Chapter 100: Final

657 41 27
                                    

January 1st, 2022

Alhamdulillah, akhirnya fanfic (super)panjang ini bisa terselesaikan juga setelah bertahun-tahun. Mudah-mudahan endingnya nggak begitu mengecewakan, walaupun aku ngerasa beberapa part agak cringey.

Please enjoy the last chapter!

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei

L'amis Pour Toujours: Final Chapter

.

.

Halaman samping Konoha High sudah ramai ketika Sakura dan ibunya tiba di sana. Area luas berumput yang biasanya kosong itu, kini berdiri sebuah panggung berukuran cukup besar dengan podium di atasnya. Sementara di depan panggung berjejer ratusan bangku-bangku yang sudah lebih dari setengahnya terisi oleh para wisudawan yang mengenakan toga hijau lumut.

Pemandangan yang biasa terlihat setiap akhir tahun ajaran sebenarnya. Namun, mengalaminya sendiri jelas berbeda dengan ketika kau hanya melihatnya dari jendela gedung sekolah seperti yang Sakura lakukan setiap tahun sebelumnya. Dan itulah yang Sakura rasakan sekarang. Jantungnya berdebar-debar, telapak tangannya terasa dingin dan berkeringat. Ia gugup, tapi juga bersemangat.

Akhirnya. Setelah semua kerja keras selama tiga tahun … Tentu saja Sakura tidak menganggap hari ini adalah akhir. Justru ini adalah titik awal perjalanannya menghadapi 'dunia nyata'—ketika mereka sudah dianggap sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri pada akhirnya.

Sakura bergegas menuju ke bangkunya setelah berpisah dengan ibunya yang berjalan menuju tempat yang disediakan untuk tamu dan wali wisudawan. Gadis itu menyapu pandangannya di antara bangku-bangku wisudawan yang sudah terisi dan menemukan wajah-wajah yang ia kenali. Seperti Ino Yamanaka, yang menempati deretan bangku belakang—tempak duduk mereka sudah diatur sesuai abjad nama keluarga—tampak asyik mengobrol dengan beberapa temannya. Dan hanya berjarak beberapa deret bangku di depan mereka, duduk dua cowok yang sudah menjadi orang terdekatnya selama dua tahun belakangan di ujung dalam barisan.

Sai, yang duduk menyamping menghadap ke belakang bangkunya, yang melihatnya lebih dahulu.

"Ah, itu Sakura," katanya pada cowok berambut hitam yang duduk di belakang bangkunya, sambil melambaikan tangan pada gadis yang baru datang.

Sasuke, yang duduk membelakangi arah datang Sakura, menoleh begitu gadis itu menghampiri mereka.

"Hai," sapa Sakura, agak terengah. "Kalian berdua sudah lama?"

"Aku baru sampai," jawab Sai sambil tersenyum. "Sasuke sudah di sini sebelum aku datang, seperti patung David yang sedang duduk."

Sasuke mengabaikan komentar Sai. Cowok itu bergeser dan memberi isyarat supaya Sakura duduk di sampingnya. "Pidatomu sudah siap?"

"Tentu saja." Sakura lalu duduk di bangku Sasuke, berusaha tidak terlalu lama menatap cowok itu. Sakura sudah lama mengakui bahwa Sasuke memang memiliki paras di atas rata-rata, tapi hari ini ia terlihat lebih tampan dari biasanya. Barangkali karena toganya. Atau rambut hitamnya yang disisir ke belakang alih-alih dibiarkan jatuh ke depan seperti biasa, menampakkan dahinya. Entahlah. Yang jelas, ketika mata hitam yang tajam itu menatapnya, Sakura merasakan jantungnya berpacu lebih cepat dan tidak ada kaitannya dengan upacara kelulusan. "Aku bahkan sudah menghafalnya di luar kepala."

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang