Entah sudah berapa lama waktu berlalu sejak kereta berangkat, Sakura nyaris tidak menyadarinya. Sejak tadi gadis berambut merah muda itu terlalu asyik menyerocos tentang Kiri pada Naruto. Ini memang bukan kali pertama bagi Sakura pergi ke kota itu-ia dan keluarganya pernah ke sana untuk berlibur bertahun-tahun silam-begitu juga dengan Sai dan Sasuke. Sementara bagi Naruto, liburan ini adalah pengalaman pertamanya. Tentu saja cowok itu menjadi sangat antusias dan penasaran tentang kota asing itu. Namun tampaknya cowok itu kurang berminat membaca buku tour guide yang dipinjamkan Sakura untuknya.
Yah, Naruto Uzumaki memang bukan tipe yang bisa berkawan akrab dengan buku-kecuali jika teramat sangat terpaksa-kontras dengan ketiga sahabatnya.
"Pokoknya kau pasti bakal sangat menyukai Kiri, Naruto! Aku jamin deh!" Sakura mengakhiri monolognya dengan penuh semangat.
Kedua mata biru Naruto berbinar antusias. "Ah, rasanya aku jadi tidak sabar lagi. Satu-satunya yang aku tahu tentang Kiri, katanya-tepatnya sih, kata Kiba-di sana banyak cewek cantiknya. Apalagi di sana banyak pantai. Pasti-"
"Haish, dasar cowok!" Sakura menyela perkataan Naruto dengan menendang kakinya, tahu betul apa yang dimaksudkan cowok pirang itu-sesuatu yang nakal.
"Ouch!" Naruto meringis, berlagak kesakitan sambil menggosok-gosok kakinya. "Tapi memang benar, kan?" lanjut Naruto kemudian, melirik Sai minta dukungan, "Benar kan, Sai?-cowok playboy ini pasti tahu banyak."
Di sampingnya, Sai tertawa kecil. "Yeah... kurasa kau tidak akan dikecewakan."
Sakura mengerucutkan bibirnya, pura-pura cemberut, lalu menghela napas. "Haah... Terserah deh. Yang jelas aku tidak mau berjalan dengan cowok-cowok yang matanya jelalatan melihat cewek berbikini."
"Eeh!" Naruto berseru dramatis, membuat Sakura terkikik.
"Tapi rasanya ada satu orang di antara cowok-cowok itu yang tidak akan tertarik," kata Sai kalem, seraya melayangkan pandang pada satu orang yang sedari tadi tidak melibatkan diri dalam obrolan, Sasuke Uchiha. "Dan kurasa orang itu tidak akan keberatan menemanimu jalan-jalan," lanjutnya dalam suara rendah, menyunggingkan senyum penuh arti saat mengerling Sakura-Gadis itu pura-pura tidak mendengar atau melihat apa pun, memilih saat itu untuk menoleh pada Sasuke yang duduk di sebelahnya.
Sasuke bergeming, sama sekali tidak menyadari dirinya menjadi pusat perhatian ketiga sahabatnya saat itu. Kedua lengannya dilipat di depan dada. Bagian depan rambut gelapnya terjatuh ke depan, sedikit menutupi wajahnya yang tertunduk. Kedua kelopak matanya tertutup rapat.
Naruto yang penasaran kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Sasuke, melambai-lambaikan tangannya di depan wajah sahabatnya itu. Tak ada reaksi. "Dia tidur rupanya," ujarnya sambil nyengir. Naruto baru saja hendak membangunkan Sasuke dengan menepuk bahunya ketika Sakura menghalangi tangannya.
"Jangan," ujarnya cepat-cepat dalam suara rendah, "Biarkan saja. Mungkin dia agak bosan." Gadis itu menatap wajah Sasuke yang tertidur pulas, tak bisa menahan senyum mengembang di bibirnya. Sejak dulu Sakura selalu berpendapat Sasuke adalah makhluk imut kalau ia sedang tidur, benar-benar berbeda dengan saat cowok itu terjaga-bukan berarti Sakura tidak menyukai Sasuke yang terjaga.
Naruto menghela napas saat kembali menghenyakkan diri ke bangkunya. "Ya ampun... Liburannya baru saja mulai dan Sasuke sudah bosan duluan?"
"Lebih baik bosan sekarang, dari pada nanti," komentar Sai seraya mengambil gadget dari dalam sakunya, menyumpal telinganya dengan earphone. "Beritahu aku kalau kita sudah sampai." Dan tak lama, Sai sudah tenggelam dalam keasyikannya sendiri mendengarkan musik favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Roman pour AdolescentsBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...