Chapter 81 : Persahabatan yang Semakin Erat

99 21 3
                                    


Cukup lama mereka berada dalam posisi itu. Dengan Sasuke yang duduk di trotoar dengan bersandar pada pagar besi pembatas jembatan yang dingin, dan Sakura berada di sisinya, menumpukan sebagian beban tubuhnya dengan menyandarkan diri pada bahunya. Hembusan angin lembab dan dingin yang berasal dari air terjun di belakang mereka tak lantas membuat mereka bergerak dari sana, meskipun setelah lewat beberapa saat Sasuke mulai menggigil kedinginan. Ditambah lagi sebelah bahunya yang mulai pegal dan terasa kebas.

Tapi sayangnya sepertinya ia masih belum bisa bergerak untuk beberapa saat, karena gadis yang kini menjadikan bahu dan lengannya sebagai bantal telah jatuh tertidur di sana. Sakura, yang wajahnya masih terlihat jejak air mata itu, tampak sangat kelelahan, membuat Sasuke tidak sampai hati membangunkannya. Sakura pasti tidak tidur semalaman –atau bahkan mungkin malam sebelumnya juga—sampai bisa tertidur di tempat seperti ini, pikirnya.

Menghela napas berat, Sasuke merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel. Sudah lewat setengah jam berlalu sejak Naruto menelepon dan ia belum kunjung menampakkan batang hidungnya. 'Apa sebenarnya yang sedang dilakukan si bodoh itu?' Sasuke bersungut-sungut dalam hati seraya ibu jarinya dengan gesit mengetik pesan singkat di ponselnya.

Tak lama balasan dari Naruto datang, dan hanya berisi tiga huruf: OTW.

Tiba-tiba Sakura bergerak dalam tidurnya, membuat kepalanya nyaris terjatuh dari bahu Sasuke jika saja cowok itu tidak dengan cepat menahannya. Menggerang lembut, namun tidak terbangun, Sakura kembali menyamankan posisinya –tapi justru semakin menambah beban di bahu Sasuke.

'Oh, great… Dan besok mereka masih memintaku jadi relawan untuk mengangkat-angkat properti panggung,' keluhnya.

Sasuke mencoba membebaskan lengannya, berusaha memindahkan tumpuan Sakura pada bahunya ke tempat lain: ke dadanya. –Ya ampun, memikirkannya saja sudah membuat wajah Sasuke menghangat. Tapi ia masih butuh lengan dan bahunya untuk besok, Sasuke mengingatkan dirinya sendiri—Dengan hati-hati, Sasuke menggeser posisi mereka supaya Sakura bisa bersandar nyaman di dadanya.

Tapi rupanya Sakura memilih saat itu untuk terbangun. Sasuke buru-buru menarik lengannya ke posisi semula, memalingkan wajah seakan tak pernah terjadi apa-apa –atau tepatnya, ia berusaha tak terlihat seperti pernah mencoba memeluk Sakura sementara ia tertidur. Dengan kata lain, mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Ng?" Sakura menegakkan tubuh dari posisinya semula yang bersandar pada Sasuke, mengerjap-ngerjapkan matanya seraya menahan kuap. Sejenak ia memandang berkeliling dengan bingung sebelum perhatiannya tertuju pada cowok di sebelahnya. "Ya ampun, aku ketiduran betulan, ya?" gumamnya sambil meringis minta maaf, "Sori. Aku benar-benaa—" ia tak bisa menahan kuapnya kali ini, "—capek…"

"Hn." Setengah gugup, setengah lega, Sasuke memijat-mijat bahunya yang terasa pegal. Masih tidak memandang Sakura yang sedang menepuk-nepuk wajahnya sendiri supaya lebih hangat.

Tepat saat itu, sebuah Audi berwarna hitam mengilat mendekat dari arah Konoha dan menepi tak jauh dari mereka. Awalnya baik Sasuke maupun Sakura tak menghiraukannya, sampai kemudian dua orang yang sudah sangat mereka kenali muncul.

"Naruto! Sai!" seru Sakura terkejut seraya melompat bangun.

Di sebelahnya, Sasuke juga telah menegakkan diri, menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang berdebu. "Geez… Akhirnya datang juga," gerutunya.

Naruto bergegas menghampiri Sakura, tampak cemas. "Apa yang terjadi sebenarnya? Kau tidak apa-apa kan, Sakura? Si Sasuke tidak berbuat macam-macam padamu, kan?" cecarnya sembari memegangi kedua lengan gadis itu, mengabaikan Sasuke yang membelalak padanya.

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang