Murid-murid sudah mulai berdatangan ketika sedan hitam itu memasuki gerbang kampus Konoha High. Beberapa anak memandang penuh ingin tahu ketika si pemilik mobil memakirkan kendaraannya tepat di bawah pohon besar di halaman gedung bercat krem itu. Setahu mereka tidak seorang guru pun yang memiliki kendaraan semewah itu.
Terdengar kikik dari serombongan besar gadis yang sedang bergerombol di dekat sana ketika dua pria tampan keluar dari dalam mobil.
"Nah, Sasuke. Inilah sekolah barumu," kata Itachi Uchiha sambil menunjuk gedung di depannya. "Gedungnya jelas lebih bagus dari yang di Oto. Dan aku jamin kurikulumnya juga tidak kalah bagus."
Sasuke Uchiha mengedarkan pandangannya, mengamati sekelilingnya. "Bagiku sama saja. Tidak ada yang istimewa," komentarnya datar. Pemuda itu mengeluh pelan ketika melihat gerombolan gadis yang mengikik dan menunjuk-nunjuk dirinya dan sang kakak. Yah, di manapun sama saja, kan?
"Yeah," Itachi menghela napas menghadapi reaksi dingin adiknya. "Tapi kuharap kau tidak membuat masalah di sini. Sebaiknya kita masuk sekarang," katanya sambil berjalan ke pintu utama Konoha High.
Sasuke mengikuti kakaknya. "Kita lihat saja nanti," gumamnya, mengacuhkan para gadis yang saling sikut dengan hebohnya ketika ia melewati mereka menaiki undakan depan.
Sama saja seperti di Oto, pikir Sasuke ketika ia memasuki gedung sekolah barunya. Koridor depannya juga mirip, hanya saja lebih bersih. Di mana-mana anak-anak sedang mengobrol dan saling sapa dengan teman mereka. Samar-samar, pemuda itu bisa menangkap pembicaraan mereka. Tentang liburan, model rambut terbaru, pakaian baru, pacar baru. Topik yang umum muncul di hari pertama sekolah. Sama saja.
BRUK!
"Aduh!" seruan anak perempuan sontak membuatnya menoleh pada sumber suara.
Seorang gadis baru saja menabrak kakaknya. Gadis itu tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak pendek. Tubuhnya ramping tapi berisi. Ia memiliki rambut berwarna merah muda yang aneh. Sebenarnya ia cukup cantik kalau saja wajahnya tidak seperti habis dipanasi, merah padam tidak jelas. Gadis itu terhuyung mau jatuh, tapi beruntung Itachi cukup sigap untuk menangkap tubuhnya sebelum membentur lantai. Seperti adegan di opera sabun, saat tokoh pria dan tokoh wanita utama bertabrakan, mereka saling tatap sejenak, tapi kali ini tanpa ada dramatisasi seperti yang di televisi. Dan Sasuke jelas ragu kakaknya akan jatuh cinta pada gadis aneh itu setelah ini-karena pink jelas bukan warna favorit Itachi, meskipun itu tidak ada hubungannya. Gadis itu buru-buru melepaskan diri sambil komat-kamit menggumamkan maaf.
"Tak apa, tak apa," balas Itachi kalem.
Wajah si gadis yang sudah merah bertambah merah. Entah karena malu atau terpesona oleh ketampanan Itachi. Sasuke bisa mendengarnya menggumamkan sesuatu tentang menabrak orang dua kali sebelum si gadis pink itu menggetok kepalanya sendiri. Gadis aneh.
"Kau... um... murid baru, ya?" si gadis pink bertanya selang beberapa saat pada Itachi.
"Oh, bukan," jawab Itachi. "Aku hanya mengantar adikku. Dia..." ia menarik Sasuke mendekat.
"Oh!" kata si gadis sambil menoleh pada Sasuke dengan ekspresi terkejut, seolah baru melihat pemuda itu tiba-tiba muncul di udara kosong. "Ya, tentu saja," lanjutnya sambil tersenyum. "Aku melihat fotomu di ruang guru," ujarnya ramah pada Sasuke sebelum beralih lagi pada Itachi. "Maaf, kukira Anda. Soalnya mirip sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...