Sakura Haruno berdiri dengan gelisah di depan minimarket, tidak sepenuhnya yakin apa yang dirasakannya saat itu. Tak pernah terbayangkan olehnya akan terjebak dalam situasi seperti ini di tengah-tengah liburannya. Bertemu dengan cowok yang pernah begitu disukainya saat sedang bersama-sama dengan Sasuke—cowok yang ... yah, Sakura belum memutuskan bagaimana perasaannya pada Sasuke—benar-benar di luar dugaan dan entah mengapa membuatnya bingung dan serba salah.
Gadis itu sesekali menoleh ke belakang, mengawasi Neji yang sedang membayar belanjaannya di balik pintu kaca minimarket. Neji sama sekali tidak berubah dari yang Sakura ingat saat terakhir kali bertemu dengan cowok itu. Masih tampan, kalem, tapi terlihat lelah seperti orang banyak pikiran. Sakura bertanya-tanya dalam hati apakah itu karena Yakumo—atau Tenten?—sebelum kemudian ia menyadari bahwa itu bukan urusannya. Dan bukan itu sebenarnya yang mengganggu pikirannya.
"Kau pasti senang, kan?"
Sakura refleks mengalihkan pandangannya pada pemilik suara yang baru saja berkomentar dengan nada dingin itu. Kerutan samar muncul di antara kedua alisnya menatap Sasuke yang dengan sengaja tidak memandang ke arahnya. Alih-alih merasa malu mendengar komentar cowok itu, Sakura lebih merasa terganggu. Bukan karena Neji, tapi lebih karena melihat Sasuke yang tampak kesal dengan kehadiran Neji.
"Kau ini bicara apa?" tukasnya.
Sasuke mendengus keras sambil menenggelamkan kedua tangan ke saku celana pendeknya. "Bukan apa-apa. Lupakan saja," ucapnya dingin.
Sakura menatap Sasuke beberapa saat lagi, sebelum berkata pelan, "jangan berpikir macam-macam. Sekarang aku hanya menganggap Neji teman biasa. Kau mengerti, kan?" –Entah mengapa Sakura merasakan dorongan yang amat kuat untuk menjelaskan masalah ini. Ia tak ingin Sasuke salah paham dengan perasaannya pada Neji.
"Hn. Kau tidak perlu menjelaskannya padaku. Itu sama sekali bukan urusanku."
Mendengar tanggapan dingin Sasuke membuat Sakura kesal sekaligus malu. Seenaknya saja Sasuke berkata begitu. Padahal sejak tadi cowok itulah yang ia cemaskan! Haah ... sekarang Sakura merasa seperti orang bodoh saja. Namun alih-alih membalas dengan kata-kata menyengat, gadis itu memilih menutup mulutnya dan menghela napas.
"Maaf, kalian jadi lama menungguku," kata Neji ketika ia baru saja melangkah keluar dari minimarket tak lama kemudian.
"Ah, tidak lama kok," sahut Sakura riang, berusaha mengabaikan ekspresi masam di wajah Sasuke.
Neji tersenyum pada mereka berdua. "Baiklah. Kalau begitu sudah siap pergi? Mereka mungkin sudah sampai di sana."
"Oke."
Beberapa saat yang lalu, Sakura baru saja mendapatkan pesan dari Sai yang memberitahunya bahwa mereka bertemu dengan Hinata di pantai. Tokuma—sepupu Hinata yang lain, yang saat itu sedang bersamanya—mengundang mereka makan malam bersama di kedai makanan laut tak jauh dari pantai. Sakura memberitahu Neji tentang hal itu dan ia berpendapat itu ide yang bagus. Kendati tidak terlalu senang, Sasuke tak bisa menolak karena baik Sakura, Naruto, maupun Sai sudah setuju.
Dan ke sanalah tujuan mereka sekarang.
Selama beberapa saat, perjalanan berlangsung dalam keheningan yang canggung. Mereka berjalan beriringan menyusuri jalanan berpasir putih itu, dengan Sakura yang berjalan diapit Neji dan Sasuke. Tak ada seorang pun yang bicara. Berjalan bersama dua orang berwajah tampan seperti kedua cowok itu mungkin terlihat menyenangkan bagi sebagian gadis, tapi bagi Sakura, ini benar-benar membuatnya gugup. Dan seakan itu belum cukup, ingatan tentang peristiwa beberapa bulan yang lalu, saat Sasuke nyaris menghajar Neji karena dirinya, terus berputar-putar dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...