Root Hills
Badai sudah sepenuhnya berhenti pagi itu. Sinar matahari pagi mengintip lewat awan-awan hitam sisa badai kemarin. Tidak sepenuhnya cerah—mengingat sebentar lagi akan memasuki musim dingin—tapi setidaknya cuaca sudah lebih baik dari hari sebelumnya. Dan cuaca yang bagus itu dimanfaatkan oleh Sai dan dan teman barunya dari Suna untuk berjalan-jalan pagi berkeliling halaman luas di rumah megah di Root Hills.
Dalam waktu singkat, sepertinya Sai dan Gaara sudah menjadi teman baik. Cowok Suna itu memang sedikit kaku dan dingin –terkadang sikap Gaara yang seperti itu mengingatkannya pada Sasuke—tapi ia juga teman yang sangat menyenangkan. Keduanya banyak bertukar cerita sejak hari sebelumnya. Sai banyak bercerita tentang sekolahnya yang sekarang dan teman-temannya sementara ia senang mendengarkan Gaara bercerita tentang Suna dan kakak-kakaknya. Mereka juga sempat berduet—Sai dengan pianonya dan Gaara dengan biolanya—dengan Danzou sebagai penontonnya setelah makan malam.
"Jadi hari ini kau belum masuk sekolah lagi, Sai?" tanya Gaara sementara mereka berjalan pelan melintasi jalan setapak di kebun mawar yang tertata dengan sangat apik.
"Belum," jawab Sai sambil merapatkan jaketnya untuk menahan udara dingin. "Mungkin besok. Siang ini aku harus check-up ke rumah sakit." Sai memang sudah menceritakan pada Gaara tentang peristiwa pengeroyokan yang menimpanya tempo hari.
"Kuharap kau cepat sembuh," ujar Gaara tulus.
"Terimakasih, Gaara," Sai tersenyum padanya.
"Siang ini aku akan melihat-lihat apartemen di sekitar KAA," kata Gaara kemudian seraya membenamkan kedua tangannya ke dalam saku mantel seragam baru KAA-nya. Mata hijau pucatnya mengawasi tukang kebuh yang sedang merapikan semak mawar di dekat pagar.
Sai menoleh cepat. "Maksudmu kau tidak tinggal di sini lagi?"
Gaara tertawa kecil. "Aku tidak mungkin selamanya merepotkan Profesor Danzou, Sai," ujarnya, menoleh pada Sai. "Aku akan pindah begitu mendapatkan apartemen yang cocok. Lagipula tidak enak kalau kakak-kakakku tiba-tiba datang. Dan katanya Kankurou mau ke Konoha setelah selesai mengurusi ijazahnya."
Sai tampak agak kecewa. "Padahal aku senang mendapat teman mengobrol sepertimu."
"Hei, kita kan masih bisa mengobrol. Aku sudah memberikan nomor ponselku, kan?" tanya Gaara.
"Oh, yeah, benar," Sai mengangguk.
Keduanya terdiam sementara melanjutkan berjalan-jalan. Kemudian supir Danzou muncul, memberitahukan kalau mereka akan segera berangkat.
"Aku berangkat sekarang kalau begitu, Sai," pamit Gaara pada Sai.
"Oke. Selamat bersenang-senang di sekolah baru!" ujar Sai.
"Yeah. Kuharap begitu. Sampai ketemu makan malam nanti." Dan Gaara pun segera berlalu mengikuti sang supir.
Sai menghirup udara segar dalam-dalam setelah punggung Gaara menghilang. Ia tersenyum teringat pesan singkat yang dikirimkan Sakura tadi malam. Hari ini Naruto akan keluar dari rumah sakit. Syukurlah, pikirnya. Barangkali ia bisa ikut menjemput Naruto setelah check-up-nya selesai.
Konoha High, siang harinya…
Untuk kesekian kalinya Sakura melirik ke arah bangku Sasuke ketika bel yang menandakan jam pelajaran selesai berbunyi. Melihat bangku yang kosong itu entah mengapa membuat hatinya resah. Sasuke tidak muncul di sekolah hari ini. Ia bahkan mematikan ponselnya dan tidak menjawab saat Sakura menghubungi telepon rumahnya. Apa mungkin Sasuke masih marah padanya gara-gara kemarin? Sakura bertanya-tanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Ficção AdolescenteBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...