Chapter 10 : Siapa yang Memulai?

214 30 5
                                    

Keesokan harinya, cuaca memburuk. Sejak semalam hujan badai menerpa Konoha dan belum berhenti hingga pagi menjelang. Karena cuaca buruk itu, banyak orang tua yang khawatir, memilih mengantarkan sendiri anak mereka ke sekolah dengan kendaraan pribadi ketimbang membiarkan mereka naik bus sekolah atau mengendarai sepeda seperti biasa.

Begitu juga dengan Sasuke, meskipun tentu saja bukan orangtuanya yang mengantarkannya ke sekolah melainkan sang kakak, Itachi, dengan BMW hitamnya. Mobil mewah itu memasuki halaman sekolah lalu berhenti tepat di depan gedung utama.

"Belajar yang benar, Sasuke," pesan Itachi, memainkan perannya sebagai kakak yang baik yang selalu mengingatkan adiknya.

"Hn," sahut Sasuke sambil melepas sabuk pengaman-nya lalu menyampirkan tas ke bahu sebelum keluar dari mobil sang kakak. Ia membanting pintu mobil menutup sebelum berlari menembus hujan menuju gedung sekolahnya.

Sasuke melepas jaketnya yang basah sesampainya di pelataran sekolahnya. Ia mengawasi mobil Itachi yang melaju perlahan meninggalkan halaman parkir Konoha High sejenak sebelum perhatiannya teralih pada sebuah bus yang berhenti tepat di depan gerbang utama Konoha High-bus khusus anak sekolah.

Anak-anak turun bergiliran dari dalam bus, terbungkus mantel atau jaket dan membawa payung, meski ada juga yang nekat berlari menembus hujan seperti yang barusan dilakukan Sasuke. Pelataran mendadak dipenuhi anak-anak yang kebasahan, namun Sasuke masih bertahan di sana karena matanya baru saja menangkap dua sosok itu mendekat, bernaung di bawah payung yang sama.

Hatinya tiba-tiba terasa panas. Sangat kontras dengan udara yang dingin berangin pagi itu. Dan saat berikutnya ia sudah melesat masuk ke dalam gedung, merasa tidak tahan kalau melihat pemandangan itu lebih lama.

Aktifitas pagi di kediaman Umino berlangsung seperti biasanya pagi itu, seolah tak terusik oleh hujan badai di luar. Meskipun tentu saja, menjadi lebih semarak dengan adanya suara air hujan yang menerpa kaca-kaca jendela salah satu rumah mungil di Fox Street itu dengan keras. Tapi itu tidak memengaruhi kehangatan di dalam rumah, termasuk di ruang makan, di mana dua orang itu sedang duduk menikmati sarapan mereka.

"Kau mau diantar pakai mobil atau-" pertanyaan pria yang lebih tua, Iruka, segera disela oleh Naruto,

"Oh, tidak, Pap! Aku naik bus saja," jawabnya sambil menyuap sendok terakhir serealnya ke mulut. Bukannya ia tidak suka diantar oleh Iruka, hanya saja ia tidak ingin merepotkan ayah angkatnya itu, karena arah sekolah dasar tempat Iruka mengajar dan Konoha High berlawanan-Iruka harus putar balik setelah mengantar Naruto kalau mau ke tempat kerjanya.

"Kalau begitu kau harus cepat, Naruto," kata Iruka lagi sambil menyesap kopinya.

Naruto mengangguk, lalu menyampirkan ranselnya ke punggung. "Aku tahu. Aku berangkat sekarang, sudah telat nih!"

Tepat saat itu, sebuah bus melintas di depan rumah mereka, melambat ketika mendekati halte tak jauh dari sana, di tempat serombongan anak-anak sekolah berkerumun menunggu jemputan mereka.

"Aaah... Mereka sudah datang!" seru Naruto sambil melesat meninggalkan dapur. Dengan tergesa-gesa, ia memakai sepatunya. "Aku berangkat!" Lalu terdengar suara pintu ditutup.

Iruka meletakkan cangkir kopinya, lalu beranjak untuk mengambil tas kerjanya. Ia juga harus bergegas berangkat. Memakai sepatunya, pandangan pria itu tertumbuk pada rak tempat payung. Astaga, Naruto lupa membawa payungnya.

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang