego, dia pinter, nyatanya dia bisa selamat dari kecelakaan itu" Parjo menyenggol bahu Bima.

"Harusnya Aku tidak berdebat denganmu waktu itu, andai Aku menyetujui permintaanmu saat itu, mungkin Melody akan lebih tahu semuanya dengan cara yang baik bukan seperti ini" ucap Andien sambil menangis di pelukan Ethan.

"Bun, ini bukan salah kamu kok, dan saat ini bukan waktunya buat nyalahin diri kita sendiri, pokoknya Ayah janji, apapun yang di butuhin Melody akan Ayah lakuin, dan kalau Melody butuh jantung lain, Aku siap donorin buat dia" Ethan mengelus-elus punggung Andien, dan Andien menatap kedua bola mata Ethan.

"Tapi Aku yakin Melody perempuan kuat begitupun jantung yang ada di dalamnya yaitu Mas Evan" tambah Ethan.

"Ra, udah donk jangan nangis terus, dari semalem lho, kita sarapan dulu yu" Vina terus memeluk Ara yang sendari tadi menangis karena kondisi Melody.

*Krekk... * suara pintu ruangan itu pun terbuka.

Nanda yang keluar dari arah dalam pun penuh dengan tatapan kosong dan terlihat lemas.

"Nan.." kaget Arbih saat melihat tubuh Nanda hampir jatuh,

Nanda memegang tangan Arbih dengan kuat.

"Nan, ayo kita balik ke kamar rawat loe" ajak Bima,

Nanda menatap kesal wajah Bima.

Bima pun kalah, tidak meneruskan paksaannya dan menghembuskan nafasnya dengan gusar.

"Apa Nanda ingat kejadian enam tahun lalu, ahh kenangan itu udah dia tutup rapat-rapat, sepertinya ia hanya terpukul karena kondisi batu akik di dalem, tapi kejadian ini itu persis kaya enam tahun lalu" batin Arbih masih memegangi Nanda.

"Tampan?" sapa Andien sambil mengusap kedua matanya melihat ke arah Nanda.

Nanda baru tau, kalau ada ibu dan ayahnya Melody.

Nanda pun berjalan menghampiri mereka.

"Nanda minta maaf tan?" Nanda langsung menangis ketika sampai di hadapan Andien dan Ethan.

"Hey, ini bukan salah kamu, buat apa kamu minta maaf" Andien mencoba tersenyum meski kedua bola matanya masih berkaca-kaca.

"Nanda juga udah ngelukain hati Melody tan, karena kenyataan yang Nanda simpan selama ini, dan kenyataan itu juga mungkin yang mengganggu pikiran Melody, jadi otomatis kondisi drop Melody saat ini juga di sebabin oleh Nanda" Nanda tak mampu menatap kedua nya, ia terus menatap lantai sambil menangis.

"Nak, selama ini kamu sudah menjadi teman baik anak ku, terima kasih. Tapi realita dalam hidup seseorang itu cepat atau lambat harus datang untuk di mengerti, meski kadang realita itu nyakitin" ucap Dirga menepuk-nepuk pundak Nanda.

Nanda pun beralih menatap kedua bola mata Ethan.

"Dan lagi, kamu sudah sangat bijaksana menyembunyikan siapa aku sebenarnya dari Melody".

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang