"Maafkan aku... untuk semuanya..."
Sakura tertegun. Di tengah hiruk pikuk anak-anak yang merayakan keberhasilan pementasan mereka di belakang panggung, ia masih bisa mendengar kata-kata itu dibisikkan oleh Neji di telinganya sementara cowok itu memeluknya.
Perlahan, Sakura melepaskan diri dari dekapan Neji. Jantungnya berdebar kencang ketika ia menatap ke dalam mata cowok di depannya. Neji mengulas sebuah senyum ragu, yang kemudian segera dibalas Sakura dengan anggukan diiringi senyum tulus.
"Trims..." Neji berkata lagi, tampak lebih lega.
Sekali lagi Sakura mengangguk. Kedua matanya mulai berkaca-kaca sementara euphoria anak-anak di belakang mereka mulai menularinya. "Kita berhasil, Neji. Kita berhasil!"
Senyum Neji melebar dan ia mulai tertawa. "Tentu saja. Kita berhasil."
Kali ini Sakura lah yang bergerak terlebih dahulu. Gadis itu melempar kedua belah lengannya untuk memeluk Neji erat-erat, seraya terus berseru gembira, "Kita berhasil! Kita berhasil!" dengan air mata haru yang mulai membanjiri wajahnya.
Setelah melepaskan diri dari Neji -dan dibantu cowok itu berdiri-Tenten menghampirinya, memeluknya dengan erat juga sebagai ucapan selamat. "Sukses besar! Terimakasih banyak, Sakura!"
"Oh, ini semua berkat kau juga!" seru Sakura riang setelah Tenten melepaskan pelukannya. Kedua gadis itu bertukar senyum, sebelum kemudian Sakura berpaling untuk menghampiri yang lain.
Hokuto melompat ke arahnya, berseru kegirangan sampai matanya basah saking terharunya. Juugo dan beberapa anak cowok juga ikut menghampirinya, saling memberikan ucapan selamat dengan wajah merah diliputi kegembiraan. Kemudian Sakura berlari ke arah Ino dan Hinata yang menunggu agak jauh dari kerumunan anak-anak berkostum dengan wajah berseri-seri. Gadis itu memeluk keduanya sekaligus sambil menjerit-jerit bahagia sementara keduanya menyerukan selamat padanya. Kemudian yang terakhir adalah Sasuke dan Naruto, ia juga nyaris mencekik kedua cowok itu dengan pelukan eratnya sebagai ungkapan rasa bahagia.
"Hei, waktunya memberi salam pada penonton!" Tenten menepuk-nepukkan kedua tangannya untuk mendapatkan perhatian dari teman-temannya di belakang panggung. "Ayo semuanya! Ayo, Sakura!"
Tak lama semua pemain beriringan berjalan memasuki panggung kembali di depan tirai merah yang tertutup, menyambut tepuk tangan penonton yang membahana di seluruh penjuru gym. Tenten menggandeng sebelah tangan Sakura, sementara tangan yang lain menggandeng tangan Juugo. Neji berada di sisi lain Tenten. Serentak, mereka mengangkat tangan-tangan mereka yang saling terpaut, kemudian membungkukkan badan sebagai ungkapan terimakasih pada penonton.
Di atas panggung, Sakura bisa melihat ibu dan pamannya berdiri di antara para penonton lain, bertepuk keras. Wajah ibunya berkilau oleh air mata. Meski begitu, ia terlihat sangat berseri-seri. Sementara tak jauh dari tempat ibu dan pamannya, Sai melambaikan tangan kepadanya, sementara tangannya yang lain memegangi kamera.
Sakura merasa sangat bahagia dan lega saat itu, seakan baru terlepas dari beban yang sangat berat. Dan ia tidak akan pernah melupakan hari itu sampai kapan pun.
.
.
Kehebohan masih berlanjut sampai di ruang ganti. Sembari menanggalkan kostum mereka dan menggantinya dengan pakaian biasa, para gadis itu terus membicarakan tentang pementasan yang baru berakhir beberapa saat yang lalu dengan penuh keriangan, ditingkahi dengan suara tawa ketika mereka saling ledek kesalahan konyol yang dilakukan masing-masing di atas panggung, seperti keseleo lidah saat sedang melakukan dialog, tak sengaja terserimpet kostum sendiri, atau sanggul yang mendadak copot. Sakura yang sama sekali tak menyadari ada kejadian-kejadian semacam itu tadi -karena berkonsentrasi penuh dengan aktingnya-ikut tergelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Roman pour AdolescentsBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...