Min Yoongi, nama anak baru itu. Jimin dikejutkan dengan sosok penghuni baru di kelasnya. Lee Ssaem sang wali kelas mengumumkan bahwa kelas 2-5 kedatangan murid baru. Namanya Min Yoongi, asal dari Daegu.
Alih-alih menyapa seperti kawan yang lain, Jimin justru termenung. Ia teringat dengan seseorang. Bukankah, lelaki yang berdiri di samping Lee Ssaem itu adalah tokoh dalam bunga tidurnya? Jangan-jangan, dialah sosok yang akan membantu Jimin mendapatkan kekuatan sihirnya.
"Min Yoongi. Asal Daegu." Dari caranya memperkenalkan diri pun, Jimin sangsi jika murid baru itu akan mudah didekati.
Eh? Kenapa aku sudah berpikir begitu?
Entah hanya perasaan Jimin saja, atau memang selama Yoongi berjalan menuju bangkunya, tatapan mata itu terus mengawasinya? Bahkan bisa-bisanya murid baru bersurai hijau mint ini berhenti sebentar di samping Jimin. Juga apa-apaan dengan seringai tipis itu?
*
*
*
Rasanya baru seminggu sosok Yoongi menjadi penghuni baru di sekolah ini. Namun, pesonanya sudah menyebar bak serbuk bunga yang dibawa pasukan lebah. Dalam sepekan juga, ia sudah mendapat julukan casanova. Seolah hanya dengan menjentikkan jari, banyak perempuan maupun laki-laki pihak bawah yang terjerat dengan pesonanya. Termasuk Jimin yang tak mau munafik. Hanya saja ....
Baik adik tingkat maupun senior mampu ditaklukkan Yoongi. Status murid baru yang disematnya menguar. Yoongi tak sungkan untuk berbuat layaknya ia adalah ketua berandalan di sekolah ini. Terang-terangan berperang lidah dan sialnya itu disaksikan Jimin saat izin ke toilet. Siapa yang tadi izin ke ruang kesehatan karena tak enak badan? Bila nyatanya malah berada di toilet sambil mengungkung seorang perempuan.
"Eunggghhh ... Yoongi-ya ...."
Shit. Jimin hanya mampu mengumpat dalam hati. Matanya ternoda ketika tangan itu meremas dada sang wanita sambil memberikan jilatan pada leher. Kalau tidak salah, itu senior Jimin yang terkenal dengan sifat agresifnya ke semua pihak dominan. Entah sudah berapa banyak tangan yang menggerayanginya.
Jimin acuh tak acuh. Ia hanya ingin segera enyah dari tempat ini. Telinganya dipaksa tuli meski suara erangan itu terekam jelas di kepalanya. Melakukan hal senonoh di sekolah atau tepatnya di toilet yang bau pesing. Tidak modal. Mungkin begitulah rapalan umpatan Jimin.
Tinggal cuci tangan, lalu pergi. Jimin terlalu fokus pada gerakan dan aturan cuci tangan yang disarankan selama 20 detik dengan menggunakan sabun di air mengalir. Sampai-sampai tak sadar kalau senior agresifnya sudah keluar dan menyisakan ia bersama Yoongi.
"Kau."
Gerakan cuci tangan Jimin seketika berhenti. Merasa panggilan barusan untuknya, ia mendongak dan melihat Yoongi melalui pantulan cermin. Ke mana seniornya tadi?
"Kau memanggilku? Ada apa, Yoongi-ssi?" Ini kali pertama Jimin memanggil nama teman sekelasnya.
Bilasan terakhir, lalu Jimin mengayun-ayunkan tangan basahnya. Ia berbalik ke belakang dan kini berhadapan dengan Yoongi dengan jarak dua meter.
Matanya cantik, bibirnya penuh dan berwarna pink alami. Pipinya merona alami meski tidak sedang dalam kondisi malu. Pokoknya jangan macam-macam padanya, oke.
"Yoongi-ssi?" panggil Jimin yang membuyarkan lamunan Yoongi. Jujur saja, Jimin kurang nyaman saat Yoongi menatap wajahnya intens.
"Bokongmu bagus," sahutnya tiba-tiba.
Keparat! Harusnya Jimin tahu untuk tidak mengindahkan panggilan itu. Tanpa perlu menyahut, ia segera keluar dari toilet.
"Dia memang ada di sini," gumam Yoongi. Tidak sia-sia ia pindah ke sekolah ini. "Merepotkan. Untung sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorus
FanficChorus merupakan kumpulan kisah manis Yoongi dan Jimin di dunia mereka yang disebut YoonMin's World. 🐱🐤 "Hyungie ..." rengek Jimin. "Apa, Sayang?" balas Yoongi. Jimin yang bersandar pada belahan hatinya mendongak, mencoba untuk menarik atensi dari...