Warning : OoC-ness!
Mundurnya Ino dari band benar-benar membuat Sakura bingung. Setahunya, Ino lah yang paling bersemangat di band itu, paling getol menyeret teman-temannya latihan, bahkan rela menyerahkan jabatannya sebagai kapten tim cheerleaders sekolah ke tangan Karin demi band. Tapi sekarang… Gadis itu malah mundur begitu saja, tanpa alasan jelas—setidaknya itu menurut Naruto dan Sai.
Dan sejak Sakura mendengar kabar itu dari mereka, ia belum bertemu lagi dengan Ino. Entah mengapa, ia merasa Ino sedang menghindarinya, atau mungkin malah menghindari semua orang karena ia tidak terlihat di mana pun sepanjang hari. Sakura hanya sekilas saja melihatnya sepulang sekolah di hari yang sama sebelum Hokuto menariknya ke ruangan teater untuk latihan reguler untuk pementasan. Wajahnya yang tampak kusut dan tidak bersemangat benar-benar membuat Sakura cemas.
Oh, bagus sekali, pikirnya tidak senang. Pertama Ibu, sekarang Ino…
Keesokan harinya keadaan masih belum membaik. Di rumah, hubungan Sakura dan ibunya mendadak dingin dan kaku. Sakura yang masih sakit hati karena kejadian hari sebelumnya, terlalu enggan untuk memulai pembicaraan dengan ibunya, bicara hanya seperlunya saja dan lega sekali saat tiba waktunya ia berangkat sekolah. Sakura benar-benar kabur dari ibunya pagi itu.
Di sekolah pun sama saja. Ino menghindarinya saat Sakura bertemu dengannya di koridor loker sebelum jam pelajaran pertama dimulai, bahkan sebelum Sakura sempat membuka mulut untuk menyapanya dan langsung melengos ke arah lain. Bahkan ketika mereka bertemu di kelas Biologi, Ino sama sekali tidak bicara padanya dan tampangnya masam sepanjang hari. Dan absennya Naruto dan Sai yang harus latihan band sepanjang istirahat makan siang tidak membuatnya merasa lebih baik. Barangkali ia bakal uring-uringan dan marah-marah sepanjang hari kalau saja ia tidak ingat punya janji dengan Neji untuk menghabiskan waktu berdua saja mendiskusikan tentang drama.
Juga kencan itu—ah, tidak bisa disebut kencan juga sih—Meskipun memikirkannya kadang membuatnya cemas lagi.
Neji benar-benar baik padanya, membuat Sakura merasa nyaman dan sedikit lebih bergairah. Sejenak membuatnya melupakan masalahnya dan larut dalam diskusi mendalam tentang Alfredo dan Violetta. Cowok itu juga mengusulkan untuk mengundurkan rencana mereka menonton opera menjadi Minggu malam begitu mendapatkan informasi dari Hinata bahwa puncak festival band akan dilaksanakan hari Sabtu.
"Tidak apa-apa, kan?" tanya Neji saat itu, "Kupikir kau pasti ingin menonton teman-temanmu manggung di hari terakhir festival."
Sakura tidak bisa berkata apa-apa untuk membalasnya, hanya mengangguk dan tersenyum tanda bersedia. Bertambah satu lagi alasannya begitu menyukai Neji Hyuuga. Cowok itu begitu penuh pengertian.
Setidaknya, masih ada alasan bagi Sakura untuk bertahan menghadapi sisa hari itu dengan senyuman. Sampai bel tanda jam pelajaran terakhir selesai berbunyi.
"Aku dan Sai akan ke rumah Shikamaru," beritahu Naruto sementara Sakura sibuk membereskan buku-buku dan peralatan tulisnya. Di sekeliling mereka, anak-anak mulai meninggalkan kelas Kimia dengan bising. "Mau ikut? Kau tidak ada latihan drama hari ini, kan?"
"Tidak," sahut Sakura sambil lalu. Ia memasukkan buku terakhir ke dalam tas dan menutup kancingnya, lalu mendongak pada Naruto. "Tidak apa-apa aku menonton latihan kalian?"
Naruto meringis, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya permainan kami masih agak kacau sih. Tapi tenang saja, setidaknya tidak sampai menimbulkan kerusakan telinga tingkat parah kok!" guraunya sambil tertawa. Ia kemudian mengangkat bahu. "Yah, dari pada kau tidak ada kerjaan, mending menonton kami latihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...