Chapter 4: Minggu Pertama

212 36 2
                                    

Minggu pertama sekolah selalu menjadi masa-masa penyesuaian bagi murid-murid baru. Dan orang yang sedang beradaptasi dengan lingkungan baru biasanya akan mencoba berbaur dan beramah tamah dengan orang-orang di sekelilingnya. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Sakura Haruno. Tapi rupanya Sasuke Uchiha tidak begitu tertarik dengan hal-hal semacam itu.

Dalam waktu singkat, Sasuke Uchiha menjadi sangat populer di kalangan murid-murid terutama murid perempuan. Setiap kepala para gadis akan menoleh setiap kali pemuda itu melintas di koridor. Suara kikikan gadis-gadis selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Tidak diragukan lagi, titel 'cowok kece' yang disandang Neji Hyuuga selama dua tahun lebih akan segera berpindah tangan. Ia juga sangat cerdas. Namun segala perhatian itu tidak lantas membuatnya membuka diri. Sebaliknya, pemuda itu tampak menjaga jarak dengan semua anak. Sasuke tidak pernah kelihatan di kantin, selalu menghilang entah kemana saat istirahat makan siang. Ia seperti terisolasi dalam kehidupannya sendiri. Dingin. Angkuh. Arogan, kalau dilihat dari caranya memandang orang lain; meremehkan, merendahkan. Sakura sempat kesal sekali padanya saat ia menyapanya suatu pagi saat mereka sama-sama mengambil buku mereka di loker (Sasuke menempati loker kosong di samping loker Sakura) pemuda itu mengacuhkannya, menganggap sapaan gadis itu seperti dengungan lalat yang kebetulan melintas dan sama sekali tidak berharga untuk dipedulikan.

Sedangkan Sai, Sakura tidak begitu tahu dan memang tidak ingin tahu. Gadis itu masih sakit hati atas perkataannya di hari pertama mereka bertemu. Jadi sebisa mungkin ia jauh-jauh dari pemuda berkulit pucat itu.

Sepertinya pepatah yang mengatakan 'Jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya' benar adanya. Wajah menawan, tidak menjamin kelakuannya juga bagus.

Sasuke menurunkan marker di tangannya dan mundur dari papan tulis sementara guru mereka yang berambut putih beranjak dari kursinya untuk memeriksa pekerjaannya. Pak Guru Hatake melipat kedua lengannya di depan dada. Matanya menelusuri deretan angka yang telah ditulis muridnya, kemudian mengangguk.

"Jawabanmu benar, Uchiha. Silakan duduk kembali," katanya pada Sasuke.

Pemuda itu meletakkan markernya di meja guru sebelum kembali ke mejanya di barisan paling belakang.

"Kau sudah mengerti letak kekeliruanmu, Haruno?" tanya Kakashi pada Sakura yang duduk di barisan paling depan.

Sakura merengut. "Ya, Pak…" gumamnya.

"Kalau begitu kalian salin ini," lanjut Kakashi sambil mengetuk papan tulis.

Bersungut-sungut, Sakura menghapus perkerjaannya yang salah di bukunya dan menyalin jawaban Sasuke.

Gadis itu merasa kesal tentu saja. Semua orang—setidaknya yang seangkatan dengannya—tahu bahwa Sakura Haruno adalah siswa dengan perolehan nilai komulatif tertinggi seangkatan. Ia hampir selalu menjadi yang terbaik di setiap mata pelajaran, kecuali Aljabar dan Sains—Shikamaru Nara lah yang memegang nilai tertinggi di kedua mata pelajaran itu. Sakura sudah belajar mati-matian untuk mengalahkan Shikamaru, namun belum kunjung berhasil. Dan sekarang malah muncul satu saingan lagi. Siapa yang tidak kesal?

Dan sekarang ia sedang menoleh ke belakang untuk melirik Sasuke. Pemuda itu kebetulan juga sedang melihat ke arahnya, menyeringai meremehkan. Tatapannya seolah mengatakan, 'Kau ini bodoh sekali. Masa begitu saja tidak bisa?'. Menyebalkan sekali.

Sakura mengakui kalau Sasuke memang bukan siswa biasa. Kecerdasannya di atas rata-rata. Tapi bukan berarti ia bisa seenaknya memandang orang lain dengan tatapan merendahkan seperti yang baru saja dilakukannya pada Sakura.

Menghela napas, Sakura berusaha bersikap sportif. Toh Shikamaru juga tidak tampak terganggu dengan ini.

Bel tanda pelajaran sudah berakhir berbunyi dan semua anak langsung ramai membereskan buku-buku mereka.

L'amis Pour ToujoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang