Don't like, just don't read.
"Kau nguping?" tuduh Sakura tanpa bisa menahan diri pada cowok di depannya. Sorot menusuk yang diarahkan padanya dari sepasang mata kelam milik Sasuke tak ayal membuatnya merasa terganggu.
Sementara cowok itu hanya bergeming di tempatnya tanpa mengatakan apa pun untuk membantah. Air mukanya tetap datar dan dingin, mengingatkan Sakura akan sosok Sasuke saat pertama kali mereka bertemu dulu. Sampai kemudian Sasuke membuat gerakan tiba-tiba –yang membuat Sakura terkejut. Namun ternyata cowok itu hanya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu berjalan memasuki gedung.
"Lain kali pilih tempat yang tidak semua orang bisa lewat kapan saja," gumamnya saat berjalan melewati Sakura yang tercengang.
Sakura mendengus sebal, memelototi punggung Sasuke yang kemudian menghilang di belokan di ujung koridor. Hanya kebetulan lewat, ya? Tapi kan tak perlu memandangku seperti tadi. Dasar menyebalkan! –Tapi tak ada waktu untuk menghiraukan sikap Sasuke sekarang. Sakura mengerling arloji di pergelangan tangan kirinya dan terkejut ketika menyadari ia hanya punya waktu beberapa jam saja mempersiapkan diri untuk nanti malam!
.
.
Tapi nyatanya Sasuke tak setenang kelihatannya.
Apa yang dilihatnya beberapa saat yang lalu membuatnya gusar. Bukan hanya karena Sakura yang terlihat begitu gembira dengan cowok lain, tapi karena hal lain. Ekspresi Neji saat cowok itu mengajak Sakura lah yang membuatnya resah.
Hatinya tak tenang. Betapa pun ia mencoba untuk tidak ambil peduli –toh, Sakura juga sama sekali tak memedulikannya, kan?
"Sasuke?"
Sebuah senggolan di lengannya membuyarkan lamunannya. Sasuke serta merta mengalihkan pandangannya dan menatap Naruto yang duduk di sebelahnya di tribun Gymnasium tempat mereka sedang mengadakan rapat kecil dengan tim peralatan, memandangnya dengan ekspresi bingung. "Huh?"
"Aku bilang denah untuk penempatan stand sudah selesai dan mereka sudah memastikan akan mengantar tenda-tendanya Senin pagi. Astaga… kau memperhatikan tidak sih sejak tadi?" Naruto menghela napas keras. "Sejak kembali dari toilet tadi tampangmu jadi aneh," tambahnya dalam gerutuan pelan, seraya mencoretkan sesuatu dalam catatan yang dipegangnya. "Jangan bilang karena sembelit."
Tawa tertahan terdengar dari beberapa anak mendengar gurauan Naruto, namun Sasuke memilih untuk tidak menanggapinya. Ia menunduk kembali, berpura-pura memeriksa kembali laporan progress kerja timnya untuk rapat koordinasi setelah ini dan membiarkan Naruto yang memimpin rapat.
"Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Naruto setelah rapat selesai dan semua orang sudah membubarkan diri, seraya menyerahkan lembar catatannya pada Sasuke.
"Tidak," sahut Sasuke berbohong, tak ingin membuat Naruto ikut-ikutan mencemaskan Sakura. "Tidak ada apa-apa." Ia menyelipkan catatan itu dalam map yang dibawanya, kemudian mengedarkan pandangannya dan baru sadar Sai tidak ada bersama mereka. "Mana Sai?"
"Tadi waktu kau ke toilet, dia pergi dengan Hinata. Katanya kaus dan name tag untuk panitia sudah datang –mereka sedang mengurusnya sekarang," jawab Naruto. Ia menutup ritsleting tasnya, lalu berdiri. "Bagaimana kalau kita membantu juga? Sekalian mengambil bagian kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Подростковая литератураBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...