Konoha Art Academy rupanya lebih megah dari yang ada dalam bayangkan Sakura sebelumnya. Selama ini, ia hanya melihatnya dari luar atau dari internet –dan itu pun terlihat sangat keren. Dan sekarang, ia berkesempatan untuk melihatnya secara langsung, dan ternyata… jauh lebih hebat dari yang pernah dibayangkannya.
Mulai dari gerbang utama yang megah, mereka langsung disambut pemandangan artistik dari sculpture cantik berukuran besar lambang sekolah itu di tengah-tengah kolam air mancur yang berhadapan langsung dengan gerbang utama. Belum lagi gedung megah bergaya klasik berdinding merah bata di belakangnya. Cantik sekali.
Tampilan depannya saja sudah membuat Sakura terpesona, membuat gadis itu tidak sabar melihat bagian dalamnya!
"Ayo, Sakura!"
Sai kemudian mengajak Sakura masuk, menaiki undakan megah menuju pintu utama gedung itu. Mereka berpapasan dengan beberapa siswa yang sepertinya hendak pulang. Mereka semua mengenakan seragam berupa celana atau rok hitam dengan jas merah marun ber-emblem KAA. Mereka melirik sejenak melihat Sai, kemudian saling berbisik-bisik. Jelas sekali mereka mengenal Sai dan barangkali bertanya-tanya mau apa dia kembali ke sekolah lamanya. Tapi sepertinya Sai tidak terlalu memperhatikan.
Aula depan ternyata lebih hebat dari yang pernah Sakura lihat di internet. Ruangan itu luas dengan langit-langit tinggi dan sebuah kandil kristal cantik di atasnya. Mereka bisa melihat para siswa berlalu lalang di sana sambil saling mengobrol riang. Beberapa membawa instrument musik atau gulungan kanvas. Sakura tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sekelompok siswi yang kebetulan melintas di sana. Mereka tengah menyenandungkan melodi dengan memadukan suara mereka, membuat musik indah dengan suara mereka yang jernih dan merdu. Meskipun tampaknya mereka tidak serius, karena saat berikutnya para gadis itu tertawa.
Sakura terlonjak sendiri saat Sai menarik tangannya menuju meja resepsionis.
"Kau dengar mereka tadi, Sai? Suara mereka keren banget, ya…" kata Sakura terkagum pada Sai.
Sai mengerling gadis-gadis yang dimaksud Sakura, lalu tersenyum tipis. "Mereka dari departemen musik, divisi vocal," beritahunya. "Mereka memang yang paling sering melakukan ajang pamer di sini. Menyanyi di mana-mana. Kau akan melihat yang lain nanti." Dari nadanya, sepertinya Sai tidak begitu terkesan—barangkali ia memang sudah terbiasa dengan itu.
Tapi tetap saja kan, bagi telinga awam seperti telinga Sakura, itu terdengar sangat indah.
"Selamat sore, Tuan Sai," sapa salah seorang dari dua wanita berpenampilan anggun yang duduk di belakang meja resepsionis dengan senyum ramah di wajahnya. "Senang melihat Anda lagi. Anda ingin bertemu Profesor Danzou?"
"Ah, tidak. Aku hanya mau menemani temanku melihat-lihat," sahut Sai sambil melambaikan tangan pada Sakura yang berdiri di sampingnya.
"Ah, selamat siang, Nona..."
"Sakura," sambung Sai, "Namanya Sakura Haruno. Temanku di sekolah yang baru."
"Selamat siang," balas Sakura sopan.
Wanita itu tersenyum, begitu juga dengan temannya. "Selamat datang di Konoha Art Academy, Nona Haruno."
"Boleh kami minta brosurnya?" tanya Sai pada kedua resepsionis itu.
Mereka lalu memberikan dua lembar brosur pada Sai. Sakura menunduk memandang brosur yang diulurkan Sai padanya. Terdapat foto-foto gedung, fasilitas dan beberapa kegiatan para siswa di sana, disamping beberapa keterangan singkat tentang sekolah seni itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...