Chapter 25 : Tim dari Ame Pulang

151 23 1
                                    

Beberapa hari telah berlalu semenjak mereka merayakan ulang tahun Naruto yang ke-tujuhbelas di panti asuhan. Dan sejak saat itu, segalanya semakin membaik antara Naruto, Sasuke dan Sakura. Mereka sekarang bagaikan tiga sahabat yang tidak terpisahkan. Sumpah serapah, makian, kata-kata kasar dan ancaman yang dulu kerap terucap dari mulut ketiganya setiap mereka bersama-sama, tidak lagi sering terdengar. Memang sih, mereka tidak selamanya rukun. Ada beberapa kesempatan ketika mereka mulai bertengkar lagi, tapi yang terdengar sekarang bukan lagi cacian penuh kebencian seperti sebelumnya, melainkan lebih ke sindiran penuh persahabatan yang diakhiri dengan tawa geli.

Dan Kakashi Hatake, yang diam-diam selalu mengawasi ketiganya dari jauh, tentu saja merasa puas dengan kemajuan yang terjadi ini. Begitu juga dengan Itachi Uchiha, sang biang keladi-mengingat dia yang punya ide 'mengikat' adiknya bersama dua orang teman, menuruti ide gurunya ketika masih di sekolah menengah dulu-di belakang semua ini. Seperti kali ini, saat ia menerima laporan dari Kakashi.

"Adikmu tampak lebih santai sekarang, Itachi..." ujar Kakashi lewat ponselnya.

"Hmm... Hmm..." kepala Itachi terangguk-angguk di depan layar komputernya, sementara jemarinya dengan lincah menari di atas keyboard, mengerjakan laporan proyek untuk kantornya. Bibirnya menyunggingkan senyum puas mendengar laporan teman lamanya itu. "Sedang apa mereka?" tanyanya.

Seraya mengambil botol air mineral di konter, guru Aljabar itu melirik ke arah Sasuke, Sakura dan Naruto yang sedang duduk makan siang di meja mereka yang biasa di tengah kantin yang selalu riuh itu. Ketiganya sedang menikmati burger keju sambil mengobrol, tertawa-tawa-yah, meskipun yang tertawa hanya Sakura dan Naruto saja. Sasuke hanya menyeringai kecil, sesekali berdehem untuk menyembunyikan tawanya.

"Mereka sedang makan siang. Ah, kurasa Naruto sedang menceritakan leluconnya yang lain," kata Kakashi menahan tawa ketika meja anak-anak itu meledak dalam tawa riang.

Itachi tertawa kecil, jemarinya berhenti mengetik dan sekarang ia memutar kursinya, memandang ke langit di balik jendela di belakang meja kerjanya. "Wah, aku jadi ingin melihat adikku tertawa," ujarnya.

"Ck ck ck... sayang sekali Sasuke sedang tidak tertawa saat ini," sahut Kakashi seraya melambai ke sekelompok murid yang menyapanya.

Itachi mengeluh pelan, tapi kemudian senyumnya mengembang lagi. "Yah, setidaknya dia sekarang sudah jauh lebih gembira. Aku senang dia sudah mau bergaul."

"Yeah, kau benar," kata Kakashi. "Ya sudah, kurasa itu saja untuk hari ini."

"Baiklah," sahut Itachi, "Oh ya, siang ini apa mereka mau latihan sepakbola lagi?"

"Oh, entahlah. Karena hari ini tim yang dikirim ke Ame sudah pulang, barangkali mereka akan libur dulu."

"Oh, oke kalau begitu. Terimakasih banyak, Kakashi."

"Hn, sama-sama. Selamat siang."

Sambungan terputus.

Itachi menghela napas panjang. Senyum masih menghiasi wajahnya ketika ia mendengar suara memanggilnya, "Makan siang dulu, Itachi?"

Pria itu memutar kembali bangkunya yang mendapati seorang wanita muda berambut merah yang merupakan rekan kerjanya tersenyum padanya dari atas bilik tempat ia bekerja. "Ah, iya iya..." ia menyahut.

"Kau ini... selalu saja menelepon di jam makan siang begini. Menelepon siapa sih? Pacarmu?" tanya si wanita penasaran. Mata birunya berkilau antusias, berharap mendapat bahan gosip baru di kantor yang membosankan itu. Terlebih gosipnya tentang pria lajang paling tampan bermasa depan cerah yang juga merupakan pewaris perusahaan itu, Itachi Uchiha. Siapa sih yang tidak penasaran mengetahui siapa wanita beruntung yang akan menjadi istrinya kelak?

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang