#92

934 34 2
                                    

"Terserah!"

>>>

Setelah selesai shalat Duha, Melody segera turun ke bawah dan mendapati Nanda yang masih shalat. Akhirnya, ia duduk di anak tangga kecil menunggunya sambil memakai sepatu,

"Nanda tau banget ya, perihal Pak Hendra, sampe-sampe dia tau Pak Hendra bakalan ngaret lima belas menit"

Dret..dret..drettt
(HP Melody berbunyi)

Dean .

"Iya Yan?"

"Jadwal kebrangkatanku di majuin Mel"

"Kapan?"

"Sekarang"

"Hahh? Ihhh seriusss?"

"Bener Mel, maaf ya, soalnya perkiraan cuaca ntar malem lagi enggak bagus, jadi Mamah segera cari tiket buat pagi ini berangkat"

(Melody menjatuhkan air matanya)

"Mel, jangan nangis, aku enggak suka"

"Kok kamu tau?"

"Kamu diem?"

"Aku enggak bisa ngomong apa-apa lagi, selain hati hati"

"Janji ya, jangan sedih, pokoknya Melody Anggita harus tetap bahagia dalam kondisi apapun, jangan kalah sama anak kecil"

(Melody tertawa sejenak)

"Kok jangan kalah sama anak kecil? Maksudnya?"

"Anak kecil kan selalu bahagia"

"Tapi mereka kan cengeng juga"

"Ya tapi beda, sedih mereka itu cuma sebentar, habis itu ceria lagi. Nah kamu juga harus gitu, sedih boleh tapi jangan berlarut-larut"

"Loe juga harus janji sama Gua , kalau loe bakalan sembuh"

"Aamiin. Do'ain aja ya, ehh ngomong-ngomong kamu kok enggak masuk kelas? Wahh aku tau, pasti lagi pelajaran olah raga ya?"

"Enggak juga, jam pertama itu pelajaran fisika"

"Lhoo kok kamu belum masuk? Kata Bima bapak fisika itu lumayan galak, dan kalau ada murid terlambat masuk bakal langsung di hukum"

"Gua punya waktu , weeehhh udah lebih"

(Melody kaget, saat melihat jam di layar ponselnya sudah lebih tiga menit)

"Are you oke?"

"Yan, kita lanjut nanti ya telponannya"

"Hum, iyah, cepet masuk kelas, biar pinter"

"Iya Yan, bye"

Tut...tut.......
(terputus) .

"Nanda belum selesai juga ya?" Melody menghampiri jendela masjid untuk melihat Nanda.

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang