—Bacanya pelan-pelan saja, ya, karena chapter ini 5000 kata lebih hahaha—
xxWarningxx
—Please, be wise!—
*
*
*
Park Chanyeol mengernyitkan saat melihat tingkah adiknya, Park Jimin, yang tampak buru-buru berangkat sekolah. Padahal waktu masih tersisa banyak andai Jimin ingin sarapan bersama, bukan malah buru-buru menyiapkan bekal roti berselai cokelat.
"Tergesa-gesa sekali. Seperti ingin menjemput kekasih, tetapi faktanya kau jomlo," cibir Chanyeol.
"Hyung cerewet," ketus Jimin.
Orang tua mereka, Park Jisung dan Shin Aera, masih bertugas di Kerajaan Aaric. Ada sedikit masalah di sana, jadinya pasangan suami istri itu harus menginap di kampung halaman dan meninggalkan kedua putra mereka.
Bukan tanpa alasan kenapa Jimin tampak dikejar waktu. Pasalnya, hari ini Min Yoongi akan masuk sekolah lagi usai izin tidak masuk tiga hari yang penyebabnya adalah Jimin. Masih ingat insiden Yoongi terguling di anak tangga dan menyebabkan kakinya terkilir, kan?
"Aku berangkat," pamit Jimin, sedangkan Chanyeol menyahut untuk memintanya hati-hati.
Jimin memandang langit pagi sekilas. Hari ini cerah, langitnya biru bersih tanpa ada hiasan awan. Perasaan Jimin menggebu-gebu. Ia gugup, tetapi juga penasaran. Seperti apa pertemuannya nanti dengan Yoongi setelah kejadian malam terakhir ia menginap di rumah laki-laki Min itu.
Tanpa sadar, Jimin menyentuh bibirnya sendiri. Labiumnya sudah tidak perjaka lagi karena seseorang berhasil mengambilnya dan dia adalah Yoongi.
Malam itu, setelah Jimin menyudahi ciuman yang lebih dahulu ingin diakhir Yoongi, tetapi dirinya malah menyerang lagi, mereka berdua saling melempar senyum usai cumbuan berakhir. Masih terasa bagaimana ibu jari Yoongi mengusap ujung bibirnya yang penuh saliva. Sangat salah apabila berpikir jika malam itu keduanya berakhir dengan decitan ranjang. Jimin dan Yoongi balik ke kamar masing-masing dengan perasaan yang berbeda.
Namun, di luar ekspektasi Jimin, Yoongi justru bersikap biasa saja ketika mereka bertemu di kelas. Yoongi tersenyum tipis dengan raut muka masih mengantuk. Karena setelah melempar senyum ke Jimin, ia langsung menjatuhkan kepala ke meja.
Tidak ada sesuatu yang wah saat Yoongi pertama kali masuk usai izin selama tiga hari. Jimin bahkan tidak mengobrol dengannya selama pelajaran berlangsung. Jangankan mengobrol, interaksi mereka saja hanya senyum tipis pagi tadi. Itu membuat Jimin menerka-nerka soal perubahan sikap Yoongi. Padahal semalam mereka habis berciuman panas.
"Haaaaaahhhh ...." Jimin menghela napas panjang. Ia satu-satunya penghuni di kelasnya karena yang lain sudah pulang. Tidak ada yang menahannya untuk bergeming di bangku duduk.
Sekitar setengah jam, barulah Jimin keluar kelas. Namun, sebelum menuju halte, ia ingin ke kamar mandi lebih dahulu untuk sekadar cuci muka sekaligus buang air kecil.
Baru saja masuk ke pintu utama kamar mandi, Jimin mendengar suara aneh dari salah satu bilik. Ia tidak polos hanya untuk menerjemahkan suara yang didengar, yakni desahan. Pikir Jimin, kenapa mereka berani melakukan tindakan senonoh di tempat yang masih kawasan sekolah? Apa tidak takut ketahuan?
Jimin mungkin tidak akan peduli seperti biasanya. Akan tetapi, tidak untuk saat ini karena suara desahan itu memanggil nama orang yang ia kenal.
"Yoon-Yoongi ... Yoongi ... euunggghhh ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanfictionChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...