#74

1.2K 43 5
                                    

"Terima Kasih"

>>>

"Harus nya loe enggak usah, ngomong kaya gitu tadi Zan?" Tergur Arbih, dengan suara lirih.

"Dia pantes di kaya gituin Bih, udahlah loe enggak usah belain sahabat loe terus"Ketus Fauzan, sambil memainkan ponsel di samping tempat tidur Arbih, bersama kedua teman yang lainnya.

Jerry dan Bima sudah tidak ada di situ, mereka pulang lima belas menit setelah Melody dan Nanda pergi.

"Tapi sampe kapan Zan, kitakan dulu deket banget dan sahabatan, dan sek--"

"Udah lah Bih, jangan bikin mood gua ancur, gua kesini itu buat jengukin loe, Karena gua peduli sama loe, emang dulu kita pernah jadi sahabat, tapi itu dulu, dan enggak buat sekarang!" tegas Fauzan, sesekali menatap Arbih, dan kembali menatap ponselnya lagi.

***

"Melood" panggilnya, dengan nada manja.

Melody hanya menengokan wajah ke arahnya, lalu ia mendapati lengkungan bibir Nanda dan mata nya yang hanya terlihat segaris.
Semua itu mampu membuat jantung Melody berdegug kencang.
"Kenapa jantung gua kenceng banget sih suaranya, sumpah gua ini kenapa?" Batinnya.

"Heyy, kenapa tangan kamu terasa gemeteran" Nandapun menghentikan langkahnya, dan memandangi tangan Melody yang sedang ia genggam.

Efek dari penaikan frekuensi getaran jantung Melody berpengaruh pada jemarinya.

Melody hanya diam, tidak mau menjawab.

Dan itu membuat Nanda khawatir melihatnya, "Kamu capek ya, dari tadi kitakan jalan kaki beberapa kilo dari rumah sakit sampai ke sini? Maafin aku ya, maksa kamu buat jalan kaki sejauh ini, tapi sumpah aku enggak bermaksud apa-apa kok, niat aku tuh cuma pengen kamu seneng doank, untuk gantiin hari-hari kemarin kamu tanpa aku" jelasnya merasa menyesal tekah mengajak Melody jakan kaki sejauh ini, karena ia tau, bahwa Melody punya riwayat kurang darah, dan ia terus mengepal-ngepap kedua tangan Melody.

"Loe lebay banget si Nan, gua enggak apa-apa kok, tapi kalau loe ngelakuin ini, loe malah nambah tangan gua gemeteran" batinnya, sambil menyaksikan aktifitas Nanda yang sedang merasa bersalah.

"Ehhh kok malah nambah gemeteran  tangannya, Melood kamu kenapa?" Nanda semakin panik melihatnya, di tambah Melody hanya diam tak mau menjawab.
"Kita balik aja yu ke rumah sakit, nanti aku pesen taxi online dulu" mengeluarkan ponsel, berniat untuk memesan taxi online tersebut di sebuah aplikasi.

Melody sesegera meraih tangan Nanda yang sedang mengotak atik layar.
"Gua enggak apa-apa" ucapnya,

"Tapi tadi, tadi tangan kamu gemeteran" masih panik

"Serius Nan, gua enggak kenapa-kenapa kok" senyumnya,

Senyuman itu mampu merubah ekspresi wajah khawatirnya.

"Jinjja (serius) ?"

Untuk pertama kalinya Melody mendengar Nanda berbicara bahasa Korea, meski hanya satu kalimat.

"Ya, belajar dari mana itu bahasanya?"

Lagi-lagi Nanda tersenyum menggemaskan karena matanya hanya terlihat segaris, "Ya aku belajar lah, gara-gara ada soal pake bahasa korea di olimpiade kemarin, ya meskipun dua nomor"

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang