Sakura dan Ino terbangun agak kesiangan keesokan harinya. Barangkali mereka masih akan melanjutkan tidur sampai siang kalau saja Azami tidak membangunkan kedua gadis itu untuk sarapan. Sebabnya adalah mereka terlalu asyik mengobrol dan curhat sampai larut malam, menggosipkan setiap detil yang bisa digosipkan, lalu dilanjutkan dengan bermain gitar milik Sakura sambil bernyanyi—Ino adalah seorang pemusik dan Sakura lumayan bisa main gitar, diajari mendiang ayahnya—sampai waktu menunjukkan pukul setengah dua malam keduanya baru tertidur.
Setelah sarapan, mandi dan beres-beres, pukul setengah sembilan pagi kedua gadis itu sudah berada di kamar Sakura lagi, sibuk dengan sentuhan terakhir penampilan mereka. Ino tampak cantik dengan balutan celana jeans ketat dan kaus bola longgar bertuliskan 'Ino Ronaldo' di bagian punggungnya. Rambut pirangnya yang menjuntai sampai ke pinggang tergerai bebas. Gadis itu tertawa ketika melihat Sakura muncul dari kamar mandi dengan mengenakan t'shirt berwarna oranye cerah dipadu dengan jeans hitam yang agak gombrong.
"Naruto banget sih kau!" komentar Ino tergelak. Kepala pirangnya yang cantik menggeleng-geleng. "Kalau kau memakai ini waktu kita kelas satu, aku pasti mengira kepalamu itu sudah terbetur sesuatu, Sakura. Atau kau mendadak buta warna?" kekehnya.
"Bagus, kan?" Sakura nyengir. Gadis itu memutar tubuhnya di depan cermin, memeriksa bayangannya sendiri. "Aku sendiri yang mendesainnya."
"Oh," Ino mengangguk. "Pantas saja…" tambahnya, menyeringai.
"Jangan ngomong 'pantas saja' dengan tampang begitu dong," tukas Sakura tersinggung, menatap Ino dengan cemberut dari cermin, "Aku tahu warna rambutku tidak cocok dengan oranye—dan aku juga tidak terlalu suka warna ini, kecuali jeruk—tapi ini kan untuk Naruto."
"Aku mengerti," Ino mengangguk lagi, tertawa. Ia mengeluarkan lip gloss dari dalam tasnya dan mulai memoleskannya ke bibirnya yang tipis.
"Sasuke juga pakai kaus yang sama," ujar Sakura sambil menyematkan jepit untuk menahan anak rambutnya. Hari itu ia mengucir dua rambut merah mudanya.
Ino nyaris saja menjatuhkan tube lip gloss-nya saking kagetnya. "Hah? Sasuke—Maksudmu, dia memakai kaus yang sama denganmu? Dengan tulisan 'Naruto's Sister'? Ya ampun… kukira dia cowok!"
Sakura menimpuk sahabatnya itu dengan sikat rambut, terbahak. "Ya enggak lah… Tulisan di kausnya, 'Naruto's Brother'."
Gadis berambut pirang itu terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Kalian berdua ini ya, benar-benar—"
Kata-kata Ino terputus oleh suara dering ponselnya. Gadis itu buru-buru meraih ponselnya yang diletakkan di atas meja belajar Sakura. Ada pesan singkat yang baru masuk. Ino membaca pesannya sementara Sakura melanjutkan berdandan.
"Ah!" seru Ino mengagetkan Sakura.
"Ada apa, Ino?" tanya Sakura heran, berpaling dari cermin untuk menatap gadisp pirang itu.
Ino menjatuhkan diri di kursi belajar sambil mengeluh. "Idate," ia memberitahu Sakura. "Dia bilang tim basketnya akan bertanding jam sebelas nanti di GOR Konoha University. Dia memintaku datang. Aaargh… Kenapa tidak bilang dari kemarin, sih?"
"Kenapa memangnya? Datang saja…" kata Sakura seraya melanjutkan acara dandannya.
"Tapi kan aku juga mau nonton pertandingannya Naruto."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...