Sakura merasakan tubuhnya sangat lemah, dadanya sakit dan kepalanya seperti berputar. Susah payah ia memaksakan diri untuk bangun dari posisi tidurnya dan menyibak rambut panjangnya yang terjurai ke wajah. Gadis itu menoleh dengan bingung, lalu menatap ke dalam cermin tak jauh dari ranjangnya. Seraut wajah pucat pasi balas menatap padanya. Tubuh kurusnya terbalut gaun tidur putih yang menjuntai sampai ke lantai.
Oh... mengapa ia terlihat seperti orang sakit?
Kemudian ia menyapu pandangannya berkeliling dan mendapati dirinya bukan sedang berada di kamar tidurnya yang biasa. Ruangan itu luas, berlangit-langit tinggi dengan sebuah kandil kristal berdebu yang memberikan pencahayaan remang-remang, dan sangat bergaya Eropa abad pertengahan. Sakura mengerjapkan matanya, bingung.
Tiba-tiba saja seorang wanita tergopoh-gopoh masuk. Rasanya ia mengenal wajah yang sedang tersenyum lebar itu. "Nyonya... dia datang!"
"Siapa?" tanya Sakura tidak mengerti.
"Seseorang... yang akan membuat hari Anda dipenuhi kebahagiaan. Dia ada di depan..." sahut wanita itu.
Sakura tidak mengerti ketika nama itu meluncur dari bibirnya dan ia merasakan bahagia yang amat sangat. "Alfredo? Dia datang?"
Wanita di depannya mengangguk penuh antusias. Ia lalu membukakan pintu ganda kamar itu dan Sakura bergegas menyusulnya. Dadanya berdebar-debar dipenuhi dengan kebahagiaan ketika ia melihat pria itu. Dengan mantel hitam panjang dan rambut cokelat panjangnya yang terkuncir rapi di belakang tengkuknya, pria itu berdiri di dekat jendela tinggi melengkung. Ia menoleh ketika mendengar langkah kaki Sakura. Senyum di wajah tampannya melebar, mata lavendernya melembut tatkala melihat wanita yang amat dicintainya ada di sana.
"Alfredo..."
"Violetta..." Dan pria itu pun berlari ke arah sang wanita.
Keduanya berpelukan erat, saling melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam. Dan Sakura-Violetta, merasakan penderitaannya selama ini akan segera berakhir dengan kembalinya pria yang dikasihinya ke pelukannya.
Mendadak tubuhnya melemah. Ia limbung. Namun sebelum ia terjatuh ke lantai, Alfredo dengan sigap menangkap tubuhnya dan mengangkatnya ke dalam gendongannya. Dengan lembut, dibawanya tubuh wanita itu kembali ke ranjangnya.
"Bangun, Sakura!" tiba-tiba Alfredo berteriak sambil menjawil-jawil lengannya agak keras.
"Eh?" Sakura-Violetta, mengerjap kaget. Suasana romantis mendadak buyar.
"Sakura... bangun!"
Mata hijau itu perlahan membuka. Awalnya semua tampak buram, tapi kemudian ia melihat tiga wajah dengan ekspresi cemas menunduk di atasnya. Sakura mengerjapkan matanya dengan bingung ketika wajah cemas itu perlahan berubah cerah.
"Ino?" Sakura berbisik lemah. "Naruto? Sai?"
"Haah.. syukurlah Sakura sudah bangun!" seru Naruto lega.
"Aku akan panggil Suster Airi," kata Sai. Dan ia menghilang dari pandangan.
Sakura menggosok-gosok matanya, lalu mencoba bangun. Ino bergegas membantunya duduk. "Apa yang terjadi?" tanya Sakura bingung pada kedua temannya yang masih di sana sambil mengangkat tangannya, menyapu rambut yang terjatuh ke matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...