Hari Minggu paginya cuaca cerah. Langit begitu bersih tanpa ada segumpal awan pun. Benar-benar waktu yang cocok untuk berolahraga, Sakura membatin seraya menghirup udara pagi yang segar dalam-dalam. Tapi... brrr... tetap saja menjelang penghujung tahun. Dingin...
Gadis berambut merah muda itu menggosok-gosok lengannya yang dilapisi sweter berwarna marun sebelum kemudian menutup jendela kamarnya sebagian. Ia beranjak dari sisi jendela menuju meja riasnya untuk mengambil sikat rambut dan mulai menyisiri rambutnya yang panjang menjuntai sampai hampir mencapai pinggang. Barangkali lebih enak kalau digerai saja, pikirnya, lebih hangat.
Setelah selesai memasang bandana-yang juga berwarna marun-di atas rambutnya dan memoleskan lip balm di bibirnya, Sakura melangkah menjauhi cermin lalu tersenyum puas pada bayangannya. Gadis itu mengenakan jeans hitam dipadu sweter marun sederhana. Tidak berlebihan kalau kau akan datang ke tempat latihan sepakbola sahabatmu, bukan?
Ya, hari ini ia akan menonton latihan pertandingan Naruto di Stadion Konoha. Sebenarnya ini bukan yang pertamakalinya bagi tim inti Konoha High, tapi bagi Naruto yang baru saja terpilih bergabung di tim inti, ini adalah kali pertama. Dan setiap pengalaman pertama pasti terasa istimewa, begitu juga dengan Naruto, pikir Sakura. Dan dengan tindakan sederhana seperti menyambanginya, ia yakin itu akan lebih mendongkrak semangat Naruto. Itulah yang akan dilakukannya hari ini bersama Sasuke.
Sakura mengerling jam beker berbentuk Minnie Mouse di atas meja kecil di samping ranjangnya yang sudah rapi. Masih terlalu pagi sebenarnya untuk pergi ke Stadion-dan memang bukan itu tujuannya bangun pagi. Karena ada yang harus dilakukannya sebelumnya.
Gadis itu beranjak ke meja belajar di salah satu sisi kamarnya di samping sebuah rak besar yang penuh dijejali buku. Ia lantas mengambil sebuah buku bersampul kulit berwarna hitam yang diletakkan di samping PC-nya. Itu adalah buku yang ditemukannya saat ia mengunjungi makam kakaknya tempo hari. Buku itu tergeletak begitu saja di dekat nisan kakaknya. Barangkali saja seseorang tidak sengaja menjatuhkannya di sana. Sakura belum sempat memeriksanya lagi-atau lebih tepatnya, sama sekali melupakannya-sampai tadi malam, saat ia sedang membongkar tas yang biasa dipakainya saat bepergian.
Pada awalnya, Sakura terkejut ketika menemukan nama salah satu teman seangkatannya-yang tidak disukainya-tertera di sudut atas sampul dalam buku itu. Sai. Bagaimana buku itu bisa sampai di dekat makam kakaknya, Sakura sama sekali tidak tahu. Yang ia tahu adalah, saat ia membacanya mendadak dadanya dipenuhi rasa bersalah dan kasihan. Gadis itu sama sekali tidak menyangka, cowok seperti Sai ternyata memiliki masalah yang begitu berat. Sakura bisa melihatnya di tulisan tangan cowok itu; kemarahan, sakit hati, kehilangan, kesedihan dan kesepian, bagaimana ia tertekan di rumah, tidak diterima di sekolah. Sakura tidak mengerti bagaimana Sai bisa menahan semua itu sendirian.
Sakura merasa ia harus membantu cowok itu. Menyingkirkan untuk beberapa saat perasaaan sakit hatinya atas ejekan Sai terhadapnya. Naruto pasti setuju, meskipun ia tidak begitu yakin Sasuke akan berpendapat sama. Karena ketika Sakura menceritakan apa yang dibacanya di dalam buku harian Sai padanya malam sebelumnya via telepon, mereka sempat berdebat sengit.
"Itu urusannya, bukan urusanku!" kata Sasuke saat itu. "Aku tidak mau ikut campur. Titik. Lagipula kau seperti orang kurang kerjaan saja membaca buku harian orang. Memangnya tidak ada buku lain yang lebih penting yang bisa kau baca? Dasar cewek tidak sopan!"
Oh, yeah. Sebagian kata-kata Sasuke memang ada benarnya, terutama soal 'membaca buku harian orang'. Sakura sempat malu juga saat itu. Tapi bukan Sakura Haruno namanya kalau kalah dalam perdebatan yang menghabiskan waktu semalaman itu. Akhirnya, setelah adu urat yang melelahkan, Sasuke setuju untuk menemani Sakura ke Rumah Sakit untuk menjenguk Sai sebelum mereka pergi ke Stadion Konoha.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...