"Selamat pagi, Sakura!" sapa Naruto cerah keesokan harinya di koridor. Cowok itu berjalan riang menuju gadis berambut merah muda yang tampak sedang sibuk di salah satu loker di sana sambil sesekali membalas sapaan anak-anak yang dilewatinya. Saat itu koridor sudah lumayan ramai-mengingat bel jam pelajarang pertama tinggal beberapa menit lagi.
Sakura yang sedang sibuk memilah-milah buku di lokernya menoleh dan tersenyum cerah pada Naruto. "Pagi, Naruto!" gadis itu membalas sapaannya ketika cowok pirang itu sudah berdiri di sampingnya. "Bagaimana latihanmu kemarin, eh?"
"Oke juga," sahut Naruto sembari membuka kombinasi kunci lokernya yang letaknya memang tepat di samping loker Sakura, "Latihannya benar-benar hebat." Setelah lokernya terbuka, cowok pirang itu mulai mengambil buku yang dibutuhkannya untuk pelajaran hari itu. "Bagaimana Ino?"
"Dia baik," jawab Sakura sambil tersenyum. "Ternyata benar, dia sama sekali tidak kelihatan sakit kecuali mukanya yang agak pucat. Dan katanya dalam waktu beberapa hari dia akan keluar dari rumah sakit."
Naruto membalas senyum Sakura dengan cengiran lebar khas-nya. "Benar kan? Mana ada kuman yang berani lama-lama dalam tubuh cewek galak macam dia?" sahutnya bergurau.
Sakura tertawa menanggapi gurauan Naruto. "Kau ini bisa saja, Naruto," kekehnya. "Oh ya, kemarin aku ketemu Sasuke waktu pulang dari rumah sakit."
"Hm..." Naruto mengangguk, wajahnya mendadak tampak masam ketika ia menarik keluar diktat Aljabarnya. Agaknya ia kurang senang mengetahui Sakura dan Sasuke menghabiskan waktu berdua saja tanpanya-Bagaimana kalau Sasuke berbuat macam-macam pada Sakura di belakangnya? "Kalian ngapain?"
Tapi rupanya, Sakura yang sama sekali tidak bodoh itu menyadari perubahan ekspresi Naruto, juga nada suaranya yang seperti menukas. Gadis itu mengernyitkan dahi. "Kau tidak berpikir kami melakukan hal yang tidak-tidak berdua kan?" tebaknya tepat sasaran, membuat Naruto gelagapan.
"T-tentu saja tidak," sahut Naruto. Cowok itu mengeluarkan tawa canggung, lalu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Jadi..." lanjutnya sambil memasukkan buku ke dalam tas, "Apa yang kalian lakukan kemarin?"
Sakura tersenyum puas melihat ekspresi Naruto kembali santai. Ia menutup lokernya perlahan, bersandar di pintu loker dan saat berikutnya ia sudah mengoceh tentang apa yang dilakukannya dengan Sasuke hari sebelumnya sementara Naruto sibuk dengan buku dan jadwalnya. Gadis itu masih asyik bercerita dan semakin bersemangat ketika Sasuke tiba.
Cowok berambut gelap itu mendengus keras seraya membuka kombinasi lokernya sendiri. "Yeah yeah... dan kau menjadikanku supirmu seharian. Ya kan, Sakura?" tukasnya.
"Tidak seharian, kok," Sakura membantahnya, pura-pura cemberut. "Salahmu sendiri menawarkan diri mengantarku pulang. Jadi sekalian saja," katanya dengan senyum jahil. "Lagipula kau kan sudah kutraktir makan di restoranku sesudahnya. Harusnya kau berterimakasih, bukannya malah memprotes."
"Oh yeah, aku lupa. Aku harus berterimakasih padamu karena berkat kau yang keasyikan berlama-lama di makam sampai-sampai aku dimarahi kakakku karena telat pulang. Dikiranya aku keluyuran kemana-mana dulu dan membiarkannya dan Rufus kelaparan-karena di rumah sudah tidak ada makanan lagi. Yeah benar, terimakasih banyak Sakura," tukas Sasuke sarkastis seraya membuka pintu lokernya dengan geram.
"Oh... benarkah? Wah, maafkan aku..." kata Sakura pura-pura menyesal. "Apa dia memukulimu? Atau mengurungmu di kamar mandi? Atau-"
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...