Usia tujuh belas barangkali merupakan usia yang sakral bagi sebagian orang. Usia di mana kau sudah resmi melepas status sebagai bocah ingusan dan mulai menikmati status baru sebagai orang dewasa -atau setidaknya, mulai dewasa. Banyak hal baru yang kau dapatkan saat menginjak usia itu. Mendapatkan kartu identitas pribadimu sendiri dan bukannya sekedar kartu pelajar dengan foto culun, surat izin mengemudi milikmu sendiri sehingga kau tidak perlu was-was bakal kena tilang setiap kali membawa kabur mobil orangtuamu. Yah, hal-hal semacam itulah...
Ah, dan biasanya pada hari yang penting itu, semua orang akan memperlakukanmu secara istimewa. Sweet seventeen hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup, kan?
Dan Sakura Haruno adalah satu dari sekian banyak orang yang beranggapan demikian. Setelah masa-masa berat yang telah dilewatinya selama bulan-bulan sebelumnya, rasanya ia sudah tidak sabar lagi menanti hari istimewa itu. Awal musim semi tahun itu, ketika udara mulai menghangat dan kuncup-kuncup baru mulai bermunculan, ia sudah siap menyongsong hari-hari baru di usianya yang ketujuh belas tahun.
.
.
Alunan musik beat masih terdengar dari balik sebuah pintu berlabelkan Sakura's Room di rumah nomor dua delapan pagi itu. Sesekali suara seorang gadis terdengar ikut mendendangkan lirik lagu milik salah satu boyband favorit yang sedang diputar. Tak perlu menjadi seorang jenius untuk melihat bahwa suasana gadis manis pemilik kamar itu sedang sangat riang. Luar biasa riang, malah. Lihat saja wajahnya yang seperti tak bisa berhenti nyengir itu.
Maklum saja, karena hari itu adalah tanggal dua puluh delapan bulan ketiga, bertepatan dengan hari di mana ia menghirup udara untuk pertama kalinya di dunia tujuh belas tahun yang lalu. Sweet seventeen.
Kini gadis yang tengah berulangtahun itu meletakkan sisir yang sedari tadi digunakannya untuk merapikan rambutnya ke atas meja dan tersenyum puas pada bayangan dirinya sendiri yang sudah berdandan rapi di cermin rias. Sekarang ia sudah siap menjalankan aktivitasnya seperti biasa -juga sudah tak sabar menunggu kejutan apa pun yang mungkin akan diterimanya nanti.
Sudah menjadi semacam tradisi dalam keluarganya, setiap ada anggota keluarga yang berulang tahun akan dijadikan semacam tokoh utama selama seharian penuh, di mana anggota keluarga yang lain akan memenuhi apa pun keinginan sang tokoh utama itu. Seperti ketika Himeko Haruno, mendiang kakak perempuan Sakura, berulang tahun yang ketujuh belas.
Hari itu semua anggota keluarga -termasuk para pegawai di restoran dan Yamato yang saat itu adalah pacarnya-berkumpul untuknya. Saat itu restoran diliburkan dan Hiroyuki mengundang semuanya untuk piknik bersama dan melewatkan waktu beramai-ramai seharian. Benar-benar menyenangkan, tepat seperti yang diinginkan Hime di mana semua orang-orang yang disayanginya berkumpul. Acara kumpul-kumpul terakhir sebelum ia menghembuskan napas terakhir beberapa bulan kemudian karena sakit.
Teringat hal itu membuat senyum Sakura sedikit memudar. Kakak dan ayahnya sudah tidak ada lagi sekarang. Yamato yang sudah seperti kakak laki-laki baginya juga tidak lagi tinggal di Konoha. Mendadak ia merasa agak kesepian.
Namun cepat-cepat ditepisnya pemikiran itu dan segera menggantinya dengan bayangan-bayangan menyenangkan yang lain. Toh ia masih memiliki ibu dan paman yang pasti tidak akan melewatkan hari istimewanya ini. Belum lagi sahabat-sahabatnya...
Tiba-tiba saja harapannya melambung tinggi. Hari ini pasti akan sangat menyenangkan. Aku bisa merasakannya...
Suara Azami yang memanggilnya dari lantai bawah segera membuyarkan lamunan Sakura. Gadis itu kemudian berpaling dari cermin seraya menyerukan jawaban, menyambar ranselnya yang telah siap di atas tempat tidurnya, lalu bergegas turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...