Chapter 96 Summer Holiday Arc (5)

122 13 3
                                    

"...jadi kau belum bertemu lagi dengan cowok itu sejak kalian keluar bareng?" tanya Sakura dengan dahi berkerut, memindahkan ponsel flip miliknya dari telinga kanan ke telinga kiri. Hampir setengah jam mendengarkan sahabatnya berkeluh kesah via ponsel, tak heran telinganya jadi sedikit panas.

"Hmm..." suara desahan Ino yang tak bersemangat menyahut dari seberang. "Dia juga tidak datang lagi ke toko."

Sakura menarik kedua kakinya naik ke sofa. Cengiran samar tersungging di bibir gadis berambut merah muda itu. Sejujurnya ia tak tahu harus berkomentar apa mendengar curhatan Ino kali ini. Ini adalah kali pertama Ino menelepon semenjak empat hari Sakura berada di Kiri dan ia langsung disuguhi kabar yang benar-benar membuatnya terkejut.

Well, tidak sepenuhnya mengejutkan juga sih, mengingat Ino sudah pernah memberitahunya via email bahwaShino Aburame mengajaknya keluar. Dan ia juga sudah menduga-duga kemungkinan cowok itu menaruh hati pada sahabatnya. Awalnya Sakura menduga Ino tidak akan ambil pusing, seperti gadis pirang itu tak ambil pusing ketika sederet cowok-cowok kece KHS rela mengantre demi mengajaknya jalan. Tetapi membayangkan Ino Yamanaka bisa sampai gelisah sedemikian rupa hanya karena seorang cowok—yang menurutnya—aneh macam Shino Aburame ... itu adalah bagian yang mengejutkan.

"Haah ... cowok itu benar-benar membuatku pusing!"

Kali ini Sakura tak dapat menahan diri mengikik.

"Ooh ... dan kau sekarang menertawakan aku," Ino menukas di seberang.

"Sori—aku tidak bisa menahan diri," kata Sakura setelah kikikannya mereda. "Kau ini lucu. Tidak biasanya seorang Ino Yamanaka, Miss Popular, dibuat gelisah setengah mati oleh seorang cowok yang bisa dibilang tak ada hubungan denganmu. Shino Aburame! Sulit dipercaya cowok itu bisa membuatmu terpikat—"

"Jangan bicara sembarangan! Aku tidak terpikat padanya! Yang benar saja!" sergah Ino kesal, memotong kata-kata Sakura. "Aku—Aku hanya ingin tahu sebenarnya apa sih yang diinginkan cowok itu dariku?"

Sakura menghembuskan napas keras-keras. Entah Ino memang tidak tahu atau pura-pura bersikap tolol. "Bukankah sudah jelas? Dia itu—" Gadis itu tak melanjutkan kata-katanya karena Sai memilih saat itu untuk muncul.

Cowok jangkung itu baru saja kembali dari pantry, membawa nampan besar berisi semangka yang sudah dipotong-potong—potongannya sangat berantakan, besar kecil tidak beraturan—Sai menenaruh nampannya di atas meja di depan sofa, mengambil sepotong dan menyamankan diri di samping Sakura.

"Mau semangka?" tawarnya sambil mengulurkan potongan semangka di tangannya pada Sakura.

Sakura menatapnya ragu. "Yeah—um ... kurasa nanti saja," tolaknya dengan cengiran salah tingkah. "Er ... kau tidak keberatan?"

Sai yang baru saja meraih remote televisi dari atas meja, menoleh pada gadis di sebelahnya. Kedua alis hitamnya terangkat tinggi melihat Sakura memberinya isyarat dengan menggoyangkan ponsel di tangannya. Sai tersenyum paham.

"Silakan saja," ujar Sai kalem, "aku tidak akan menguping kok." Ia kemudian berpaling untuk menyalakan benda elektronik di depan mereka sambil dengan santai menggigit potongan semangkanya.

Sakura masih memandangi cowok berkulit pucat itu, bimbang. Tentu saja ia percaya Sai tidak akan menguping—dan ia juga mungkin tidak akan terlalu peduli, tapi tetap saja. Mengobrol dengan Ino lewat ponsel di dekat Sai membuat Sakura merasa canggung. Terlebih yang mereka obrolkan ini masalah cowok. Memang sih, sekarang mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Sai juga sudah jadian dengan orang lain—

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang