#113

84 10 8
                                    

"Pertemuan kita adalah takdir"

>>>

"Mah, Apa yang harus Nanda lakuin setalah ini?" tanya Nanda, sambil menatap batu nisan yang ada di depan matanya.

Andien, Mamahnya Nandapun meraih pundak anaknya itu.

"Nak, Mamah harap kamu bisa ikhlasin Adara, meski hal itu berat buat kamu".

Wajah Nandapun beralih menatap Mamahnya sambil berkaca-kaca, lalu Andien pun membantu Nanda berdiri dan memeluknya.

"Mah, Nanda harus pindah sekolah, sekolah tempat perempuan yang di maksud Adara itu berada Mah".

Andien mengangguk "Minggu depan Mamah dan Papah akan mengurus kepindahan sekolah kamu"

"Satu lagi Mah, Nanda mau mengulang kelas Nanda, jadi Mamah daftarin Nanda bukan ke kelas dua Smp tapi ke kelas satu Smp, lagi?" raut wajah Nanda sedikit ragu, takut Mamahnya kecewa dan tidak setuju.

"Bentar Nak, tapi kenapa kamu mau balik lagi ke kelas satu?" membelai pipi Nanda.

Nanda meraih tangan Andien dan menciumnya "Perempuan itu, ada di kelas satu Mah, jadi Nanda gak mau  lulus duluan dari dia, otomatis pertemuan Nanda dan dia akan sangat singkat dan sulit kalau Nanda itu kakak kelasnya" jelas Nanda, menatap Andien penuh harapan agar dia setuju.

Andien mengangguk paham "Apa kamu mau satu kelas dengan dia?"

Nanda menggeleng "Enggak, biar nanti aja pas kelas dua, Nanda satu kelas dengan dia, tapi untuk sekarang Nanda mau liat dan jagain dia dari jauh dulu"

Andien mengangguk lagi "Ya udah okeh, Mamah harap kamu harus bisa ngelanjutin hidup kamu lebih baik lagi, mungkin dengan cara pindah sekolah, pilihan terbaik, dan sekarang ayo kita pulang?"

"Bentar Mah" Nanda mendekat ke batu nisan Adara.

"Adara, Aku pulang ya, dan aku akan menepati janjiku padamu, jadi kamu jangan khawatir" Nanda membelai batu nisan 'Adara'.

***

Satu minggu kemudian.

Seisi gedung di bikin heboh karena kedatangan murid baru yang jago main basket itu.

"Nanda Al-Rasyid" celoteh seseorang, sambil melempar satu mineral botol air.

Yang punya namapun menoleh dan menangkap botol itu, lalu membukanya.

"Aduh, ganteng banget, ahhh udah punya pacar belum, ya Allah, dulu Mamahnya nyidam apa sih?" ucap seseorang yang berbeda sambil meniru suara para siswi perempuan yang histeris melihat pertandingan bola basket antar kelas yang di perankan Nanda tadi.

Nanda hanya senyum tipis, sedangkan teman-temannya tertawa terbahak-bahak mengingat momen itu.

"Gila loe, baru juga tiga jam jadi anak baru dan masuk sekolah  udah banyak fans dan terkenal aja"

"Enggak usah sirik Bim, ada saatnya loe bisa kaya Nanda"

"Udah udah, kalian ini kaya mereka aja ya berisik dan suka banget godain gue" ucap Nanda beranjak dari duduknya sambil meraih ranselnya,

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang