18. Deny

995 95 6
                                    

Hening, begitulah suasana ruang tamu di sebuah apartemen mewah kawasan Gangnam. Hanya ada dua anak manusia di sana dengan pikiran berkecamuk. Hati mereka mengaku masih saling peduli dan sayang. Namun, ego dari salah satu mengatakan untuk tidak lagi melanjutkan hubungan asmara ini.

Jimin menghela napas lagi—entah yang keberapa. Tatapan matanya sendu menatap makhluk cantik di depannya. Beberapa menit yang lalu, status mereka masih sebagai pasangan kekasih. Namun, tidak untuk detik sekarang.

"Aku ucapkan selamat untukmu, Luna," lirih Jimin. Terlalu sakit memandang orang yang masih dicintainya, akan segera menjadi milik orang lain.

Perjodohan, itulah penyebab kandasnya hubungan Park Jimin dengan Jung Luna. Wanita itu menatap Jimin. Sungguh Luna tak menginginkan perjodohan ini, tetapi ia juga tak bisa menolak permintaan orang tuanya. Hati Luna sama sakitnya harus berpisah dengan orang yang ia cintai. Namun, di sini Jimin lah yang paling tersakiti.

Sepasang iris mereka akhirnya berjumpa. Saling menyelami hingga membuat masing-masing maju. Jimin menatap Luna, lebih tepatnya buah bibir yang menjadi candu baginya. Esok, candu itu akan menjadi milik orang asing yang bahkan Jimin pun tak kenal. Ia hanya bisa berdoa. Kelak, pria yang menikahi Luna, haruslah sosok yang tulus mencintai wanita di hadapannya ini.

Luna memejamkan matanya. Hembusan napas Jimin menyapu area wajahnya. Hangat, tetapi menyakitkan. Terlebih ketika prianya—dulu—ini mengatakan, "Selamat tinggal, Jung Luna ..."

Jimin ingin egois. Tidak boleh hanya Luna saja yang bisa egois. Oleh karena itu, ia ingin menyebut ini sebagai ciuman perpisahan. Tanpa dipersilakan, air mata Jimin mengalir membentuk drainase kecil, hingga ....






CUT!






Jimin masih mempertahankan posisinya yang hendak mencium Luna. Matanya terpejam, ia mengambil napas dalam untuk menahan emosinya, dan ....






"SEKARANG APA LAGI, MIN PD-NIM?" teriakan Jimin mengundang seluruh atensi petugas kru di ruangan itu. Luna yang ada di dekatnya bahkan terkejut.

Jimin frustasi, karena ini sudah kelima kalinya Min PD-Nim mengatakan cut untuk adegan ciuman bersama Luna. Kali ini N.G apalagi yang ia lakukan hingga sang sutradara seolah tak puas dengan aktingnya.

Awalnya, Min PD-Nim mengatakan Jimin kurang menghayati di bagian ekspresi. Lanjut pengambilan kamera yang tidak oke. Kemudian, alasan pencahayaan. Keempat, Luna melakukan kesalahan pada nada dialog. Lalu yang kelima ini bakal apa? Padahal menurut Jimin, ia sudah melakukan sesuai arahan yang diminta oleh sutradara.

Min Yoongi berdiri dari kursinya. Tangannya berkacak pinggang dan lidahnya mengusap pipi bagian dalam dari kanan lalu ke kiri. Ia memberikan tatapan menusuk pada Jimin.

"Beginikah sikap aktor yang sedang naik daun?" bukanya, "Mendapat pujaan dari banyak penggemarnya, lalu seenaknya berteriak kurang sopan pada seorang sutradara?"

Jimin berusaha keras mengatur napas yang mengandung amarahnya. Ia akui, teriakannya tadi hanya tindakan refleksnya yang kesal dengan sang sutradara.

"Maafkan aku ..." kata Jimin akhirnya. Matanya tak lagi bertatapan dengan Yoongi.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang