Warning : Alternate Universe, Out of Character, gaje, abal, boring, dll, dsb…
Don't like, don't read!
"Yang berikutnya, Sasuke Uchiha dan Suigetsu Hozuki!"
Keesokan harinya, di kelas olahraga. Gai Maito menyuruh murid-muridnya bertanding basket satu lawan satu. Gymnasium itu langsung bergemuruh dengan suara sorak-sorai –yang sebagian besar terdengar dari para siswa putri—saat kedua orang yang disebut namanya maju ke lapangan.
"SASUKE! SASUKE!"
Tapi tampaknya Sakura tidak begitu tertarik. Tepatnya, ia tidak memperhatikan. Mata hijaunya nampak asyik memandang kosong ke arah tribun di depannya sementara pikirannya berkelana entah kemana. Tapi yang jelas, apa pun yang sedang dipikirkannya saat itu, bukan sesuatu yang menyenangkan. Lihat saja wajah masamnya itu.
Gadis itu tiba-tiba mengerang pelan seperti orang frustasi, membenamkan wajah di antara lututnya yang ditekuk di depan dada. Tidak ada seorang pun yang memperhatikan. Teman-temannya terlalu sibuk menyoraki dua cowok yang sedang beraksi di lapangan, memperebutkan benda bulat berwarna oranye.
Yah, mau diperhatikan atau pun tidak, tidak akan banyak membantu.
Sejak pembicaraannya dengan Yakumo Kurama hari sebelumnya, suasana hati Sakura menjadi benar-benar buruk. Perkataan Yakumo yang benar-benar tak terduga itu membuat Sakura terkejut dan gusar –juga yah, marah. Kalau saja Yakumo bukan seniornya di sekolah dan Sakura tidak punya kesalutan apa pun terhadapnya, ia bisa saja mencakar wajah gadis itu kemarin.
Tapi kenyataannya, Yakumo adalah aktris terkeren di klub teater dan Sakura amat mengaguminya. Dan gadis itu pun sangat baik sebetulnya.
Hanya saja, siapa sih yang bisa menahan perasaan saat melihat cowok yang disukai –dan pernah memiliki arti lebih dalam kehidupannya—tiba-tiba dekat dengan gadis lain? Siapa pun bisa jadi kejam kalau sedang cemburu, tidak terkecuali Yakumo. Barangkali itu yang dirasakannya sekarang. Dan Sakura mencoba untuk memahami situasinya, meskipun itu sangat menyebalkan.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku sangat menyukai Neji, tapi aku juga tidak ingin berselisih dengan siapa pun gara-gara cowok! Kenapa tidak bisa bersaing secara fair saja? Itu akan membuat segalanya lebih mudah.
Namun menyesali keadaan pun tidak akan ada gunanya.
"Kau ini kenapa, sih?"
Suara yang datang dari seseorang yang duduk tepat di sampingnya membuat Sakura mengangkat kepalanya dan menoleh. Sepasang mata biru sapphire balas menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Dari tadi kuperhatikan, kau menghela napas melulu seperti nenek-nenek, Sakura," lanjutnya setengah bergurau.
"Tidak ada apa-apa," sahut Sakura berdusta. Ia belum siap membagi masalah ini dengan siapa pun, termasuk Ino. "Aku cuma sedikit capek."
Ino mengangkat alisnya tinggi. "Capek? Yang benar saja. Belum seminggu masuk sekolah, kau sudah capek saja. Dasar nenek-nenek…" Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, terkekeh. "Coba kalau Lee jadi pacarmu, pasti ceritanya bakal lain. Semangat masa muda! Yeah!" serunya menirukan jargon maskot kelas tiga, Rock Lee, sambil meninju udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...