Chapter 69 : Ulangtahun Hinata (1)

181 22 2
                                    

Bulan Desember seakan berlalu dengan cepat, tahu-tahu mereka sudah berada di penghujung tahun. Wabah flu yang melanda Konoha juga sudah mulai mereda—barangkali karena orang-orang mulai beradaptasi dengan cuaca dingin atau karena semangat menjelang tahun baru, entahlah. Yang jelas sekolah juga sudah mulai ramai lagi.

Hari itu adalah hari terakhir menjelang liburan tahun baru. Naruto, Sakura dan Sai sedang menghabiskan waktu istirahat makan siang mereka di studio musik yang kosong. Hari itu Sakura sengaja membawakan bekal makan siang untuk mereka supaya mereka tidak perlu mengantre di kantin yang penuh dan bising—juga supaya Sakura bisa menyeret teman-temannya membantunya melatih dialog untuk dramanya. Neji sedang tidak bisa karena harus mengerjakan proyek science dengan kelompok belajarnya untuk tugas akhirnya.

"Wew.. ini scene yang romantis," komentar Naruto setelah mereka menyelesaikan satu babak dengan ia membaca dialog Alfredo untuk Sakura. Cowok itu lalu melempar pandang heran Sakura. "Aku tidak mengerti, padahal kurasa aktingmu sudah bagus dan kau juga sudah hafal seluruh dialognya. Kenapa masih saja berkeras ingin melatihnya terus?"

Sakura melempar pandang tidak setuju. "Apanya yang bagus?" gerutunya. "Kankurou selalu saja bilang aktingku kurang 'masuk' dan masih datar."

Naruto mengerang sambil mengibaskan tangannya. "Ah, dia itu cuma cowok cerewet yang banyak maunya."

"Masalahnya aku juga merasa yang dikatakannya benar," keluh Sakura. Gadis itu mengambil naskah dari tangan Naruto kemudian menghenyakkan diri di salah satu bangku yang sudah reot di dekat jendela. Sejenak ia menatap salju yang berputar-putar menerpa kaca jendela sebelum berpaling pada Sai yang tengah melatih permainan gitarnya di bangku di seberangnya. Sudah mulai lancar dia sekarang. Pachelbel Canon in D yang dimainkannya terdengar indah di telinga. "Permainanmu sudah bagus sekali, Sai."

Sai menghentikan permainannya, mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Sakura. "Terimakasih."

"Siapa dulu yang mengajari," umbar Naruto berbangga diri.

"Huu… maunya!" kekeh Sakura.

Mereka bertiga kemudian tertawa.

"Omong-omong, kemana perginya Sasuke, ya?" tanya Naruto kemudian sambil mengambil nasi kepal dari kotak makan siang yang dibawa Sakura, lalu berjalan ke arah jendela dan bersandar di sana. "Lama sekali dia."

Sasuke juga sudah kembali masuk sekolah setelah flunya sembuh.

"Katanya dia ke perpustakaan, mau pinjam buku," jawab Sai. Jemarinya memain-mainkan senar gitar di pangkuannya.

"Tumben," kata Naruto nyengir. Mata biru langitnya melirik Sakura yang sudah kembali membaca-baca naskah dramanya. "Biasanya kan Sakura yang mendekam di sana."

Mendengar komentar sahabatnya itu, Sakura hanya tersenyum simpul. "Kau juga kapan-kapan perlu mendekam di sana juga, Naruto. Supaya otak kanan dan kirimu seimbang."

Naruto terkekeh. "Jadi menurutmu otakku miring ke kanan atau ke kiri?" tanyanya bergurau, membuat Sakura tertawa lagi. "Omong-omong lagi," kata Naruto setelah tawa mereka mereda dan ia juga telah menelan potongan nasi kepalnya yang pertama, "Apa kalian punya buku bacaan yang sudah tidak terpakai?"

"Untuk apa?" tanya Sai penasaran. Ia sudah berhenti memainkan gitarnya dan mengambil nasi kepal juga.

"Untuk anak-anak panti," jawab Naruto, menggigit potongan lain nasi kepalnya. Cowok berambut pirang itu menghela napas berat, matanya menerawang memandang sarang labah-labah di sudut langit-langit studio. "Aku sih kepinginnya memberi mereka beberapa buku yang bisa diwarnai juga. Lama-lama kasihan juga kalau melihat mereka menggunakan koran bekas untuk diwarnai. Adik-adik yang sudah sekolah juga butuh buku baru. Kalau saja aku punya uang lebih…" ujarnya dengan suara pelan.

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang