Tring!
Pintu masuk yang berayun terbuka membuat bel di atasnya berbunyi. Keempat orang berseragam yang tengah duduk-duduk di konter langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Pelanggan pertama!" seru Sakura penuh semangat, namun senyumnya segera melorot dari wajahnya ketika dilihatnya siapa yang datang. "Kenapa dia terus sih yang datang pertama kalau aku yang jaga?" keluhnya pada ketiga temannya.
Ketiganya nyengir.
"Kan selalu begitu," kata Isaribi menahan geli melihat tampang gadis pink itu. "Ayo sana, layani mereka!"
"Kau sajalah, Izumo," kata Sakura pada Izumo.
Pria itu langsung memprotes, "Hei, urutannya hari ini kau yang melayani pelanggan pertama, Saku! Giliranku sudah kemarin."
Memang sudah menjadi kebiasaan di antara para pelayan restoran mungil itu setiap harinya; menggilir siapa yang medapatkan 'kehormatan' menyambut pengunjung pertama. Dan hari ini—hanya di akhir pekan saja—Sakura yang mendapatkan gilirannya. Namun sepertinya gadis itu tidak begitu senang dengan 'keberuntungan'nya kali ini.
"Ayolah, Izumo, please..." gadis itu memohon.
"Kotetsu saja," Izumo menunjuk Kotetsu yang langsung berkata,
"Aku melayani pelanggan kedua hari ini!" sambar Kotetsu langsung.
Izumo memberinya tatapan memangnya-ada-aturan-seperti-itu pada karibnya. Kotetsu mengangkat bahu.
"Pleaseee..." Sakura melempar puppy-dog-eyes andalannya pada Izumo.
Pria itu mengeluh pelan, "Baiklah… baiklah, Nona Haruno," katanya pada akhirnya. Ia lalu beranjak dan meluncur untuk menyambut pelanggan pertama mereka. Notes siap di tangan.
"Selamat pagi!" sapa Izumo ramah pada kedua orang itu. Yang satunya pria muda berambut cokelat dengan bekas luka melintang di wajahnya, dan yang satunya lagi pemuda dengan kupluk menutupi rambutnya yang pirang, dengan senyum luar biasa lebar di wajahnya.
"Pagi, Sakura!" sapa Naruto ceria sambil melambai ke arah putri pemilik restoran yang masih duduk di konter sementara ayah angkatnya mengikuti Izumo menuju salah satu kursi kosong di dekat jendela.
"Pagi, Naruto," balas Sakura dengan senyum yang tidak mencapai matanya. Ia bangkit dari kursi, begitu juga dengan Kotetsu dan Isaribi yang langsung menyambut pengunjung lain yang baru saja datang.
"Aku baru saja joging dengan Pap," beritahu Naruto penuh semangat ketika Sakura mendekat untuk menyambut pelanggan lain.
"Kedengarannya asyik," sahut Sakura datar. "Pagi, Pak Iruka," sapanya pada guru-nya zaman sekolah dasar itu sambil tersenyum sopan ketika ia melewati meja yang ditempati ayah angkat Naruto. "Tumben Anda ikut kemari?"
"Ah, Sakura! Selamat pagi," balas Iruka, membalas senyumnya. "Iya, sekali-sekali kan ingin sarapan di luar bareng anak," ia mengerling Naruto yang sudah duduk di kursi di seberangnya, tengah sibuk membuka-buka buku menu. "Wah, kau sudah jadi gadis sekarang, ya... Rasanya sudah lama sekali..." kekehnya.
Sakura tersipu. Dulu. Dulu sekali waktu dia masih di sekolah dasar, dia sempat naksir-naksiran dengan Pak Gurunya satu itu. Cinta monyet yang tak mungkin, yang selalu membuatnya tertawa sendiri kalau teringat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...