"Kau tidak akan jaga restoran lagi hari ini, Sakura?" tanya Isaribi keesokan harinya. Ia mengalihkan perhatiannya dari rollerblade yang sedang dipasangnya dan menoleh memandang Sakura yang duduk di sampingnya sambil mengernyit. "Ini sudah dua minggu sejak kau absen," protesnya.
Pagi itu keduanya sedang berada di ruang ganti karyawan di Blossom' Cafe. Sakura seperti biasa jika sedang akhir pekan bertugas untuk membuka kunci restoran keluarganya pagi-pagi sekali. Dan biasanya ia sudah mengenakan seragam restorannya itu dari rumah, tapi kali ini ia mengenakan training dan t'shirt untuk olahraga. Jelas sekali bagi Isaribi kalau untuk kesekian kalinya Sakura akan absen lagi.
"Tapi kan aku membantu sedikit semalam," Sakura membela diri sambil membetulkan tali sepatu olahraganya. Setelah selesai, ia menegakkan diri dan tersenyum minta maaf pada Isaribi. "Sori deh. Tapi hari ini aku sudah janji akan menemani Naruto latihan bola."
Isaribi menatapnya heran. "Aku bingung deh denganmu, Sakura. Beberapa waktu yang lalu kau kelihatannya benci sekali pada mereka. Kau tidak hentinya mengheluh tentang mereka. Tapi sekarang? Coba lihat... kau kelihatan... akrab sekali dengan mereka!"
Sakura beranjak dari kursi yang didudukinya dan melangkah mendekati cermin sambil tertawa kecil. "Yeah... mungkin karena aku sudah semakin terbiasa dengan mereka, jadinya kelihatan seperti itu. Tapi jangan salah, kadang-kadang kami masih sering berantem," kekehnya sambil menyibakkan rambut merah mudanya, menyatukan dan mengikatnya menjadi buntut kuda di belakang kepalanya.
"Aku masih tidak mengerti..." Isaribi mengangkat bahu, lalu meneruskan mengikat tali rollerblade-nya.
Sakura mengambil waktu untuk menjepit poninya sebelum berkata, "Yah, kurasa ini sama halnya sepertimu yang tadinya tidak menyukai Izumo dan Kotetsu yang menurutmu tidak pernah serius. Kalau kau sudah terlalu sering bersama mereka, kau akan terbiasa dan akhirnya kau bisa menolelirnya, bukan? Atau bahkan kau menyukainya." Mata hijau Sakura berkilat jahil, gadis itu berbalik, nyengir menatap Isaribi. "Sekarang beritahu aku, kau menyukai Izumo kan?"
Isaribi menegakkan diri. Ia menyambar handuk kecil Sakura yang disampirkan gadis itu di kursi yang tadi didudukinya dan melemparnya agak keras pada Sakura. "Aku tidak menyukai Izumo!" bantahnya. Tapi ketika ia menunduk lagi untuk membetulkan bagian ujung jeans-nya yang digulung, wajahnya merona merah. "Tidak seperti itu juga, sih. Izumo kan naksir Ayame..." ia menambahkan dalam gumaman pelan.
"Hei, kenapa jadi pesimis begitu sih? Kalau kau berusaha, Izumo pasti akan membalas perasa—"
Sebelum Sakura menyelesaikan kalimatnya, Isaribi sudah menyerangnya dengan gelitikan gemas. "Iiih... kan sudah kubilang, perasaanku pada Izumo bukan seperti itu!" gadis berambut pendek itu masih saja berkilah, padahal ekspresi wajahnya menyatakan sebaliknya.
Sakura tertawa-tawa kegelian, berusaha berkelit dari serangan Isaribi. "H-hentikan, Isaribi... haha..."
"Kau sendiri, berusahalah supaya bisa jadian dengan Naruto, ya!" Isaribi membalas.
Sakura tertawa lagi sambil menjauh dari gadis itu. "Tidak berhasil!" serunya mengejek. "Karena aku dan Naruto memang tidak ada apa-apa."
"Oh, ada saja!" tukas Isaribi, kesal ketika menyadari ia kalah dari Sakura. "Atau kau suka dengan yang satunya?"
"Sasuke?" kekeh Sakura seraya mengibaskan tangannya. "Yang benar saja..."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...