When I'm lost in the rain
In your eyes I know I'll find the light
To light my way, when I'm scared losing ground
When my world is going crazy you can turn it all around
And when I'm down you're there pushing me to the top
You're always there giving me all you've gotNaruto © Kishimoto Masashi
'I Turn to You' © Diane Warren
Sakura terbangun keesokan paginya dengan perasaan tidak karuan, seakan ia baru saja mengalami mimpi buruk—yang benar-benar buruk. Kedua matanya masih terasa pedih karena air mata, dan tatkala ia teringat apa yang terjadi semalam, apa yang dikatakan Yamato padanya, itu sama sekali tidak membuatnya merasa lebih baik. Sebaliknya, perasaan bersalah menyerangnya lagi, menusuk-nusuk hatinya seperti belati tajam tak kelihatan. Menyakitkan.
Butuh beberapa menit lagi bagi Sakura sampai ia berhasil menguasai diri. Gadis itu menatap ke arah jendela yang gordennya telah dibuka—pasti oleh ibunya—menampakkan pemandangan putih di luar. Salju sedang turun saat itu. Sementara matanya menerawang menatap butiran-butiran salju yang berputar dipermainkan angin di luar sana, pikirannya kembali dipenuhi kejadian dua hari belakangan.
Aku benar-benar jahat pada mereka, Sakura membatin resah. Ia telah bersikap sangat egois dan keras kepala dengan tidak mau mendengarkan penjelasan ibu dan pamannya. Kalau saja ia tidak bersikap seperti anak kecil dan mau mendengarkan mereka, tidak ada perlu tersakiti seperti ini. Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Ia sudah terlanjur melukai semuanya, termasuk dirinya sendiri.
Apakah ibu dan pamannya masih mau memaafkannya setelah semua yang diperbuatnya pada mereka? Sakura tidak tahu. Ia masih mengingat tatapan Kakashi yang terluka saat di sekolah, juga di rumah sakit hari sebelumnya. Ia juga tidak bisa melupakan tangisan ibunya saat ia menolaknya.
Tuhan… Rasanya Sakura ingin sekali menampar dirinya sendiri.
Sakura beranjak dari ranjangnya, memakai sweter longgar di atas gaun tidurnya sembari memandangi pantulan wajahnya yang berantakan dalam cermin. Untuk kali itu, Sakura tidak memedulikan bagaimana tampangnya. Ia mengikat rambut panjangnya asal saja sebelum turun.
Azami berada dalam posisi menghadap ke kompor ketika Sakura tiba di dapur, menuang sesuatu seperti bubur yang masih mengepul ke dalam mangkuk. Rambutnya yang merah digelung asal saja di belakang kepalanya, dan—Sakura baru menyadarinya sekarang, selama ini ia tidak begitu memperhatikan—tubuhnya terlihat jauh lebih kurus.
Hati Sakura kembali berdecit sakit dan ia tidak bisa menahan emosinya lagi. Gadis itu berlari ke belakang ibunya, dan sebelum Azami menyadari keberadaan putrinya itu, Sakura sudah mengulurkan kedua tangannya, memeluk pinggang ibunya erat-erat dari belakang.
"S-Sakura?" Azami berkata terkejut. Gerakannya menuang bubur terhenti.
Sakura terisak ke bahu ibunya. "Ibu… maafkan aku, Bu… Maafkan aku…" bisiknya miris.
"Sayang…" suara Azami terdengar parau.
"Seharusnya aku mendengarkanmu. Maafkan aku…" Sakura menenggelamkan wajahnya ke bahu ibunya, menangis.
Azami meletakkan mangkuk bubur di tangannya ke meja, lalu berbalik dan balas memeluk putrinya erat-erat dengan penuh rasa syukur. Di sana, ibu dan anak itu menangis bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...