Firefly Cafe, Konoha City Square...
"Ramen miso?"
"Pesananku."
"Kalau begitu Nona pasti yang memesan udon tempura ini."
"Terimakasih."
Cowok berpostur jangkung yang menjadi pelayan di restoran pinggir jalan itu pun meletakkan dua mangkuk dan gelas limun di nampannya ke atas meja tempat Sakura dan Hokuto duduk. Saat itu sesi latihan telah usai dan mereka semua sedang makan siang bersama di salah satu restoran pinggir jalan di KCS yang letaknya memang tidak jauh dari KCP.
"Wow, kelihatannya enak," kata Hokuto riang sambil menggeser mangkuk udon-nya lebih dekat dan membuka bungkus sumpitnya.
"Yeah. Apa pun kalau sedang lapar pasti terasa enak," sahut Sakura. Gadis itu menggeser mangkuk ramennya juga.
Hokuto melirik Sakura, nyengir. "Apalagi setelah semua yang gila-gilaan itu tadi. Aku jadi lapar banget..."
"Banget..." Sakura terkekeh-kekeh. Yah, setelah berteriak-teriak seperti orang kalap di taman tadi, Sakura mendadak menjadi sangat lapar. Ia membuka sumpitnya dan langsung menyumpit mie banyak-banyak.
Sementara kedua gadis itu menghabiskan makan siang mereka, suara tawa dan obrolan ringan dari meja-meja di sekitar mereka mulai terdengar di antara suara denting alat-alat makan. Sakura menyapukan pandangannya berkeliling setelah menelan mie ramen yang kenyal dan melihat Neji duduk beberapa meja dari mejanya, sedang makan sambil mengobrol santai dengan para cowok; Motoki, Shingo dan Kyusuke.
Seulas senyum muncul di wajah Sakura ketika ia teringat adegan gila-gilaannya dengan Neji di taman tadi. Sebenarnya ia sama sekali tidak menyangka bisa berkembang sampai begitu rupa, namun berakting bersama Neji membuatnya merasa bisa melakukan segalanya, mengeluarkan semua kemampuannya. Dan ini membuatnya lebih percaya diri.
Tepat saat itu Neji menoleh ke arahnya. Hati Sakura mencelos ketika mata mereka bertemu, tapi ia berusaha untuk tidak memalingkan wajah, melainkan melempar senyum padanya. Gelombang perasaan bahagia menyerangnya ketika ia melihat cowok itu membalas senyumnya sekilas sebelum kembali berpaling dan melanjutkan mengobrol dengan teman-temannya. Sakura kemudian berpaling sambil menggigit bibir bawahnya keras-keras untuk mencegah dirinya tersenyum terlalu lebar. Gadis itu menunduk, menyibukkan dirinya dengan ramennya yang baru setengah dimakan, sementara pikirannya berkelana ke meja sebelah. Sesekali ia mencuri-curi pandang.
"Ehem!"
Sakura menoleh dan mendapati Hokuto sedang nyengir padanya. "Apa?"
Hokuto mengikik. "Wah, sepertinya ada yang sedang jatuh cinta, nih..." godanya dalam bisikan.
Sakura merasakan wajahnya langsung menghangat. "Sembarangan!" bantahnya langsung dalam desisan rendah. Mata zamrudnya membeliak lebar.
Hokuto memutar bola matanya. Ditudingnya Sakura dengan sumpit. "Masih saja mau mengelak. Sudah ngaku saja, deh."
Selama beberapa saat, Sakura hanya bisa cemberut menatap temannya itu. Ia merasa tidak bisa mengelak lebih jauh lagi. Salahkan matanya yang tak hentinya mengarah ke meja sebelah, seakan tertarik oleh magnet yang sangat kuat. Sial...
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...