Chapter 53 : Keyboardist baru

105 18 1
                                    

Memasuki bulan Desember, suhu udara di Konoha semakin menurun. Namun udara yang dingin itu tidak lantas menyurutkan semangat para siswa Konoha High, terlebih menjelang akhir tahun tampaknya kegiatan mereka bertambah padat.

Para siswa kelas tiga mulai semakin giat belajar untuk mengikuti tes masuk beberapa universitas di penjuru negeri, dan juga tes kelulusan-walaupun itu masih lama. Belum lagi kegiatan-kegiatan lain di luar kulikulum resmi seperti festival sekolah yang akan dilaksanakan awal Februari tahun depan. Para siswa yang tergabung dalam kepengurusan OSIS sudah mulai bergerak untuk mempersiapkan salah satu program besar tahunan mereka.

Pendaftaran untuk bergabung dalam kepanitiaan festival sudah mulai dibuka, dan mereka juga mulai mendata anak-anak di luar klub yang berminat membuka stand-stand-yang ternyata banyak sekali peminatnya, sampai-sampai pihak OSIS kerepotan memilah-milah mana yang layak dan yang tidak. Tentu saja ini menimbulkan kehebohan yang lain, terutama yang berasal dari kelompok yang tidak diterima. Sangat kontras dengan jumlah anak-anak yang berminat menjadi panitia; sangat sedikit. Mereka terpaksa menarik perwakilan dari klub-klub untuk menjadi panitia, seperti klub jurnal yang semua anggotanya menjadi panitia bagian Pubdok (publikasi dan dokumentasi).

Tidak hanya OSIS saja yang sibuk. Klub-klub tertentu yang punya agenda sendiri juga kerap terlihat bertahan di sekolah sampai senja. Mulai dari klub olahraga seperti basket yang sebentar lagi akan menghadapi turnamen antarsekolah, klub cheerleader yang juga akan mengikuti kompetisi di tahun baru, dan klub musik. Band-band yang diusung klub itu untuk mengikuti festival band yang pembukaannya tinggal menghitung hari semakin gencar berlatih. Studio musik tidak pernah terlihat kosong, selalu saja ada yang memakainya berlatih. Bergantian, tentu saja.

Begitu juga dengan klub teater sebagai penampil utama dalam festival tahunan yang sudah memulai latihan mereka, meskipun belum begitu intensif mengingat beberapa anggota mereka harus absen untuk mengikuti tes masuk universitas di kota lain. Maka minggu pertama latihan lebih banyak dihabiskan dengan berlatih dialog tanpa menggunakan adegan yang sesungguhnya. Hanya beberapa adegan yang pemainnya tidak absen saja yang dicobakan, seperti adegan Violetta dan Giorgio yang dimainkan Sakura dan Juugo yang keduanya adalah siswa kelas dua.

"Oke, cukup!" seru Tenten sang sutradara dalam salah satu sesi latihan mereka yang sepi.

Juugo dan Sakura menghentikan adegan yang mereka mainkan dan menghadap ke Tenten. Kali ini dia sendirian yang menjadi pengarah, karena Yakumo juga absen hari itu. Yah, tidak sendirian juga sih, karena ada satu orang lagi yang selalu hadir dalam setiap sesi latihan mereka semenjak Tenten memperkenalkannya di hari pertama mereka latihan.

Flashback

Ruang teater sedang ramai oleh suara obrolan anak-anak ketika Tenten masuk siang itu bersama Yakumo. Gadis itu berjalan menuju salah satu bangku yang kosong yang sengaja disusun melingkar di ruangan itu sementara Yakumo menutup pintu di belakangnya sebelum kemudian menyusul. Tenten menaruh tasnya di sana sebelum berbalik menghadapi anak-anak.

"Selamat siang, teman-teman!" sapa Tenten ceria seperti biasanya.

Suara dengungan anak-anak langsung mereda dan mereka membalas sapaan sang sutradara dengan sama semangatnya, membuat gadis itu tersenyum lebar dan memandang puas pada mereka. Sepertinya 'pemanasan' yang mereka lakukan di hari sebelumnya cukup efektif untuk membangkitkan semangat.

"Oke, semuanya," kata Tenten memulai setelah Yakumo selesai mengabsen, memandang berkeliling pada anak-anak sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya dengan sikap antusias, "Hari ini kita akan memulai sesi latihan kita yang pertama. Nah, karena-"

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang