4. Blind Date

1.5K 132 7
                                    

Taehyung memaksa Jimin untuk mengikuti kencan buta. Sahabat Jimin sejak duduk di bangku SMA itu merasa kasihan dengannya yang hingga usia 25 tahun belum pernah berpacaran. Sering didesak oleh Taehyung, Jimin akhirnya mengiyakan usulan pria asal Daegu itu.

Maka, di sinilah Jimin sekarang. Duduk sendirian di sebuah kafe, menunggu teman kencan buta yang dikenalkan Taehyung. Meja dengan tulisan angka nomor tujuh dan hiasan bunga baby breath dalam vas itu masih kosong. Jimin belum memesan makanan maupun minuman.

Lima belas menit menunggu, seseorang menepuk pundak kiri Jimin. Ketika menoleh, senyum cerah menyambutnya. Apakah pria ini teman kencannya yang dipilihkan Taehyung? Jujur saja, Jimin langsung tertarik di pandangan pertama.

"Apakah kau Park Jimin? Maafkan aku karena terlambat. Di tengah perjalanan menuju ke sini, profesorku mengajakku bicara," ucap pria yang kini duduk di depan Jimin.

"Tidak apa-apa," respon Jimin singkat.

"Aku Jung Heosok," kata pria yang bermarga Jung itu. Jimin menerima uluran tangan Heosok.

"Taehyung bilang kau satu tahun lebih tua dariku. Aku akan memanggilmu Hyung," kata Jimin.

"Itu bagus Jimin. Terdengar lebih akrab." Heosok memamerkan senyumnya lagi.

Mereka pun memesan makanan dan minuman. Selama menunggu pesanan, Jimin dan Heosok mengobrol hal-hal umum seperti tempat tinggal, pekerjaan, kesukaan, serta kesibukan lainnya. Obrolan yang sederhana.

Saat ini mereka sedang jalan-jalan di taman. Jimin melihat Heosok yang sedang asyik menceritakan soal proyeknya bersama profesor di kampusnya. Ya, Heosok ternyata mahasiswa S-2 seni musik yang juga bekerja sebagai produser. Mengingatkan Jimin dengan seseorang.

Meski baru mengenal beberapa jam, Jimin bisa menilai jika Heosok ini orang yang baik dan enak sebagai teman mengobrol. Apakah sebaiknya mereka bertemu lagi di lain waktu? Jimin mengalihkan pandangannya ke depan.

Kurasa tidak. Batin Jimin.

"Kau manis sekali Jiminie. Ucapan Heosok langsung menarik atensi Jimin. Tadi dia dipanggil Jiminie?

"Mungkin lain kita makan siang bersama. Bagaimana?" tawar Heosok.

Jimin mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban. "Aku pergi dulu, Hyung."

"Benar tidak ingin kuantar?" Heosok kembali menawarkan tumpangan pulan untuk Jimin yang lagi-lagi mendapat jawaban gelengan. "Kalau begitu hati-hati Jiminie."

Mereka berpisah. Jimin mengatakan pada Heosok bahwa masih ada urusan yang nyatanya itu bohong. Selama jalan bersama teman kencan butanya tadi, Jimin mengira pikirannya bisa sepenuhnya fokus dengan Heosok. Faktanya, Jimin justru memikirkan sosok lain.

Pria asal Busan ini pun menelepon sahabatnya. Dia ingin mengatakan sesuatu soal kencan buta hari ini.

"Taehyung," sapa Jimin.

"Ya ada apa Jimin? Oh bagaimana kencan hari ini? Heosok orang yang baik, Jim."

"Aku tahu, tapi aku tidak bisa—lagi."

"Astaga Jimin. Sebenarnya seperti apa kriteriamu itu? Aku sampai bingung."

Jimin bisa mendengar suara helaan napas sahabatnya. Jimin terkekeh dan memilih tidak menanggapi ucapan Taehyung tadi. Panggilan pun dimatikan.

Ngomong-ngomong soal taman ini, mengingatkan Jimin dengan seseorang yang sudah dia kenal sejak tiga tahun yang lalu. Seniornya sewaktu masih kuliah. Kini, seseorang itu kembali menjadi senior Jimin di perusahaan tempatnya bekerja.

Jimin terkejut. Dari jarak 20 meter, dia menangkap sosok yang dikenal. Benar, dia. Senior di tempat kerjanya, Min Yoongi.

Min Yoongi melihat Jimin yang berjalan ke arahnya. Begitu pula dengannya yang berjalan santai ke arah pria bermarga Park itu sambil menenggelamkan tangannya ke saku celana.

"Yoongi Hyung," sapa Jimin pelan dengan pipi yang entah sejak kapan telah merona.

"Halo Jiminie."

Jimin melihat penampilan Yoongi yang mengenakan kemeja putih, dipadukan dengan dasi bermotif, dan dibalut jas cokelat. Tidak ketinggalan topi hitam yang bertengger di kepala Yoongi.

Tampan, itulah komentar Jimin untuk Yoongi.

Mendadak Jimin teringat pertanyaan Taehyung di telepon tadi. Sebenarnya seperti apa kriteriamu itu?

Kau ingin tahu kriteriaku, Taehyung? Dia adalah pria berkulit pucat, memiliki mata yang tajam tapi meneduhkan, wajah yang jarang memperlihatkan ekspresi, bersikap dingin tetapi hangat dan juga mempunyai gummy smile. Yoongi Hyung adalah kriteriaku, Taehyung.

Sebenarnya, hari ini bukan hanya Jimin saja yang melakukan kencan buta. Atas desakan Kim Taehyung yang sama-sama bersahabat dengan Jimin dan Yoongi, dia menyuruh keduanya untuk berkencan buta dengan pasangan pilihannya.

Sayangnya, Yoongi tak menaruh minat dengan teman kencan butanya tadi. Terlalu kekanakan bagi Yoongi. Namanya adalah Jeon Jungkook.

Hyung, kau ingin sosok yang bagaimana sih? Begitu pertanyaan Taehyung ketika Yoongi meneleponnya tadi.

Pria yang selalu merona setiap bertemu denganku. Tatapannya yang selalu gusar karena gugup melihatku. Memiliki bibir plum yang tebal, mata yang membuatku jatuh cinta ketika melihatnya, serta pipi tembam yang tak akan pernah hilang meskipun dia melakukan diet sekalipun. Kriteriaku adalah Jiminie, Taehyung. Kenapa kau tak memilihkan dia saja sebagai teman kencanku? Dasar tak berguna kau, Kim.

"Kau habis kencan buta Jiminie?" tanya Yoongi.

"Bagaimana Hyung tahu?"

"Temanmu si Kim Taehyung itu juga mendesakku," jawab Yoongi. "Jadi bagaimana dia?"

"Heosok Hyung?" sahut Jimin.

Jadi namanya Heosok?

"Dia pria yang baik. Tapi, kurasa aku akan nyaman dia menjadi temanku," lanjutnya. "Lalu bagaimana denganmu Hyung?"

"Tidak berhasil juga."

Jimin mengangguk. Lagi-lagi dia hanya bisa menundukkan kepala, melihat ke arah lain. Asal tidak ke Yoongi!

Yoongi mendekat, membuat Jimin terkejut yang menimbulkan gerakan mundur tiba-tiba, tetapi pinggangnya langsung ditahan si marga Min.

"Yoo-Yoongi Hyung," lirih Jimin.

"Kita sudah ada di sini Jimin. Ini terlalu sore untuk pulang ke apartemen masing-masing. Kenapa tidak melanjutkan kencan buta saja? Kita berdua."

"A-apa?"

Yoongi terkekeh. Dia tadi mengatakan bahwa Jungkook teman kencan butanya kekanakkan. Sebenarnya, Jimin juga kekanakan yang terbungkus oleh sifat dewasa. Tapi entah kenapa, hal itu malah membuat Yoongi suka dan gemas sendiri.

"Kencan denganku, Park Jimin. Kencan sungguhan, bukan blind date," bisik Yoongi di telinga Jimin.

End

*Angkat tangan yang ambyar usai lihat concept Photo version 4. Tenang, kalian ada temannya kok :"

*Thank You ... :*

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang