Happy reading!
.
.
Sasuke terpaku. Sepasang matanya yang hitam terbelalak, memandang seraut wajah pias seorang gadis yang tampak sama terguncangnya seperti dirinya di hadapannya.
Perlu beberapa waktu bagi Sasuke untuk menyadari apa yang baru saja terjadi. Ia bisa merasakan detak jantungnya kembali, dua kali lebih cepat dan keras, berdentum-dentum di telinganya. Mulutnya membuka dan menutup, namun suaranya tak mau keluar, tercekat di tenggorokannya.
"Ya, Tuhan ... tidak—" Sakura lah yang pertama menemukan suaranya.
Sasuke bisa merasakan hatinya mencelos, ketika ia melihat Sakura terbelalak. Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat, sembari menyentuh bibirnya—yang beberapa saat yang lalu bersinggungan dengan bibirnya—dengan tangan. Wajahnya pias. Kakinya melangkah mundur. Selangkah. Dua langkah. Meretas jarak di antara mereka.
"Saku—"
Lagi-lagi kata-katanya tak pernah selesai, karena saat berikutnya gadis itu sudah berbalik dan berlari pergi.
Dan lagi-lagi, Sasuke hanya bisa terpaku seperti orang tolol.
.
.
Bodoh! Bodoh! Bodoooh!
Sakura Haruno memaki dirinya sendiri dalam hati, benar-benar tak habis pikir dengan apa yang diperbuatnya barusan. Ralat—tak sengaja ia lakukan. Gadis itu bersumpah ia sama sekali tak berniat melakukan hal itu! Ia hanya ... tapi ... aaargh!
Kenapa Sasuke harus menolehkan kepalanya di saat yang tidak tepat?!
Menggelengkan kepala kuat-kuat, Sakura berusaha menepis jauh-jauh ingatan tentang kejadian beberapa detik yang lalu dalam benaknya, sementara kakinya membawanya berlari tanpa tujuan. Yang ada dalam benaknya sekarang hanyalah berada sejauh mungkin dari Sasuke Uchiha.
Demi apa pun, Sakura tak pernah merasa semalu ini seumur hidupnya.
.
.
Naruto fandom dan segala isinya adalah hak cipta Masashi Kishimoto-sensei. Saya hanya minjam, tanpa mengambil keuntungan apa pun kecuali kesenangan menulis. :D
Arlene Shiranui's
L'amis Pour Toujours: Summer Holiday Arc Chapter 7
-bagian terakhir Summer Holiday Arc-
.
.
"Naruto ..."
Suara itu terdengar seperti berasal dari tempat yang sangat jauh. Mula-mula Naruto sama sekali tak menggubrisnya. Perhatiannya hanya tertuju pada mangkuk demi mangkuk ramen lezat yang disajikan oleh gadis manis bermata putih di hadapannya, lagi dan lagi.
"Ahahah ... sudah cukup, Hinata. Aku sudah kenyang."
Akan tetapi Hinata sama sekali tak menggubrisnya. Gadis itu dengan riang menyingkirkan mangkuk yang sudah kosong dan kembali menyodorkan mangkuk ramen yang lain. Naruto sama sekali tak bisa menolak, kendati rasanya perutnya sudah hampir meletus.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...