45. Indestructible || 2

574 83 18
                                    

Kalau bukan alarm dari tenggorokannya, Jeon Jungkook enggan bangun karena rasa kantuknya masih menyerang. Namun, sensasi haus membuatnya harus bangun. Masih sambil dengan mata setengah terpejam, Jungkook menyamankan posisinya perlahan-lahan karena pening di kepalanya ikut menyerang seiring tubuh bergerak.

Selimut putih lembut turun mempertontonkan perut kotaknya. Matanya beradaptasi dengan cahaya. Ia menoleh ke bawah dan melihat kekasihnya masih pulas dengan mulut sedikit terbuka. Tanpa sadar, Jungkook tersenyum hanya dengan melihat bagaimana Kim Taehyung tidur tengkurap dan bahunya sedikit terekspos.

Niatnya ingin minum, tetapi Jungkook malah betah memandang Taehyung. Semalam, meskipun sedikit mabuk, mereka berdua menghabiskan malam yang luar biasa. Sepuluh tahun menjalin asmara dengan Taehyung dari SMP hingga dua-duanya kini duduk di bangku kuliah, rasanya masih menakjubkan saat mereka berbagi kehangatan dengan tubuh polos di balik selimut.

Jungkook dan Taehyung sama-sama mengambil pengalaman pertama mereka dalam bercinta saat keduanya lulus SMA. Mereka menyebutnya sebagai perayaan besar. Jungkook terkekeh pelan karena otaknya bernostalgia. Namun, tebersit memori langsung melunturkan senyum gigi kelinci itu.

"Taehyung bangun!" Jungkook mengguncang tubuh Taehyung tanpa perasaan. Ada sesuatu yang sangat penting. "Ya!! Kim Taehyung bangun!!"

Taehyung melenguh kesal karena tidurnya terganggu. "Lima menit lagi, Jungkookie."

"Tidak bisa! Bangun hei!!!"

Mata terbuka malas dan melirik Jungkook dari bawah. "Selamat pagi, Manis," sapanya dengan suara serak.

"Di mana Jimin?" tanya Jungkook dengan wajah serius.

Perlu beberapa detik sampai Taehyung bangun dan menyampingkan rasa pusingnya. "Jimin?"

"Semalam kita pesta di bar, Bodoh."

Taehyung segera mengambil gawai dan mencari nomor kontak sahabatnya. Sambil menunggu panggilan masuk, ia dan Jungkook saling pandang dengan perasaan was-was.

Saat di bar, Taehyung dan Jungkook terlalu asyik dengan dunia merah jambu mereka. Goyangan sensual mereka di lantai dansa menggugah birahi yang ingin segera dipuaskan. Taehyung menarik Jungkook dengan jalan sedikit sempoyongan. Ia bertemu Namjoon dan saat itu juga memesan satu kamar. Bodohnya, ia melupakan Jimin, begitu pula dengan Jungkook.

"Tidak diangkat?" tanya Jungkook dan Taehyung menggeleng. "Coba lagi."

Tanpa disuruh pun, Taehyung menelepon Jimin lagi. Ia was-was. Bagaimana jika sahabatnya itu mabuk dan berakhir di kamar dengan tanpa busana? Mengingat toleran Jimin terhadap alkohol sangat rendah.

"Aku akan bertanya pada Namjoon Hyung." Taehyung turun dari ranjang. Ia memakai pakaiannya buru-buru. Jungkook pun menyusulnya.


*

*

*


"Eeuungghh ...."

Suara seperti erangan menggema di kamar nuansa pastel. Jimin gusar dalam tidurnya. Kepalanya pusing dan berat. Perlahan, matanya terbuka dan memandang langit-langit ruangan yang tak asing.

"Apa ini surga?"

"Bangun, Tuan Muda."

Jimin melirik ke sumber suara. Seorang wanita paruh baya berkacak pinggang menghadap ke arahnya.

"Ibu?" Jimin segera bangun, tetapi itu malah membuat pusingnya kian terasa.

"Bangun, mandi, dan turun. Ibu sudah membuatkan sup untuk menghilangkan pusingmu." Nyonya Park—ibu Jimin—segera keluar tanpa menunggu tanggapan dari putranya.

ChorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang