118

30 7 0
                                    

"Aku semakin takut kehilangan kamu"

>>>

Waktu menunjukan pukul 15.00
Bell sekolah pun berbunyi begitu nyaring di setiap sudut kelas.

Di parkiran.

Nanda sudah berada di atas motor Bima.

"Woiii udah belum ngobrolnya?" protes Nanda menatap males kegiatan ngobrol Bima dan Vina.

"Kamu enggak apa-apa pulang sendirian?" tanya Bima ke Vina tidak menggubris protesnya Nanda.

Vina menggeleng dan tersenyum.

"anterin dia pulang aja, jangan bawa dia ke rumah sakit, liat mukanya pucet banget" bisik Vina ke telinga Bima sambil melirik sejenak wajah Nanda.

"Ck, gimana caranya ya sayang? Kalau aku paksa dia pulang pasti dia berontak dan pengen turun di jalan" jawab Bima, berbalik berbisik ke telinganya.

"Aigoooo, kalian kalau mau pacaran bilang dari tadi, dan Bima loe jangan sok mau nganterin gua ke rumah sakit yaaa" Kekesalan Nanda tidak bisa di tahan lagi dia mau turun dari motor Bima.

Melihat hal itu Bima langsung menyudahi obrolannya dengan Vina sambil mengedipkan satu matanya ke Vina "Semoga berhasil" gumamnya.

"Ehhhhh sabar donk, astaga bentar" ucap Bima menahan badan Nanda agar tetap berada di atas motornya.

"Lama, loe mau mukulin gua lagi? Sok tapi kali ini gua bakal bales mukul" omel Nanda mengurungkan niatnya untuk turun dari motor itu.

Bimapun menaiki motornya di depan lalu memakai helmnya.

"Apa? Tadi kalian berantem?" Vina terkejut setelah mendengar ucapan Nanda tadi.

" eng..."

"Iyaa, nih bekas pukulan ya?" Nanda menunjukan pipi lebamnya.

Melihat hal itu Vina reflek memegang pipi Nanda "Bima.. Jelasin gak? Kenapa kamu mukul Nanda " melotot.

"Enggak usah pegang-pegang juga" Bima menepis tangan Vina dari pipi Nanda.

"Dia tadi bikin aku emosi makannya dia aku pukul, kamu kalau ada dan denger omongan dia tadi di UKS pasti pengen mukul dia juga" jelas Bima

"alasan macam apa itu? Omongan? Jadi omongan Nanda kamu bales dengan pukulan" Vina menatap wajah Bima dengan kesal.

"Lho sayang kok kamu malah marah banget kesannya sama aku? Dia yang salah" ucap Bima menyikut Nanda pelan.

Nanda hanya menahan tawanya melihat mereka berdebat di depan mata nya saat ini. Mungkin saat ini melihat pasangan yang lagi berantem lebih indah di banding bermesraan bikin dia muak.

"Kan aku sering bilang, apa-apa itu jangan pake kekerasan, sekarang liat wajah dia lebam kaya gini, dan dia itu lagi sakit demam kan, mana hati nurani kamu?" Vina ta mau kalah terus mengomeli Bima.

Nanda mendengar pembelaan Vina kepada dirinya pun merasa terharu dan terkejut, segitunya dia membela dirinya.

" Astagaa, okeh aku yang salah, aku minta maaf"ucap Bima mengalah, ingin menyudahi perdebatannya dari pada akan semakin rumit. Tapi dalam hatinya ingin sekali melayangkan satu pukul ke tubuh Nanda saat itu juga.

Biar Aku Yang Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang