Ino Yamanaka menghenyakkan diri di bangku taman pertama yang ia temukan dengan penuh rasa syukur begitu mereka sampai di area rumah kaca Konoha Central Park. Ternyata perjalanan dengan berjalan kaki selama kira-kira sepuluh menit menuju bagian terdalam taman kota itu sungguh melelahkan. Ditambah lagi matahari yang bersinar sangat terik bahkan sebelum mencapai tengah hari membuat udara terasa panas dan pengap. Dalam sekejap saja Ino sudah banjir keringat.
Sepertinya waktu terbaik untuk berjalan-jalan ke bagian taman yang itu adalah pagi hari, seperti kata Shino Aburame—meskipun Ino enggan mengakuinya.
Menghela napas lelah, Ino menjatuhkan kepalanya ke belakang, membiarkan sinar matahari yang menerobos melalui sela-sela kanopi hijau di atasnya menerpa wajahnya yang berkilau oleh keringat. Matanya terpejam sementara ia menghirup dalam-dalam udara bersih masuk ke paru-parunya. Kedua kaki jenjangnya diluruskan ke depan.
"Meninggalkan temanmu begitu saja saat sedang keluar bersama sebaiknya jangan dijadikan kebiasaan," suara datar bernada menyebalkan milik cowok yang menjadi teman kencannya memasuki indera pendengaran Ino. "Itu akan membuatnya berpikir kau membencinya."
Gadis itu menghembuskan napas keras-keras. "Yah, terus-terusan berhenti setiap ada kumbang lewat sebaiknya juga jangan dijadikan kebiasaan, Shino," balasnya. Ino membuka matanya dan melirik cowok yang baru saja menempati tempat kosong di sebelahnya dengan sebal. "Itu akan membuatnya berpikir dia lebih membosankan dari pada serangga, kau tahu?"
Shino tidak membalas selama beberapa saat, hanya menatap gadis itu dari balik kacamata hitamnya. Ino tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh cowok itu—dan jujur saja, ia tidak terlalu peduli. Teringat pada Idate saja sudah membuatnya sakit kepala, ia tidak mau dipusingkan lagi oleh seorang cowok yang bahkan lebih mementingkan seekor kecoa dibandingkan dirinya.
Lebih baik memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh sahabatnya yang sedang berliburan di seberang pulau, diam-diam menyesal tidak mengiyakan saja ajakan Sakura dulu. Yah, ia tidak menyangka situasi di Konoha bakal seperti ini—pertama, Shikamaru merekrut pacar Sai untuk menjadi second vocalist di band tanpa persetujuannya. Yang itu artinya ia terjebak sepanjang liburan musim panas bersama gadis yang hobinya berkicau tentang mantan kekasihnya itu setiap ada kesempatan. Membuat hatinya panas saja.
Kedua, ia tidak tahu mengapa cowok paling tidak menyenangkan seantero Konoha High memutuskan untuk mengajaknya keluar—dan yang paling buruk, ia menerimanya begitu saja! Entah sampai kapan Ino bisa bertahan dengan cowok yang hanya akan membuatnya jengkel setiap kali ia membuka mulut. Ditambah lagi ia tidak begitu mengenal seperti apa Aburame Shino. Bagaimana jika cowok itu memutuskan untuk menempel padanya sepanjang musim panas?
Astaga… Ino tidak bisa membayangkan liburan yang lebih buruk. Ia merasa akan lebih sanggup menghadapi situasi canggung dengan Sai ketimbang yang ini.
Dan mengapa Sakura belum juga membalas emailnya?
"Apa kau berpikir seperti itu?" tanya Shino tiba-tiba, ketika Ino tengah mengutak-atik ponselnya untuk mengecek kotak emailnya.
"Huh?" Ino yang tidak begitu mendengarkan refleks menoleh. "Kau bilang apa barusan?"
Shino membuka mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu, namun segera diurungkan. Ia mengambil waktu untuk berdeham kecil dan menarik napas panjang sebelum mengulangi pertanyaannya, "Apa kau berpikir seperti itu… tentangku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...