46. Indestructible II 3

621 76 13
                                    

—Warning—

—Please, be Wise!—


*

*

*


Makan siang keluarga Jimin bersama keluarga Yoongi berjalan dengan baik—sepertinya. Kendati demikian, Jimin merasa ada yang mengawasinya. Ketika menoleh, Yoongi memang terang-terangan menatapnya. Mata bertemu mata, Jimin hanya membalasnya dengan senyum tipis, lalu segera melihat ke arah lain.

Baik Jimin maupun Yoongi tak banyak bicara hingga acara makan siang selesai. Yoongi memutuskan pamit pulang karena masih ada barang yang harus dibereskan.

"Jimin akan membantumu, Yoongi." Begitulah ucapan Nyonya Park tanpa menunggu persetujuan dari putranya.

Jimin ingin protes, tetapi sungkan dengan Bibi Yoonji. Akhirnya ia hanya diam saja.

"Tidak perlu, Bibi Aera. Ini hanya beres-beres ringan barang pribadi saya," tolak Yoongi sopan.

Perkataan Yoongi barusan seperti pertolongan untuk Jimin. Ia memang tidak ingin berduaan dengan tetangga masa kecilnya itu. Kejadian melihat Yoongi telanjang dada masih terasa panas di pipinya kalau teringat kembali. Lebih baik ia ke kamar untuk menonton film atau barang kali tidur. Ia akan kembali ke apartemennya malam nanti.

Sementara Nyonya Park dan Nyonya Min sudah pindah ke ruang keluarga. Ada banyak hal yang ingin diceritakan Shin Yoonji kepada Lee Aera. Itu mengenai kehidupan keluarganya saat pindah ke Jepang.

Pada pertengan obrolan mereka, ternyata ada pihak lain yang mendengarkan. Jimin yang turun dari kamar ke lantai satu untuk mengambil minuman di dapur terhenti ketika mendengar obrolan para ibu. Tidak sopan menguping pembicaraan orang. Namun, Jimin juga penasaran tentang Yoongi dan keluarganya. Kenapa keluarga Min hanya bisa dihubungi selama tiga tahun sejak kepindahan mereka ke Jepang? Ke mana sisa tujuh tahunnya?


*

*

*


Beruntung keluarga Yoongi tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Kalau iya, kemunculan Jimin yang tiba-tiba di belakangnya bisa membuat Yoongi jantungan. Tidak terdengar suara apa pun dan tahu-tahu Jimin sudah ada di kamarnya.

"Ada apa?" tanya Yoongi.

Sekali lagi, Yoongi terkejut. Kali ini karena Jimin yang tiba-tiba memeluknya cukup erat.

"Kenapa, Jimin?" tanya Yoongi lagi karena Jimin tak jua berbicara.

"Aku turut berduka cita, Hyung. A-aku tidak tahu kalau Paman Min, ayahmu ...." Jimin tidak kuasa melanjutkan ucapannya dan memang tak perlu karena Yoongi paham.

Padahal sudah empat tahun berlalu sejak kepergian ayahnya. Namun, kalau kembali diungkit, Yoongi tidak bisa membohongi perasaannya yang kembali sedih.

Tiga tahun pertama kepindahan keluarganya ke Jepang baik-baik saja. Kehidupan Yoongi dan orang tuanya di Negeri Sakura begitu terjamin. Keberhasilan bisnis restoran yang dikelola keluarganya di luar ekspektasi.

Namun, memasuki pertengahan tahun keempat, keluarga Yoongi mengalami kemalangan. Ada pihak yang memanipulasi hingga tahu-tahu, restoran itu berpindah tangan kepemilikan. Kehidupan mewah yang dirasakan Yoongi, perlahan menghilang dengan pemandangan wajah stres ayah dan ibunya.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang