Chapter 5 : Sahabat dan Keluarga

216 32 2
                                    

Blossoms' Cafe

"Pai itu untuk dimakan, bukannya untuk ditusuk-tusuk, Sakura."

Suara ramah itu membuyarkan lamunannya. Gerakannya menusuk-nusuk pai berry-nya dengan garpu terhenti saat ia mengangkat wajah. Sakura membalas senyuman hangat pria muda yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya dengan cengiran setengah hati.

Sore itu Sakura langsung pergi ke restoran yang dikelola keluarganya sepulang dari sekolah, sekalian menunggu sepedanya yang sedang diperbaiki di bengkel dekat sana. Dan di sanalah ia sekarang, bersama pria muda berambut cokelat gelap yang bekerja paruh waktu di restoran keluarganya, Yamato, duduk di lantai di dapur restoran yang memang sedang lengang.

"Biar kutebak. Kau ada masalah di sekolah. Apa aku benar?" tanya Yamato kemudian.

Sakura menghela napas berat. "Hmm..." ia mengangguk pelan.

Pria itu tersenyum paham. "Apakah kali ini Uzumaki lagi?" tebaknya.

Sakura menggeleng pelan sambil memeluk lutut dan meletakkan dagunya di atasnya. Piring pai terlupakan di lantai.

"Kalau begitu apa?" tanya Yamato lagi. Kali ini dengan nada agak khawatir. Bertahun-tahun mengenal gadis itu, Yamato pastilah sudah mengetahui kebiasaan Sakura yang terkadang suka mendramatisir masalah. Tipikal gadis melankolis. Masalah kecil saja kadang kelihatan seperti masalah pelik kalau Sakura yang mengalaminya. Dan kali ini pun tampaknya seperti itu.

"Hei, sejak kapan kau beralih profesi jadi detektif, Yamato?" Sakura mengernyitkan alis. Yamato tertawa kecil. "Entahlah..." desah Sakura kemudian. Kemudian ia menghela napas sekali lagi sebelum melanjutkan, "Aku tidak mengerti, kenapa di dunia ini ada orang yang begitu menyebalkan."

"Naruto?" Yamato mengangkat alisnya.

Gadis itu menggeleng lagi, "Naruto tidak terlalu menyebalkan sebetulnya. Dia hanya... yah-maksudku bukan dia..."

"Lalu?" pancing Yamato sabar.

"Ada anak pindahan dari Oto," Sakura berhenti sebentar sebelum melanjutkan, "Tampan sih... tapi kelakuannya gak banget. Bicaranya kasar dan caranya menatap orang lain, seakan dia orang paling hebat sedunia. Meskipun yah... dia sangat pintar..."

"Kau ada masalah dengan itu, Sakura?"

Sakura tidak menjawab, cemberut. Diangkatnya garpu yang sedari tadi masih dipegangnya, lalu mengerigitinya. Ekspresinya tampak gusar.

"Dia... er... mengalahkanmu dalam pelajaran?" selidik Yamato.

Gadis di sampingnya hanya mengeluarkan suara gerutuan samar. Meskipun Sakura sama sekali tidak mengiyakan, namun Yamato cukup yakin tebakannya benar. Hal ini pernah terjadi sebelumnya saat Shikamaru mengalahkannya pada ujian kenaikan.

Tersenyum tertahan, Yamato mengangkat tangannya untuk menyentuh puncak kepala Sakura dengan lembut. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Sekolah itu bukan tentang siapa yang menjadi terbaik di kelas, dear," ucapnya bijak, "Sekolah itu tentang bagaimana kita menuntut ilmu sebaik mungkin, belajar sebanyak mungkin tentang kehidupan. Sekolah juga tentang bersosialisasi dan berteman dengan sebanyak mungkin orang." Pria itu menurunkan tangannya dan tersenyum ketika Sakura menyandarkan kepala di bahunya yang bidang.

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang