#127

35 2 0
                                    

"Andai rindu bisa di telen kaya kopi, udah gue telen meksipun rasanya pahit juga"

>>>

Di kantin.
Dan jam menunjukan pukul 20.00
Nanda seorang diri di satu meja dan beberapa orang dengan meja yang terpisah di situ.

Dengan tatapan yang menyimpan beribu kata kepada seseorang yang ingin sekali ia sampaikan tapi bibir tidak bisa, bahkan lebih tepatnya tidak berani untuk dia utarakan secara langsung. Oleh karena itu, perasaan itupun ia salurkan ke minuman yang sedang ia teguk sendari tadi.

"Sejak kapan loe suka kopi item?" Tanya seseorang tiba-tiba muncul dan langsung duduk di depannya.

Nanda belum mau menjawab, ia masih sibuk meneguk kopinya.

"Kenapa loe belum nemuin Melody juga? Bukanya dari pertama kali loe tau Melody bangun dari komanya, loe selalu kabur kaburan biar bisa kesini segera, dan sekarang kenapa loe malah diem disini?" Tanya seseorang itu lagi, rupanya ia tahu betul rasa pilu yang sedang Nanda rasakan saat ini.

"Andai rasa rindu gua bisa gua Telen kaya kopi ini sampai habis, pasti perasaan gua gak bakal ngerasain sakit dan kesiksa seperti ini" jawabnya setelah meneguk sampai habis kopi itu.

"Kalau rindu gak bisa loe telen, yaudah cari penawarnya, cari penyembuh dari rindu itu apa? Gua tahu sih jawabannya cuman satu yaitu ketemu!" ucap seseorang itu sedikit mengeraskan suaranya, lalu iapun meraih lengan Nanda dan sedikit menariknya,
"Ayooo gue anterin kesana?!"

"Bim..!?" Nanda menepisnya.

Bima. Iya itu Bima. Sedikit kaget dengan tepisan itu.

"Gue putusin kalau gua gak mau dulu ketemu Melody"

"Kenapa?! Apa gara gara Dean? Gua bakalan ngajak Dean pulang kalau gitu, biar loe bisa nemenin dan ajak Melody ngobrol!?"

Nanda menggeleng "lebih aman Melody sama dia, Bim"

"Heh!? Kepala loe mau gua Toyor ya? Atau loe salah minum obat atau gimana? Kenapa loe jadi lembek kaya gini? Bukannya loe paling excitednya pengen ketemu Melody, tapi sekarang apa? Loe cupu?! Pake bawa bawa Melody lebih aman sama Dean? Gua tau loe cemburu!?"

"Dan satu hal ya Nan, gua Liat pergerakan Melody, dan tatapannya itu kaya nyari loe , dia nungguin loe dateng Nanda!? Matanya tuh nyari loe terus, sampai sampai gua belum berani bilang kalau loe itu gak ikut tanding gara gara kepikiran dia, dan gua belum berani ngomong kalau di hari yang sama kalian masuk rumah sakit bareng, karena gua mau loe sendiri yang jelasin semuanya!?"

Bima geram dan sejujurnya ingin memukul wajah Nanda sekarang juga tapi ia tahan karena wajah Nanda di mata dia itu tidak pantas untuk di pukul karena terlalu tampan.

Nanda memincingkan bibirnya sambil mengingat wajah dan dan gerak tubuh Melody waktu terakhir dia lihat beberapa menit yang lalu meskipun dari kejauhan dimata Nanda, Melody begitu ceria dan bahagia . Tidak ada tuh pergerkan yang menunjukan bahwa Melody menunggu kedatangannya.

"Jangan sok tau loe Bim, udah loe jangan bilang apa-apa ke Melody, loe tau terkahir kali gua sama Melody ngomong dan ketemu itu , gua buat dia nangis dan itu penyesalan yang gue pengen perbaiki tapi gak bisa , gua gak tau caranya" keluh Nanda membuka suara, sambil mengacak kacau rambutnya.

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang