Root Hills
"Serius sekali."
Suara dalam dari arah pintu membuat perhatian Sai teralih. Ia menoleh dan melihat Gaara berdiri sambil bersandar di pintu, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Ah, Gaara. Sejak kapan kau di sana?"
"Hn. Sudah cukup lama juga," sahut cowok pemilik rambut marun itu sambil berjalan memasuki ruangan. Ia berhenti di sebelah Sai, turut memandangi objek yang sedari tadi begitu menyita perhatian temannya itu. Lukisan cantik 'Sang Bidadari'. "Sedang menikmati lukisan kakakmu sebelum dipindah ke sekolah, ya?"
Sai tidak langsung menjawab. Ia memalingkan wajah untuk kembali menatap lukisan sang kakak. Hening sejenak sementara alunan piano sonata 'Pathetique' milik Ludwig Van Beethoven terdengar samar-samar dari ruang kerja Danzou.
"Hanya sedang memastikan, apakah dia gadis yang sama dengan gadis yang kutemui di sekolah hari ini," ujar Sai akhirnya.
"Ah, kau sudah bertemu dengan dia kalau begitu?" Gaara tampak sedikit tertarik. "Gadis yang menjadi alasanmu pindah ke sekolah umum."
Sai menghela napas, lalu mengangkat bahunya. "Entahlah. Dia memang sangat mirip dengan lukisan ini. Hanya saja aku ragu itu dia atau bukan. Kupikir mereka -Shin dan gadis ini-pastilah saling kenal. Tapi nyatanya... gadis di sekolahku tidak mengenali Shin. Mungkin memang bukan dia..."
"Atau mungkin..." kata Gaara sambil berpikir, "...dia memang gadis yang sama, hanya saja dia tidak mengenali kakakmu. Barangkali kakakmu memang tidak pernah memperkenalkan diri pada gadis itu, makanya dia tidak tahu namanya."
Sai berpikir kata-kata Gaara mungkin ada benarnya. Tapi tetap saja... ada perasaan aneh saat gadis itu berkata ia tidak mengenali Shin. Ah, mungkin ia hanya terlalu kaget bertemu dengan gadis itu -Ino Yamanaka.
Keduanya terdiam lagi, tapi segera terpecah ketika Sai mendengar temannya itu tertawa kecil. Sai menoleh.
"Ada apa, Gaara? Ada yang lucu?" tanya Sai keheranan.
"Ah, tidak," sahut Gaara cepat-cepat sembari tersenyum tipis. "Hanya saja, aku jadi teringat sesuatu. Kurasa kita ada kemiripan, Sai. Kau sampai pindah sekolah demi mencari gadis ini," ia mengendikkan kepala ke arah lukisan Shin, "Dan aku... kurang lebih alasanku ikut program pertukaran ke Konoha sama denganmu. Aku juga ingin menemui seorang teman yang pindah kemari."
"Dia di KAA?" tanya Sai ingin tahu.
Gaara mengangguk. "Aku dengar begitu. Tapi aku belum sempat mencarinya. Kau tahu kan, KAA sangat luas dengan bermacam-macam jurusan. Dia..." pandangan cowok pemilik mata hijau pucat itu menerawang, "...adalah adik kelasku di SSA."
Sai tersenyum. "Semoga kau lebih beruntung dari padaku, Gaara. Oh ya, kau jadi pindah minggu ini?"
"Hn."
.
.
.
Blossom's Street
Dua hari yang melelahkan telah berlalu sebelum akhirnya memasuki akhir pekan. Kejadian-kejadian heboh seminggu ini tak terasa telah menyita banyak waktu Sakura, sampai-sampai ia terkejut sendiri saat menyadari betapa tugas-tugas rumah yang belum dikerjakannya telah menumpuk mencemaskan. Belum lagi naskah drama yang harus dihafalnya untuk audisi hari Senin nanti -gadis itu tentu saja tidak mau kalah dari anak-anak kelas tiga!
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
JugendliteraturBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...