Kabar mengenai pengeroyokan yang terjadi pada Sai cepat sekali menyebar. Dalam waktu beberapa jam saja sejak kejadian, nampaknya hampir seluruh siswa Konoha High mengetahuinya. Meskipun kabar yang berhembus menjadi simpang siur dan melenceng dari kejadian yang sebenarnya. Misalnya saja, ada gossip yang menyebutkan bahwa yang dikeroyok bukan hanya Sai, tapi juga Sasuke—siapa yang peduli dengan Sai?—Dan yang lebih ngawur lagi, katanya Sasuke sampai masuk Intensive Care Unit segala. Hal ini tentu saja menimbulkan kehebohan terutama di kalangan para gadis penggemar Sasuke. Ponsel cowok itu tak hentinya berdering oleh nomor-nomor yang tak dikenal, yang tentu saja tidak digubris oleh yang bersangkutan.
Dan keesokan paginya adalah puncak dari segala kehebohan yang ditimbulkan oleh insiden pengeroyokan Sai; serombongan besar cewek-cewek yang banjir air mata bergerombol di depan loker Sasuke. Mereka semua menaruh bunga di depan loker cowok itu. Dan ketika sang pemilik loker datang, mereka semua langsung histeris dan menghambur ke arahnya. Mengerubunginya seperti semut mengerubungi gula. Hanya saja tidak ada semut yang sampai berair-air mengaharapkan sang gula—kalau kau tahu maksudku.
Usut punya usut, ternyata ada yang menyebarkan isu tidak bertanggung jawab yang mengatakan bahwa Sasuke tidak tertolong dalam peristiwa itu alias sudah tamat riwayatnya.
Sungguh keterlaluan, pikir Sasuke seraya memijat kepalanya yang pening saat ia sudah aman berada di ruang guru—terimakasih pada Pak Ebisu yang sudah menyelamatkannya dari cewek-cewek berbahaya itu. Dan kecurigaannya bahwa kejadian pagi itu akan menjadi bahan olok-olok Naruto dan Sakura terbukti sudah ketika keduanya datang ke ruang guru untuk menjemputnya beberapa menit kemudian. Keduanya tertawa gelak-gelak seperti orang gila melihat tampang berantakan Sasuke, termasuk luka-luka cakaran di lengannya. Keduanya pastilah sudah mendengar yang terjadi pagi itu dari anak-anak lain.
Mereka juga mendapatkan kabar bahwa anak-anak yang telah mengeroyok Sai sudah tertangkap dan mereka telah mendapat hukuman skorsing atas perbuatan mereka, juga mendapatkan rehabilitasi remaja bermasalah dari kepolisian setempat.
"Yeah, mereka pantas mendapatkannya," kata Naruto ketika mereka berjalan di koridor untuk menujuan kelas pertama mereka hari itu; kelas Biologi. Cengiran masih menghiasi wajah cowok pirang itu.
"Meskipun aku tidak terlalu menyukai Sai, tapi apa yang mereka perbuat padanya benar-benar kejam," imbuh Sakura sambil menggelengkan kepala. "Dan omong-omong soal kejadian kemarin, bagaimana luka kalian?" ia menanyai kedua sahabatnya. Ia berhenti untuk memandang kedua temannya dengan teliti. Mata hijaunya menelusuri memar-memar di wajah Naruto sebelum kemudian beralih pada luka di bibir Sasuke.
"Luka seperti ini sih sudah biasa," kata Naruto enteng seraya menunjuk memar di atas matanya. "Mereka badannya saja yang besar, kekuatannya segini," ia menjentikkan ujung kecil kelingkingnya.
"Lalu bagaimana dengan bibirmu, Sasuke? Apa masih sakit?" Sakura menanyai Sasuke.
Sebelum Sasuke sempat menjawab Sakura, sesuatu di belakang gadis itu mengalihkan perhatiannya. Cowok itu mengangkat alisnya tinggi-tinggi saat melihat seorang gadis berambut pirang panjang yang seingatnya belum pernah dilihatnya sebelum ini tengah berjalan mengendap-endap di belakang Sakura. Gadis itu mengedipkan mata ke arahnya, membuat isyarat dengan tangannya supaya Sasuke diam. Dan saat berikutnya, si gadis asing itu sudah mengulurkan kedua tangannya di depan mata Sakura, menutupnya rapat-rapat.
"Eek?!" Sakura berseru terkejut. Kedua tangannya otomatis mencengkeram kedua tangan yang menutupi kedua matanya. "Siapa ini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...