Senja sudah mulai turun di langit Konoha ketika Porsche merah itu berbelok ke jalur menuju Root Hills. Lampu-lampu jalanan mulai dinyalakan dan Sai bisa melihat orang-orang di trotoar tampak berjalan terburu ingin segera sampai ke rumah mereka yang hangat.
Ah, cuaca seperti ini memang enak berada di dalam rumah yang nyaman sambil menikmati secangkir minuman hangat atau semangkuk sup ayam yang lezat-seperti saat ia menumpang di rumah dokter Yakushi beberapa waktu yang lalu. Tapi sekarang ia telah kembali ke rumahnya sendiri, yang kini terasa lebih hangat dan manusiawi setelah apa yang terjadi antara Sai dan kakeknya. Dan juga karena kedatangan seorang teman yang menyenangkan dari Suna.
Rasanya Sai tidak sabar ingin sampai di rumah dan menceritakan segala hal yang menyenangkan yang terjadi padanya hari ini pada teman barunya itu. Dan ia juga akan senang mendengar cerita Gaara tentang hari pertamanya di Konoha Art Academy.
Benar-benar hari yang menyenangkan, pikir Sai. Senyuman seakan enggan meninggalkan wajahnya ketika ia kembali mengingat apa yang terjadi sejak pagi tadi.
Sai menghentikan mobilnya tepat di belakang sebuah jeep hitam ketika lampu lalu lintas menyala merah. Ia mengulurkan tangan, hendak menyalakan tape mobilnya ketika matanya menangkap sesuatu teronggok di bawah jok penumpang. Sai mengernyitkan dahi, lalu mengambil benda itu. Sebuah dompet berwarna soft pink dengan gambar strawbery.
Dompet siapa?
Sai lantas membukanya dan melihat kartu pelajar atas nama Sakura Haruno terselip di antara kartu-kartu lain yang berjejalan di dalamnya, termasuk kartu telepon, kartu diskon, berlembar-lembar bon belanja, bahkan beberapa lembar karcis bioskop yang sudah terpakai-Sai sama sekali tidak mengerti mengapa Sakura tampaknya senang sekali mengumpulkan benda-benda seperti itu dalam dompetnya-Ah, pastilah terjatuh tadi, pikir Sai. Sejenak, ia menimbang-nimbang apakah akan mengembalikannya pada Sakura sekarang atau besok saja.
Sai membolak-balik dompet di tangannya beberapa saat. Ia pernah membaca di salah satu majalah lama di rumah dokter Yakushi dulu yang menyebutkan bahwa dompet adalah salah satu barang yang penting bagi perempuan. Kalau itu memang benar, Sakura pasti panik sekali kalau menyadari dompetnya hilang. Tidak peduli berapa pun jumlah uang di dalamnya-yang jelas jauh lebih sedikit dibanding isi dompet Sai.
Sai memandang ke luar jendela. Hari sudah terlalu sore kalau ia harus berputar balik ke Blossoms' Café untuk mengembalikan dompet itu sekarang, cowok itu membatin. Bahkan mungkin saja Sakura malah sudah pulang ke rumahnya-dan Sai tidak tahu rumah gadis itu ada di mana.
Ah, barangkali aku mau meneleponnya dulu, supaya Sakura tidak cemas...
Ia lantas merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel.
.
.
.
"Himeko, sarapan sudah siap, Sayang. Ayo cepat turun!" seru wanita berambut ikal yang sedang menuang telur dadar di atas piring di dapur.
Di meja makan, suami dan putri keduanya yang baru berusia sebelas tahun sudah duduk. Hiroyuki Haruno, sang suami, sedang membaca koran paginya sementara si kecil Sakura berusaha mengintip dengan penuh ingin tahu, apa yang sedang dibaca ayahnya. "Ayah, inflasi itu apa?" tanya Sakura setelah membaca satu kata yang tidak ia mengerti di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amis Pour Toujours
Teen FictionBefore the graduation. Konyol memang, jika Sakura mengingatnya kembali sekarang. Tapi ia tak akan pernah menyesalinya. Hari ketika Naruto memutuskan untuk melayangkan tinjunya pada Sasuke di koridor sekolah adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Ha...